Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah nova dan supernova, ledakan jenis baru telah ditemukan pada bintang mati, yakni mikronova. Ledakan ini lebih kecil tapi lebih sering dibandingkan ledakan-ledakan yang biasa terjadi pada sistem bintang-bintang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika bintang, seperti matahari kita, telah mencapai akhir hidupnya, mereka melepaskan lapisan terluarnya, menyisakan inti padatnya saja sebagai sebuah bintang kerdil. Ribuan bintang kerdil putih telah dikenal eksis dalam galaksi kita berpasang-pasangan dengan bintang-bintang yang lebih besar, di mana bintang kerdil putih bisa mengisap--atau akresi--material dari pasangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama ribuan tahun, proses akresi ini bisa menuntun ke ledakan yang sangat kuat yang dikenal sebagai nova atau bahkan supernova, di mana bintang lenyap seutuhnya. Simone Scaringi dari Pusat Astronomi Ekstragalaktika, Departemen Fisika, di Durham University, Inggris, dan para koleganya menggunakan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) milik NASA untuk menemukan ledakan-ledakan mikronova.
"Mikronova sekitar satu juta kali lebih redup daripada sebuah nova yang klasik," kata Scaringi, "Ledakan bertahan hanya setengah hari, bandingkan dengan beberapa minggu untuk nova."
Periode kejadiannya yang singkat bisa jadi yang membuat mereka sebelumnya tak teramati. TESS baru mengungkapnya saat observasi pencarian eksoplanet. Tiga mikronova didapati berjarak 5.000 tahun cahaya dari Bumi, dengan bintang kerdil putih tampak terang sesaat sebelum meredup lagi.
Mekanisme pasti di balik ledakan-ledakan mikronova itu belum jelas benar, tapi perkiraannya disebabkan oleh gas hidrogen yang terakumulasi di kutub-kutub bintang. Hidrogen mencapai suhu dan tekanan yang mampu memicu reaksi fusi dan menyebabkan ledakan termonuklir yang terlokalisir, dengan energi yang dirilis sebanyak yang dilepaskan matahari sepanjang satu hari.
Hanya bintang kerdil putih yang sangat magnetis yang mungkin mampu mengakumulasi gas hidrogen di kutub-kutubnya dengan cara seperti ini, yang berarti tidak seharusnya semua mengalami yang sama. Menemukan dan mempelajari lebih banyak mikronova diyakini bisa mengungkap rangkaian prosesnya secara lebih pasti, dan kemungkinan menerangkan bagaimana bintang kerdil putih mampu meng-akresi massa yang cukup hingga membuatnya meledak sebagai supernova.
“Ini menunjukkan betapa dinamisnya alam raya kita," kata Scaringi. “Jika Anda tidak melihatnya di saat yang tepat, Anda mungkin akan melewati hal-hal seperti ini." Laporan dari Scaringi dkk dipublikasi secara online di Jurnal Nature 20 April 2022.
NEW SCIENTIST, NATURE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.