Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pesenam Rifda Irfanaluthfi meraih peringkat kelima dalam Artistic Gymnastics Apparatus World Cup Series 2023 di Baku, Azerbaijan.
Mengumpulkan poin di World Cup Series menjadi salah satu strategi untuk mendapatkan tiket ke Olimpiade Paris 2024.
Sudah tidak memiliki gerakan baru dalam lima tahun terakhir, Rifda mengincar poin tertinggi di World Cup Series.
SENYUM pesenam Rifda Irfanaluthfi mengembang setelah ia menyelesaikan lompatan di nomor kuda-kuda lompat dengan sempurna pada babak final Artistic Gymnastics Apparatus World Cup Series Ke-3 di Baku, Azerbaijan, Ahad, 12 Maret lalu. Memakai baju merah marun dengan nomor punggung 423, Rifda melakukan dua kali lompatan dengan salto ke belakang dan ke depan. Ia pun mengumpulkan total 12.799 poin yang membuatnya berada di peringkat kelima.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, atlet yang lahir di Jakarta, 16 Oktober 1999, ini berhasil meraih penghargaan khusus sebagai pesenam putri dengan pengurangan nilai terkecil. Rifda mengaku sempat mengalami kendala lantaran jarak lari yang ternyata berbeda dalam pengukuran titik nol. "Ketika lari menuju papan lompat rasanya aneh, tidak seperti biasanya," ujar Rifda melalui pesan tertulis kepada Tempo, Jumat, 31 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk memecahkan masalah tersebut, Rifda berulang kali mengatur langkah lari sebelum melakukan lompatan. Ia juga mengambil jarak lari dari yang lebih dekat hingga lebih jauh. "Mencoba menjauhkan langkah lari, ternyata itu semua tak bekerja,” tuturnya. “Akhirnya Rifda minta Kak Eva (pelatih Eva Novalina T. Butarbutar) mengukur jarak dengan meteran agar lebih pas."
Seusai pengukuran ulang, Rifda bisa menemukan jarak yang tepat ketika memulai lomba. "Untungnya Kak Eva selalu bawa meteran ke mana pun kami berlomba. Ya, alhamdulillah, setelah mengukur ulang, Rifda bisa menemukan jarak yang pas," kata atlet 23 tahun yang meraih dua medali emas dan satu medali perunggu dalam SEA Games Vietnam 2021 itu.
Capaian di kompetisi resmi Federasi Senam Internasional atau FIG ini, menurut Rifda, tak lepas dari latihan rutin di pemusatan latihan nasional atau pelatnas. Durasi latihan dua-tiga jam dalam enam hari per minggu itu dimanfaatkan Rifda untuk memperkuat teknik lompatan. "Di beberapa alat cukup siap. Sempat ada keraguan di alat vault karena beberapa kali jatuh saat latihan. Salah tekniknya," ujar Rifda.
Setelah berlaga dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Baku, Rifda terus mempersiapkan diri untuk bisa menembus Olimpiade Paris 2024. Ia bakal mengikuti beberapa turnamen untuk memperebutkan tiket ke pesta olahraga terbesar di dunia tersebut. "Untuk dapat tiket Olimpiade mulai ikut World Cup Series, Kejuaraan Asia, kemudian Kejuaraan Dunia," katanya.
Pesenema Rifda Irfanalutfi (kiri) saat menerima AGF Trophy sebagai Most Well eExecuted Female Gymnast, di World Cup Series Baku, Azarbaijan 2023/Azerbaijan Gymnastics Federation
Ia pun berupaya memperkaya teknik gerakannya sehingga bisa bersaing dengan atlet kelas dunia lain. "Beberapa gerakan harus disempurnakan," tuturnya. Peraih medali perak Asian Games 2018 ini juga mengaku cedera yang ia alami sejak pertengahan tahun lalu sudah pulih. "Tulang betis yang retak sudah pulih menyatu kembali. Rasa sakit di bagian itu masih sering muncul, tapi aman digunakan."
Dukungan federasi senam dan pemerintah, Rifda melanjutkan, yang sempat abai terhadap kondisi cederanya, sudah mulai diperbaiki. Ia pun telah mendapatkan tenaga medis pendamping untuk mencegah cederanya kambuh. "Sekarang sudah ada fisioterapis yang mendampingi selama pertandingan di luar negeri. Jadi berasa lebih tenang jika terjadi apa-apa," kata peraih satu medali emas dan tiga medali perak SEA Games 2019 di Filipina ini.
Rifda mengungkapkan, dukungan dari orang tuanya, Utu Solihin dan Yulies Andriana, membuat pemulihan cedera maksimal. Ia juga terus mendapat motivasi dari sang pelatih, Eva Butarbutar, agar bisa kembali ke kondisi fisik dan mental yang prima meski mengalami trauma karena cedera. "Salah satu juga yang membuat bangkit adalah impian-impian yang belum Rifda capai," ujar atlet bertinggi badan 153 sentimeter ini.
Rifda mengatakan salah satu strateginya untuk mempersiapkan mental sebelum berlomba adalah meminta pelatih menyadarkan dan meyakinkan bahwa dia sudah siap dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia terus melatih mental untuk bisa tampil konsisten. "Kalau grogi, mencoba menenangkan diri dengan mengatur napas, berzikir, mendengarkan musik yang menenangkan pikiran dan membangkitkan semangat, serta membayangkan gerakan yang akan ditampilkan, " ucapnya.
Eva mengatakan telah menyiapkan beberapa strategi untuk bisa mengantarkan Rifda tampil di panggung Olimpiade Paris 2024. Menurut dia, terdapat delapan kriteria yang bisa dicoba untuk dipenuhi guna meraih tiket Olimpiade. Salah satunya kecukupan poin dari World Cup Series yang pengumpulannya berlangsung pada November 2022-April 2024. "World Cup Series selanjutnya di Mesir pada akhir April nanti," kata Eva melalui sambungan telepon, Jumat, 31 Maret lalu.
Rifda Irfanaluthfi
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 16 Oktober 1999
Tinggi badan: 153 sentimeter
Berat badan: 47 kilogram
Spesialisasi: semua alat dan senam lantai
Pendidikan: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta
Orang tua: Utu Solihin dan Yulies Andiriana
Prestasi
2023: Peringkat kelima dan Pesenam Putri dengan Pengurangan Nilai Terkecil dalam Artistic Gymnastics Apparatus World Cup Series III di Azerbaijan
2021: dua medali emas dan satu medali perunggu SEA Games di Vietnam
2019: satu medali emas dan tiga medali perak SEA Games di Filipina
2018: satu medali emas Asian Games di Indonesia
2018: satu medali perak dan satu medali perunggu World Challenge Cup di Turki
2017: satu medali emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu SEA Games di Malaysia
2015: satu medali perak SEA Games di Singapura
Fokus utama untuk bisa mendapatkan tiket langsung, Eva melanjutkan, adalah tampil maksimal dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik yang digelar di Belgia, 30 September-8 Oktober mendatang. Ia mengatakan, sebelum bisa tampil di Belgia, atlet didikannya itu perlu tampil dalam Kejuaraan Asia yang berlangsung di Singapura pada akhir Juni nanti. “Ini satu rangkaian yang kami harus jalani," ujarnya.
Ihwal cedera yang pernah dialami Rifda, Eva menyebutkan kondisinya secara medis telah pulih 100 persen sejak Agustus 2022. Eva mengatakan keluhan sakit yang dirasakan Rifda merupakan hal lumrah bagi atlet seusai latihan berat. "Sebagai atlet senior tinggal mengatur ritme. Kami berkomunikasi, seumpama enggak nyaman kakinya kami coba kurangi intensitas latihan," tutur Eva, yang saat menjadi atlet meraih medali emas SEA Games 1985 dan 1987.
Menurut Eva, secara statistik peluang Rifda lolos ke Paris lebih kecil ketimbang ketika mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Dia menjelaskan, tidak ada gerakan Rifda yang baru dalam lima tahun terakhir. Sedangkan peraturan dan penilaian atlet untuk lolos ke Olimpiade terus berubah dan nilai gerakannya meningkat. "Secara mental Rifda lebih optimistis kali ini walaupun secara nilai pas-pasan banget dibanding saat Olimpiade Tokyo," ucapnya.
Dengan tidak adanya gerakan baru, Eva melanjutkan, peluang lolos dapat diperoleh lewat ketenangan agar Rifda bisa mendapat nilai maksimal. Ia menyatakan tidak berniat memberikan gerakan baru untuk kualifikasi Olimpiade karena risiko melakukan kesalahan dalam turnamen terlalu tinggi. "Sekarang saya arahkan saja untuk menjaga kondisi psikologisnya, melihat mood dia sehingga tidak grogi pas ajang besar," katanya.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari mengatakan pihaknya rutin berkoordinasi dengan Persatuan Senam Indonesia untuk merumuskan program guna meloloskan atlet senam ke Olimpiade Paris 2024. Apalagi, Oktohari menambahkan, senam adalah cabang olahraga yang berpeluang besar meraih tiket pesta olahraga empat tahunan tersebut. "Kalau dukungan dari NOC Indonesia pasti full," ujar Oktohari melalui pesan suara, Jumat, 31 Maret lalu.
Oktohari mengaku rutin pula berkomunikasi dengan Presiden FIG Morinari Watanabe untuk membuat program khusus demi peningkatan prestasi senam di Indonesia. "Presiden FIG itu sahabat saya, jadi sudah banyak rencana yang disiapkan buat atlet senam untuk bisa lolos kualifikasi Olimpiade," ucapnya tanpa memberitahukan detail rencana tersebut.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo