Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sepekan ke depan sejumlah wilayah Indonesia berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi hal itu terjadi karena adanya peningkatan aktivitas dinamika atmosfer yang membuat meningkatnya pertumbuhan awan hujan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin, mengatakan terbentuknya pola pertemuan dan perlambatan angin terjadi lantaran imbas dari aktivitas tekanan udara rendah. “Kondisi tersebut yang saat ini menjadi pemicu meningkatnya potensi hujan dan cuaca ekstrem,” ujarnya dikutip dari Koran Tempo, Sabtu, 8 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa Itu Cuaca Ekstrim?
Dilansir dari climate.gov, cuaca ekstrem adalah suatu kondisi ketika peristiwa cuaca berbeda secara signifikan dari pola cuaca rata-rata atau biasanya. Adapun nilai batasan cuaca ekstrem adalah curah hujan terukur 150 mm/24 jam, angin kencang >25 knot/ 45 km/ jam, suhu udara terukur >3 derajat dari normal maksimum dan minimum wilayah tersebut, hingga visibility atau jarak pandang mendatar.
Mengutip climatehubs.usda.gov, para ilmuwan biasanya mendefinisikan cuaca ekstrem melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama meneliti probabilitas atau peluang suatu peristiwa dengan besaran tertentu yang terjadi dalam periode referensi tertentu. Pendekatan kedua ambang batas terkait dampak untuk menentukan apakah suatu peristiwa ekstrem bisa terjadi.
Kondisi cuaca ekstrem bisa berlangsung selama periode waktu tertentu, namun cenderung terjadi pada periode musim hujan dan musim transisi. Tidak jarang cuaca ekstrem menyebabkan dampak berupa kerugian harta maupun jiwa. Pasalnya, cuaca ekstrem memicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, hingga rob di wilayah pesisir.
Mewaspadai Cuaca Ekstrim
BMKG mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem dan perlu menyiapkan kondisi lingkungan dalam menghadapi peningkatan curah hujan. “Kami telah menghimbau pemerintah pusat dan daerah agar lebih mengintensifkan koordinasi antarpihak demi mengantisipasi bencana hidrometeorologi,” kata Miming.
Melansir pbd.bogorkab.go.id, beberapa tips menghadapi cuaca ekstrem untuk menjaga keselamatan diri antara lain selalu memantau peringatan diri dari BMKG dan siaga terhadap bencana hidrometeorologi. Selain itu, masyarakat diimbau untuk menghindari aktivitas di tempat yang rawan, seperti di bawah pohon, baliho, dan sebagainya yang rentan roboh akibat tiupan angin kencang.
HARIS SETYAWAN