Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Nyamuk Wolbachia Bakal Disebar di Jakarta Barat, Ini Tujuannya

Pernah ditolak, ini tujuan dari rencana pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung wolbachia di Jakarta Barat. Sebaiknya selalu waspada.

11 Juni 2024 | 20.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menyusun agenda pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung wolbachia di Jakarta Barat. Sesuai dengan rencana, nyamuk wolbachia akan dirilis pertama kali di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saat ini, belum kami mulai, masih persiapan. Apabila semuanya siap, termasuk masyarakat, baru kami akan melepaskan nyamuknya,” kata Kepala Dinas DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta, Minggu, 9 Juni 2024. 

Tujuan Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Jakarta Barat

Ani menjelaskan, penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang mengandung wolbachia menjadi salah satu usaha untuk mengendalikan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta. Tercatat, kasus DBD di Jakarta pada Mei 2024 mencapai 2.900 kasus. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jakarta diketahui menjadi satu dari lima kota yang menjadi target penanggulangan DBD melalui pelepasan nyamuk wolbachia. Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. 

“Sudah mulai dilakukan di Bandung, Kupang, Bontang, Jakarta, dan satu lagi di Semarang,”  ucap Budi saat ditemui awak pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. 

Melansir laman resmi Kemenkes, teknologi wolbachia menjadi bagian dari strategi pengendalian demam berdarah di Indonesia. Inisiatif itu tertuang dalam Keputusan Menkes Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Demam Berdarah. 

Bakteri wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh Aedes aegypti. Dengan mekanisme kawin silang, di mana nyamuk jantan yang mengandung wolbachia dapat menahan virus penyebab DBD pada nyamuk betina, dan sebaliknya. Kemudian, nyamuk betina memproduksi telur yang mengandung bakteri yang sama. 

Penerapan teknologi wolbachia di Indonesia menggunakan metode penggantian, yaitu nyamuk jantan dan nyamuk betina yang mengandung bakteri tersebut dilepaskan ke alam. 

Metode itu bertujuan agar keturunan nyamuk di alam juga mengandung wolbachia, sehingga menciptakan perlindungan yang berkelanjutan. 

Pernah Ditolak

Sebelumnya, rencana pelepasan nyamuk wolbachia di Jakarta pernah mendapat penolakan. Penolakan datang dari sekelompok orang yang mengatasnamakan Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia. 

Pakar epidemiologi, Tifauzia Tyassuma alias dokter Tifa menuturkan bahwa wacana menekan angka DBD menggunakan nyamuk ber-wolbachia keliru. Dia menuding rencana itu sebenarnya adalah proyek penelitian. 

“Ini adalah isu yang seharusnya diluruskan kepada masyarakat. Karena ini adalah sebuah proyek dari sebuah institusi di Indonesia yang bekerja sama dengan lembaga lain,” ujar Tifa dalam konferensi pers Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu, 26 November 2023. Namun, dia tidak menyebut institusi yang disinggungnya. 

Tifa mendesak transparansi di balik agenda pemerintah dalam menyelenggarakan program itu. Apalagi, menurut dia, proyek penelitian nyamuk wolbachia yang disebutnya itu telah berlangsung lebih dari 10 tahun. 

“Sehingga, saat proyek penelitian diberlakukan, masyarakat harus tahu. Ini kan sudah 12 tahun berjalan, mengapa masyarakat baru tahu,” katanya. 

Tifa mengungkapkan upaya pencegahan DBD di Indonesia kini sudah terkendali. Masyarakat pun dinilainya sudah cerdas dan dapat menjaga diri. 

Dia mencontohkan, jika dulu angka kematian akibat kasus demam berdarah mencapai satu persen, lanjut dia, sekarang sudah di angka 0,6 persen. 

“Artinya, sebetulnya dengan pengendalian diri masyarakat dan usaha bersama, sebenarnya sudah cukup terkendali,” ucapnya. 

Selain itu, Tifa menduga tidak ada jaminan apapun dari program nyamuk ber-wolbachia apabila nantinya bakal menimbulkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat. 

“Saya tidak pernah dengar selama 12 tahun ada asuransinya. – Yang harus kami lakukan adalah tolak dan hentikan proyek penelitian ini di Indonesia,” ujarnya. 

Efek negatif lain yang mungkin muncul dari program nyamuk wolbachia, lanjut dia, adalah ketidakseimbangan ekosistem. 

“Ketika di suatu daerah disebarkan nyamuk ratusan juta, keseimbangan itu sontak akan tercederai. Tekanan terhadap nyamuk-nyamuk berjenis lain. Nanti akan meningkat jumlah nyamuk dan mungkin lebih beresiko menjadi penyakit lain,” kata Tifa. 

MELYNDA DWI PUSPITA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus