Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapal riset OceanXplorer atau OceanX milik Amerika sedang menjalani ekspedisi di perairan Indonesia. Riset yang menjadi bagian dari program Misi Indonesia 2024 ini dipastikan untuk memenuhi kebutuhan domestik sepenuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 39 peneliti lintas instansi dan kementerian terdaftar menjadi awak di kapal itu, mengeksplorasi laut dalam di Indonesia. Seorang di antaranya adalah Ariani Hatmanti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dia meneliti mikroorganisme laut di kedalaman 1.000 meter Selat Malaka yang mencakup tiga wilayah perairan yaitu Aceh Utara, Aceh Barat, dan Batam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ariani mengakui sangat terbantu oleh fasilitas dan teknologi OceanX yang termuat di dalamnya, antara lain, adalah kapal selam berawak dan remotely operated vehicle (ROV), masing-masing mampu menyelam sampai 1.000 dan 5.000 meter. Terlebih, dia menambahkan, penelitiannya kali ini tentang mikroba hidrotermal, mikroorganisme yang mampu berkembang biak di sekitaran sumber air panas di dasar laut.
Ariani mengatakan bahwa penelitiannya dilakukan di perairan Selat Malaka dengan kedalaman mencapai 1.000 meter. Penelitian disebutnya memakan waktu 13 hari sampai satu bulan. "Melihat komposisi mikroba, serta potensi-potensi apa saja yang bisa diperoleh dari mikroba tersebut," kata Ariani saat ditemui di @america, Pacific Place Mall, Jakarta, Selasa 9 Juli 2024.
Seorang pilot kapal selam, Colin Wade melakukan perawatan kapal Submersible Triton yang berada di sub hangar Kapal OceanXplorer di pelabuhan Teluk Bayur Padang, Sumatera Barat, Minggu, 23 Juni 2024. Organisasi nirlaba ekplorasi laut global, OceanX bersama dengan Kemenko Marves dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia menyelesaikan tahap kedua Misi Indonesia 2024 dan bersandar di Padang yang kemudian akan melanjutkan misinya bersama kapal riset tercanggih di dunia itu hingga ke Sulawesi Utara. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Menurut peneliti biologi kelautan ini, mikroba yang ditemukannya kemungkinan termasuk bakteri pengurai, serta penyedia makanan bagi biota laut. "Penemuan ini nantinya dapat digunakan untuk keberlangsungan kehidupan manusia," katanya menambahkan.
Penantian 12 Tahun Peneliti Ikut OceanX
Dituturkan Ariani, ekspedisi oleh OceanX setiap 5-10 tahun sekali. Artinya, ada seleksi yang ketat untuk peneliti yang ingin menumpang di dalamnya. "Saya mendaftar dari 2012. Alhamdulillah, awal Januari 2024 kemarin saya menerima kabar baik, nama ada di daftar bersama dua rekan," ucap Ariani.
Diskusi ekspedisi kapal riset Amerika, OceanXplorer, di Indonesia di @america, Pacific Place Mall, Jakarta, Selasa, 9 Juli 2024. Tempo/Irsyan
Ariani menekankan pentingnya kapal selam OceanX menjadi gerbang masuk untuk melihat dunia bawah laut Indonesia. "Semoga kedepannya Indonesia dapat mempunyai kapal selam sendiri untuk penelitian," ujarnya.
Saat ini kapal OceanX berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia menjelaskan bahwa nantinya kapal tersebut akan berlayar kembali ke Teluk Benoa, dan terakhir Pulau Komodo.
Pilihan Editor: Studi FKUI Temuan 4 Faktor Lansia Bisa Berumur Panjang