Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Pelaksana tugas Menpora, Muhadjir Effendy, mengurai masalah yang melatarinya.
Pemerintah kini berfokus pada persiapan SEA Games.
IMPIAN Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pupus ketika Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah pada Rabu, 29 Maret lalu. Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir berusaha melobi pejabat FIFA di Qatar, tapi keputusan tersebut tak berubah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pulang dari Qatar, Erick melaporkan hasil pertemuan dengan pejabat FIFA kepada Presiden Joko Widodo. Dia menyebutkan dua kemungkinan penyebab pembatalan itu, yakni intervensi kepala daerah yang menolak pertandingan U-20 di daerahnya dan masalah keamanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang menjadi pelaksana tugas Menteri Pemuda dan Olahraga, mengakui bahwa Indonesia mengajukan sejumlah syarat saat bernegosiasi dengan FIFA. Syarat itu, antara lain, tim nasional Israel bisa bertanding tapi tanpa pengibaran bendera nasionalnya, tak menyanyikan lagu kebangsaannya, dan tanpa penonton.
Muhadjir tak bisa memastikan syarat itu yang menjadi pertimbangan keputusan FIFA atau penolakan dari organisasi kemasyarakatan Islam dan surat penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster terhadap kesebelasan Israel. “Kami juga enggak tahu, FIFA hanya menyampaikan situasi terakhir,” kata Muhadjir kepada wartawan Tempo, Abdul Manan, Stefanus Pramono, dan Egi Adyatama, di rumahnya di kawasan Cilandak, Jakarta, Sabtu, 1 April lalu.
Sebelum ditunjuk sebagai pelaksana tugas Menteri Pemuda pada Kamis, 16 Maret lalu, Muhadjir menjadi Ketua Pengarah Piala Dunia U-20, yang sedianya diselenggarakan pada 2021 tapi batal karena pandemi Covid-19. Muhadjir menuturkan berbagai hal yang terjadi di tengah upaya melobi FIFA.
Persiapan apa yang sempat dilakukan untuk Piala Dunia U-20 ini?
Selama ini ditangani Deputi 5 Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang mengurusi pembinaan prestasi olahraga karena kami anggap tidak ada yang krusial. Baru sekitar bulan Januari, ada rapat untuk koordinasi. Baru kami mulai perhatian terhadap masuknya tim nasional Israel. Harus dimaklumi karena kami sedang memperhatikan Covid-19. Dan itu memang urusannya PSSI. Harus diakui, ini jadi salah satu faktor. Faktor kedua adalah pergantian (pimpinan) PSSI. Ini tentu saja juga berpengaruh. Belum lagi kasus Kanjuruhan. Itu juga menyita perhatian kami.
Apa yang dilakukan setelah mengetahui tim Israel lolos prakualifikasi?
Setelah muncul tim Israel, pada 13 Februari, saya menyurati Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. untuk segera mengkoordinasi keamanan.
Sewaktu rapat terbatas Januari itu soal tim Israel sudah jadi masalah?
Enggak ada masalah. Sudah banyak acara di Indonesia yang didatangi delegasi Israel dan itu tidak hanya ada di era Pak Jokowi. Sejak sebelum era Pak Jokowi sudah berdatangan delegasi Israel, tapi memang yang mengundang bukan kami. Yang mengundang itu organisasi internasional. Kita ketempatan.
Sama dengan U-20 ini?
Ya. Kementerian Luar Negeri sudah punya ketentuan kalau delegasi Israel masuk.
Ketentuan apa? Tidak boleh mengibarkan bendera?
Ya. Tidak boleh ada lagu kebangsaan. Ada beberapa. Saya mengajukan usulan ke PSSI untuk negosiasi dengan FIFA. Enggak ada yang aneh-aneh.
Syarat apa saja yang diajukan kepada FIFA?
Tidak ada lagu kebangsaan. Tidak ada pengibaran bendera Israel. Saya berpegang pada peraturan Menteri Luar Negeri. Hanya, saya mengusulkan penambahan tidak ada penonton.
Opsi menjadikan Singapura sebagai co-host juga diajukan?
Itu bukan usulan saya. Kelihatannya ada opsi itu, tapi saya sudah menghitung tidak mungkin. Di samping waktunya mepet, ini kan Indonesia yang punya gawe.
Ada antisipasi penolakan?
Bahwa akan ada resistansi, iya. Tapi kami tidak melihat suatu yang serius. Kan, enggak apa-apa organisasi masyarakat juga demo soal Palestina. Tapi kemudian saya memang menyurati Pak Mahfud. Untuk antisipasi saja. Pengamanan tambahan.
Sewaktu muncul demonstrasi menolak Israel, apa sikap pemerintah?
Biasa saja. Kami tidak melihat ada ancaman. Hanya jadi perhatian. Karena itu, ada rapat koordinasi. Terus saya dan Pak Mahfud menghadap Presiden pada 21 Maret di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, seusai dari Papua, melaporkan perkembangan itu.
Soal penolakan terhadap tim Israel itu bagaimana?
Surat dari Pak Wayan Koster. Kami juga sudah lapor. Kemudian Pak Mahfud juga lapor tentang kondisi terakhir berdasarkan masukan-masukan dari BIN (Badan Intelijen Negara), Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional).
Apa kata Presiden?
Pak Presiden menyampaikan, “Ya, harus kita perhatikan semuanya. Tapi ini harus jalan terus.”
PDI Perjuangan secara resmi menolak timnas Israel....
Soal PDI Perjuangan itu kan level atas. Kami yang penting mengamankan yang bawah. Saya sebagai Ketua Pengarah Piala Dunia U-20 menyiapkan lapangannya yang masih mendapat catatan FIFA.
Apakah benar ada laporan eskalasi demo meningkat?
Iya. Makanya saya, begitu dilantik, langsung ke Majelis Ulama Indonesia malam harinya.
Apa pertimbangan menemui MUI?
Karena selama ini yang demo-demo Palestina selalu dilekatkan dengan organisasi Islam.
Apakah MUI juga menolak Israel?
Semula keras. Setelah saya beri pemahaman, agak mengendur. Kami tahu harus sesuai dengan aturan. Acara-cara internasional yang melibatkan Israel, ada ketentuannya. Selama ini sudah berjalan dan itu terbukti tak melanggar konstitusi. Artinya, kebijakan luar negeri Indonesia kukuh, tak berubah. Apalagi sampai mengarah ke pelanggaran konstitusi. Saya sebagai pembantu presiden harus melindungi Presiden. Jangan sampai Presiden terbawa melanggar konstitusi. Bisa dimakzulkan.
Pertemuan dengan MUI itu atas perintah Presiden?
Inisiatif saya. Saya tahu eskalasi di kalangan ormas Islam kan makin keras.
Bukankah ormas seperti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama cenderung moderat?
Muhammadiyah juga relatif moderat. Pak Haedar Nashir, Ketua Umum Muhammadiyah, saya dengar sendiri, pesan ke Bu Retno (Menteri Luar Negeri): “Tolong rambu-rambu tetap digunakan seandainya Israel datang ke Indonesia seperti yang selama ini dilakukan Kementerian Luar Negeri.”
Anda melihat memang ada ancaman?
Secara pribadi tak melihat ancaman serius.
Alasan resmi yang disampaikan pemerintah ke FIFA apa?
Itu usul saya memang ke Presiden sewaktu ketemu di Bandara Halim. Supaya orang nanti tidak diarahkan kami sudah melanggar, mengubah kebijakan luar negeri, yang membela hak-hak Palestina itu. Kemudian juga jangan sampai kami dianggap menabrak konstitusi, terutama Pembukaan UUD (Undang-Undang Dasar 1945), maka saya mengusulkan tadi itu. Itu bukan tak berdasar. Selama ini, ya, itu yang dipakai dasar kami untuk bernegosiasi dengan lembaga-lembaga internasional yang mengadakan kegiatan di Indonesia.
Presiden setuju?
Setuju.
Apakah FIFA memperhatikan perkembangan di Indonesia, termasuk demo-demo menolak itu?
Iya, lah. Kita ini kan negara besar dengan 189 juta penggemar sepak bola. Saya kira terbesar di Asia Tenggara. Dan potensi dari segi publikasi ataupun komersial kita besar.
Sekali lagi, kapan Anda mendengar kabar pembatalan tuan rumah Piala Dunia U-20?
Resminya dibawa Pak Erick.
Kami mendengar informasi pembatalan sudah dibuat sebelumnya?
Ya, saat Pak Erick mendapat tugas dari Presiden itu, ya, karena itu masih dalam pembicaraan. (Saat) itu memang diharapkan FIFA masih bisa mengubah keputusan.
Ternyata tak mengubah keputusan?
Ya. Sekarang kita harus tunduk pada keputusan FIFA.
Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pemuda dan Olahraga, Muhadjir Effendy (kanan) didampingi Wakil Ketua Umum PSSI Ratu Tisha Destria saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 20 Maret 2023. Tempo/M Taufan Rengganis
Setelah ada putusan itu, apa reaksi Presiden?
Saya belum mendapat arahan beliau.
Apakah sudah ada laporan dari PSSI mengenai dampak terhadap pemain U-20?
Belum. Kami sedang fokus ke SEA Games. Nanti sore ada penyerahan obor. Kami sudah mulai bergegas untuk meninggalkan kekecewaan ini dan menyiapkan SEA Games.
Sudah muncul pernyataan kecewa dari pemain?
Saya mantau lewat Pak Zainudin Amali (Wakil Ketua Umum PSSI). Kemarin saya tanya. Intinya pemain masih terus diminta berlatih. Kalau kecewa, pasti kecewa. Bukan hanya dia. Tim U-20 yang sebelumnya enggak jadi bertanding pada 2021 juga kecewa. Kalau itu gara-gara Covid-19.
Dari PSSI apakah ada laporan soal kontrak-kontrak yang sudah telanjur dijalankan dan bagaimana menyelesaikannya?
Kemarin saya sudah adakan rapat. Itu anggarannya dari Kementerian Pemuda. Sudah saya minta cek. Kalau kontraknya sudah telanjur, ya, harus dilanjutkan, daripada kami diperkarakan. Sudah babak belur, diperkarakan lagi soal itu. Sementara itu, untuk Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah saya minta lewat Sekretariat Jenderal, berapa (biayanya) kalau nanti ada perbaikan lapangan sepak bola itu.
Pemerintah sudah mengeluarkan dana lebih dari Rp 1 triliun untuk menyiapkan Piala Dunia U-20....
Makanya saya akan segera ketemu BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk membahas bagaimana supaya bisa dipertanggungjawabkan pengeluarannya.
Dengan adanya kontroversi soal timnas Israel, bagi Anda, keputusan ini lebih berat atau ringan bagi Indonesia?
Berat. Saya sangat yakin, kalau dilaksanakan, kita bisa menjaga keamanannya. Dengan catatan FIFA masih mentoleransi ada demo, ada protes. Kalau soal keamanan tim, saya yakin bisa diatasi.
Indonesia juga pernah kedatangan delegasi Israel, kan?
Saya punya catatan kapan saja delegasi Israel datang. Konvensi Rangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) 2007. Lalu Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) 2013. Kemudian kejuaraan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) 2015 di Jakarta. Tidak ada yang demo. Interpol Assembly 2016 di Bali. Pertemuan Tahunan IMF 2018 di Nusa Dua, Bali.
Pertemuan antarparlemen di Bali pada 2022, dan tuan rumahnya Dewan Perwakilan Rakyat, kenapa tidak ada resistansi?
Di samping resonansinya tidak segede sepak bola, protokolnya dipatuhi. Memang ada insiden agak kecil. Delegasi Israel melambaikan bendera dan mengklaim bahwa sebentar lagi akan dibangun hubungan diplomatik. Ya, mereka agak provokatif juga. Kita juga, makanya, harus hati-hati. Pengurus KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) yang ikut di Rwanda menyampaikan kepada saya, tim Israel sebetulnya mau bertemu, tapi Pak Erick enggak mau menemui. KONI kebetulan menemui. Dia menyampaikan, apa pun perlakuan Indonesia, Israel akan manut saja.
Kapan Anda diberi tahu soal ini?
Sewaktu saya ke KONI setelah dari MUI. Saya koordinasi terutama rencana SEA Games.
Penolakan FIFA itu lebih karena ada pengajuan syarat dari kita, bukan karena adanya penolakan terhadap timnas Israel?
Saya kira iya. Dan itu kan haknya FIFA.
FIFA juga menyebut soal kasus Kanjuruhan?
Tapi kan dia tidak menyebut itu sebagai alasan. Jadi dia hanya sebut “keadaan yang terakhir”. Dia tidak secara spesifik menyebutkan apa.
Tujuan Erick Thohir ke Qatar itu untuk mencegah pembatalan tuan rumah atau mencegah FIFA memberi sanksi?
Targetnya, ya, kalau bisa tetap di sini. Tapi, menurut saya, kondisi-kondisi itu (tidak ada pengibaran bendera dan lain-lain) harus dipraktikkan. Masalahnya, sudah ada penolakan secara resmi.
Apakah bisa dipastikan keputusan FIFA itu karena ada penolakan Gubernur Bali?
Kami enggak tahu. Wong dia hanya menyampaikan situasi terakhir.
Apa upaya mencegah sanksi FIFA?
Sanksi mungkin ada, tapi kami harapkan ringan. Misalnya denda.
Apa sanksi berat yang mungkin?
Enggak boleh ikut berlaga di tingkat internasional sekian tahun. Kita pernah dilarang bertanding pada 2015. Mudah-mudahan kasus sekarang tidak disamakan dengan kasus kemarin (2015). Ini terserah Pak Erick sebagai pelobi PSSI. Karena Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PSSI itu rigid sekali, tidak mau dicampuri pemerintah. Kayak kasus Kanjuruhan saja, saya selalu diingatkan, kalau terlalu jauh nanti bisa diberi sanksi FIFA.
(Pada 2015, FIFA menjatuhkan sanksi karena campur tangan pemerintah terhadap PSSI setelah Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi membekukan PSSI.)
Muhadjir Effendy
Tempat dan tanggal lahir:
Madiun, Jawa Timur, 29 Juli 1956
Pendidikan:
• S-1 Pendidikan Sosial Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan Malang, Jawa Timur
• S-2 Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
• S-3 Program Doktor Ilmu-ilmu Sosial Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya
Karier:
• Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, 2000-2016
• Guru besar Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2014-sekarang
• Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2016-2019
• Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2019-sekarang
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo