Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Yang Bertahan di Kala Pandemi

Kompetisi Liga 1 musim 2021-2022 mulai bergulir sejak 27 Agustus lalu tanpa kehadiran penonton di stadion. Bagaimana mereka meraup pendapatan sponsor?

4 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bali United menjadi klub sepak bola pertama di Asia Tenggara yang mencari investor di pasar modal.

  • Cara klub sepak bola meraup pendapatan sponsor di masa pandemi.

  • Apa tanggung jawab PT Liga Indoensia Baru?

BURSA Efek Indonesia mencatatkan sejarah bagi sepak bola Indonesia pada 17 Juni 2019. Kala itu, perusahaan baru PT Bali Bintang Sejahtera Tbk resmi melantai di pasar modal dengan skema penawaran umum perdana saham (IPO). Perusahaan itu menaungi klub sepak bola yang bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Kabupaten Gianyar, Bali United Football Club.

Bali United menjadi klub sepak bola pertama di kawasan Asia Tenggara yang berstatus go public. Klub berjulukan Serdadu Tridatu ini mengikuti jejak klub ternama asal Cina, Guangzhou Evergrande, yang menjadi klub pertama di Asia yang menjual sahamnya ke publik di pasar modal. "Kami bisa berkembang. Kami bangun stadion serta sewa. Kami melakukan banyak hal, seperti membuat tim esports dan social media collaborator," kata Chief Executive Officer PT Bali Bintang Sejahtera Tbk Yabes Tanuri, Jumat, 3 September lalu.

Yabes mengatakan pendapatan klub tidak terlalu terkena dampak meski kompetisi Liga 1 musim 2021-2022 harus digelar tanpa penonton akibat pandemi Covid-19. Bali United telah melakoni laga pembuka melawan Persik Kediri di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 27 Agustus lalu. Dalam laga itu, Bali United menang dengan skor 1-0. Menurut Yabes, konsep “Beyond Football” yang diterapkan Bali United telah menyelamatkan keuangan klub ketika kompetisi harus terhenti lebih dari 500 hari.

Ketika sebagian besar klub harus kehilangan pendapatan akibat ditinggalkan sponsor, Bali United tetap mencatatkan pemasukan sebesar Rp 18,8 miliar pada medio Maret 2021. Meski demikian, pendapatan itu menurun dari periode yang sama pada 2020, yang sebesar Rp 41,8 miliar. Semboyan “Beyond Football”, dia menjelaskan, mendasari pembangunan unit bisnis dan serangkaian program lain. "Kami tidak hanya di football," ucap Yabes.

Yabes mengungkapkan, untuk menutup biaya operasional, Bali United bergantung pada anak-anak usaha, yakni PT Kreasi Karya Bangsa, PT Bali Boga Sejahtera, PT IOG Indonesia Sejahtera, dan PT Radio Swara Bukit Bali Indah. “Kami mengembangkan anak usaha yang bergerak di bisnis digital. Contohnya membuat iklan dan produksi program, penyewaan studio, dan iklan digital,” ujarnya. Hasil dari konsep itu membuat klub ini mendapatkan lisensi klub profesional dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Lain Bali United, lain Madura United. Presiden Madura United Achsanul Qosasi dalam wawancara dengan Koran Tempo pada 8 April lalu mengakui klubnya merugi akibat pandemi Covid-19. Namun, dia menambahkan, klub sedikit beruntung dengan dihentikannya kompetisi karena tak memakan banyak biaya. Achsanul mengklaim, untuk Madura United, ia harus merogoh kocek Rp 10-20 miliar per tahun pada kondisi normal.

“(Kompetisi berhenti), pemain dibubarkan, otomatis gaji stop. Tapi, kalau kondisi normal, tidak sulit mendapatkan dana,” tutur Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan ini. Achsanul mengatakan sumber pendapatan klub berasal dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebesar Rp 8 miliar per tahun dan dari kompetisi selama 10 bulan. Rata-rata, kata dia, klub mendapat Rp 800 juta tiap bulan yang bisa dipakai untuk menggaji pemain. Adapun biaya pertandingan tandang ditutup dari hasil penjualan tiket laga kandang.

Adapun Sekretaris Persipura Jayapura Rocky Babena mengatakan, meski kompetisi BRI Liga 1 musim 2021-2022 harus berjalan tanpa penonton, keuangan klub tidak terlalu terkena dampak. Menurut dia, hal yang paling penting adalah berjalannya kompetisi sehingga klub bisa meraup pendapatan dari sponsor. "Lebih baik kita berjalan dengan keterbatasan daripada tidak jalan sama sekali," ucap Rocky saat dihubungi, Jumat, 3 September lalu.

Sekalipun dalam kondisi normal, Rocky menambahkan, pemasukan dari tiket penonton tidak sampai 10 persen dari pendapatan klub dalam semusim. Salah satu sumber pendapatan yang sangat membantu adalah subsidi dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi. Pada musim 2018, subsidi buat klub mencapai Rp 7,5 miliar, sementara pada musim 2019 sebanyak Rp 5 miliar. "Kalau (dana subsidi) PT LIB, bisa, lah, 30 persen. Termasuk hak siar. Tergantung juga berapa banyak kita mendapatkan live. Musim sebelumnya kami kebanyakan dapat streaming," ujarnya.

Untuk musim 2021-2022, Rocky mengaku kesulitan memastikan seberapa besar dampak subsidi PT LIB terhadap pemasukan klub. Menurut dia, berubah-ubahnya jadwal kompetisi ikut mendongkrak jumlah pengeluaran klub. Namun ia tetap bersyukur kompetisi bisa berjalan lagi karena klub telah menandatangani kontrak dengan sponsor, yang menjadi sumber pemasukan utama. "Belum bisa kami hitung kisaran pengeluaran karena tertunda beberapa kali. Itu mempengaruhi perencanaan awal," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Latihan perdana Madura United di Pamekasan, Madura, 20 Mei 2021/maduraunitedfc.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian menyampaikan komitmen penyaluran kontribusi komersial untuk klub-klub Liga 1 2021-2022 setiap bulan sampai kompetisi berakhir. Kontribusi komersial merupakan pengganti istilah subsidi yang digunakan beberapa musim lalu. "Bukan subsidi namanya, tapi kontribusi komersial. Pada Juli 2021 sudah kami berikan Rp 400 juta untuk setiap tim. Berikutnya, tahap kedua, insya Allah kami berikan Agustus ini sebelum klub Liga 1 bertanding," tutur Akhmad seperti dikutip dari Antara, 4 Agustus lalu.

Akhmad melanjutkan, jumlah kontribusi komersial bisa saja berbeda setiap bulan. Namun dia menolak membeberkan rincian nilai nominalnya dan bagaimana cara menghitung perbedaan tersebut. Yang pasti, jumlah kontribusi komersial yang didapatkan klub Liga 1 pada musim 2021-2022 lebih rendah daripada subsidi pada musim-musim sebelumnya.

Dalam Liga 1 2019, misalnya, setiap tim mendapat subsidi sebesar Rp 5 miliar semusim atau lebih dari Rp 700 juta per bulan. Pada musim 2020, setiap klub beroleh Rp 5,2 miliar semusim meski pada akhirnya dana itu tidak diberikan seluruhnya lantaran liga dihentikan akibat pandemi Covid-19. Penyebab nilai kontribusi komersial musim 2021-2022 lebih kecil adalah klub tidak lagi menanggung biaya akomodasi dan transportasi pertandingan tandang. Semuanya dibebankan kepada PT LIB, termasuk biaya uji usap serta penanganan Covid-19.

Selain itu, Liga 1 musim 2021-2022 digelar terpusat di Pulau Jawa sehingga tim berpindah via jalur darat dengan bus. Hal-hal tersebut diterapkan PT LIB lantaran kompetisi berlangsung di tengah kepungan pandemi Covid-19. Liga 1 musim 2021-2022 yang digelar dengan format seri berlangsung mulai 27 Agustus lalu dan direncanakan berakhir pada April 2022.

Mantan Direktur Kompetisi PSSI, Tommy Welly, memprediksi total subsidi PT LIB untuk peserta Liga 1 musim ini mencapai Rp 100-125 miliar. Ia mengkritik sikap tidak transparan PSSI dan PT LIB. Seharusnya, dia menjelaskan, transparansi keuangan menjadi salah satu poin penilaian utama dalam pengelolaan sepak bola modern. "Saya hanya berani memprediksi berdasarkan pemahaman, kisarannya Rp 100 miliar, paling tinggi Rp 125 miliar," kata Tommy saat dihubungi, Rabu, 1 September lalu.

LARISSA HUDA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus