Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Selain penuh dengan ampunan dan keberkahan, bulan puasa naga-naganya selalu membawa perdebatan rutin.
Perdebatannya berkisar soal boleh-tidaknya sebuah aktivitas dilakukan dan seputar kebahasaan.
Perdebatan kebahasaan mencakup ejaan dan makna istilah suatu kata.
SELAIN penuh dengan ampunan dan keberkahan, bulan puasa naga-naganya selalu membawa perdebatan rutin. Selain perdebatan yang berkisar soal boleh-tidaknya sebuah aktivitas dilakukan, misalnya aktivitas membuka warung di siang hari, belakangan kita juga sibuk dengan perdebatan seputar kebahasaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebanyakan langgam perdebatan kebahasaan mencakup mujadalah tentang ejaan dan makna istilah suatu kata. Sebut saja, misalnya, ejaan mana yang benar: ramadan, ramadlan, ramadhan, atau romadhon. Juga idul fitri, ‘idul fithri, atau aidul fitr.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, selain berkisar soal ejaan, perdebatan merambah pada topik soal makna istilah. Lema imsak yang menjadi pemantiknya. Lema ini memang menarik. Sebab, antara makna dari bahasa asal (bahasa Arab) dan makna yang ada di bahasa Indonesia serta praktik dan pemaknaan sosialnya berbeda. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imsak diartikan dengan 1. n Isl saat dimulainya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum 2. n Isl berpantang dan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sadik sampai datang waktu berbuka.
Untuk makna pertama, kita bisa menarik natijah begini: bahwa saat dimulainya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sama persis dengan awal mula puasa, yakni waktu subuh. Jika azan subuh berkumandang, saat itu pula imsak (menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa) dimulai. Sementara itu, untuk makna kedua, imsak berarti sama persis dengan makna puasa.
Lema imsak yang diserap dari bahasa Arab amsaka-yumsiku-imsākan memang memiliki arti dasar menjaga atau menahan diri. Jadi kedua makna yang diberikan oleh KBBI tidak ada kegalatan sama sekali.
Justru perbincangan dan perdebatannya menjadi menarik karena realitas sosial yang kita temukan berbeda. Lema imsak di masyarakat digunakan untuk merujuk pada waktu buat bersiap-siap berhenti makan dan minum. Malah sebagian masyarakat dalam praktiknya menghentikan makan dan minum ketika masuk waktu yang mereka sebut sebagai “imsak”. Biasanya waktu imsak ini berlangsung lima-sepuluh menit sebelum azan subuh.
Kondisi ini yang agaknya menjadi perdebatan. Dari sisi kebahasaan, makna kamus, dan praktik sosialnya, ada perbedaan. Lema imsak memang memiliki sejarah panjang. Selain membutuhkan kajian kebahasaan, kita memerlukan analisis sosiologis dan antropologis.
Perkiraan akademik paling mendekati kebenaran menyatakan bahwa lema imsak memang dimodifikasi oleh ulama-ulama terdahulu untuk memberi semacam penanda agar, ketika bersantap sahur, umat Islam tidak kebablasan sehingga masuk waktu subuh. Kondisi ini bisa dilacak dalam At-Taqrirāt As-Saidah fil Masāilil Mufidah karya Habib Hasan bin Salim Al-Kaf: wayumsiku nadzban anil akli qablal fajri binahwi khamsina ayat au rub’i sa’ah (“Dan imsak [menahan] dari makan [dan hal-hal yang membatalkan puasa] itu disunahkan sebelum fajar kira-kira seukuran pembacaan 50 ayat atau 15 menit”).
Maka menjadi jelas bahwa imsak adalah semacam kondisi waspada untuk berhenti makan dan minum sebelum benar-benar masuk waktu puasa. Sikap ini bisa dimaknai sebagai sikap kehati-hatian.
Terlepas dari perdebatan itu, di bulan puasa kita juga sering mendengar frasa jadwal imsakiah. Frasa ini diartikan oleh pekamus sebagai jadwal yang menetapkan waktu salat, termasuk imsak setiap hari. Padahal, jika kita cek kalender tahunan yang beredar, yang lebih umum digunakan adalah jadwal salat, bukan jadwal imsakiah. Sangat mungkin frasa jadwal imsakiah hanya beredar di saat bulan puasa. Sebab, titik tekannya ada pada lema imsakiah yang di dalam bahasa asalnya berarti penjagaan atau penahanan diri dari makan dan minum serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Jika kemudian ada yang bertanya mana di antara makna-makna yang telah tersebar dan berlaku di masyarakat tentang imsak dan imsakiah yang paling tepat, jawab saja dengan kalimat Foucault yang telah dialihmaknakan dengan sangat baik oleh guru saya, Achmad Munjid (2022): kebenaran adalah kekeliruan tak terbantah yang telah mengeras lewat proses sejarah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo