Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

KLHK sebut Ledakan populasi monyet ekor panjang di Pulau Jawa karena harimau jawa sudah punah dan macan tutul jawa langka.

5 Maret 2024 | 10.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut telah terjadi ledakan populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) karena terganggunya keseimbangan ekosistem. Kondisi itu berimbas kepada maraknya satwa monyet tersebut yang menyeberang ke permukiman penduduk seperti yang terjadi belakangan di sejumlah daerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Konflik yang timbul antara manusia dan monyet ekor panjang di wilayah Jawa terjadi karena minimnya satwa predator yang ada di hutan," kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Satyawan Pudyatmoko, saat ditemui di kantornya pada akhir Februari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyebutkan salah satu predator monyet ekor panjang yang telah punah yakni harimau jawa. Predator lainnya yang mulai berkurang populasinya yakni macan tutul Jawa. Karenanya, Satyawan memprediksi, serangan monyet ekor panjang bakal rutin terjadi ke lahan pertanian dan pemukiman ketika awal atau pertengahan musim kemarau.

Menurut Satyawan, soal keseimbangan ekosistem itu belum banyak dipahami. Terbukti banyak pemerintah daerah ketika melaporkan kejadian serangan monyet ekor panjang biasanya meminta langsung bisa teratasi dan tuntas.

"Seolah-olah ini penyakit yang mudah diobati. seperti flu, minum satu tablet sembuh," kata dia sambil menambahkan, "Padahal ini akar permasalahannya sangat kompleks termasuk kita harus mengembalikan ekosistem yang sehat."

Pengembalian top predator seperti macan tutul jawa ke habitat alami, misalnya, dinilainya butuh kajian panjang dan komprehensif. Perlu ada sosialisasi dan penerimaan dari masyarakat sekitar perihal kembalinya top predator ke habitat.

"Karena penolakan terhadap reintroduksi top predator karena takut tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara maju," kata Satyawan. 

Sebelumnya, kawanan monyet ekor panjang masuk permukiman hingga naik ke atap-atap rumah memantik keresahan warga di Kota Bandung. Kabar monyet turun gunung ini viral di media sosial seperti TikTok.

Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati di Institute Teknologi Bandung (STH ITB), Ganjar Cahyadi, menyebut kemunculan monyet-monyet tersebut bisa jadi pertanda beberapa hal. Mulai dari bencana di habitat, mencari makan, sampai adanya kompetisi antarkawanan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus