Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.

9 Oktober 2024 | 19.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi dari University of California San Francisco dan University of Michigan menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seseorang di usia lanjut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Setelah analisis mendalam, kami menemukan bahwa trauma di masa awal kehidupan, terutama pelecehan fisik dari orang tua, memiliki korelasi kuat dengan rasa sakit, kesepian, dan gejala depresi di akhir kehidupan," kata penulis senior studi, Dr. Ashwin Kotwal dari Divisi Geriatri UCSF dan San Francisco VA Medical Center, dikutip dari Earth.com, Rabu, 9 Oktober 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Kotwal, dampak trauma masa kecil dapat dirasakan sepanjang hidup seseorang. "Trauma ini mungkin berkontribusi pada isolasi sosial dan emosional, kebiasaan kesehatan yang buruk, serta peningkatan risiko trauma berikutnya,” tuturnya. 

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Geriatrics Society ini menggunakan data dari Health and Retirement Study (HRS), yang memantau sekitar 6.500 orang Amerika berusia di atas 50 tahun antara tahun 2006 hingga 2020. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta yang mengalami lima atau lebih peristiwa traumatis memiliki tingkat rasa sakit, kesepian, dan depresi yang lebih tinggi di akhir hidup mereka dibandingkan mereka yang tidak mengalami trauma.

Penulis utama studi ini, Dr. Kate Duchowny dari Institute for Social Research di University of Michigan, menjelaskan bahwa trauma secara efektif "meresap ke dalam tubuh”. Peneliti menyebut bahwa trauma berpotensi menciptakan lingkungan pro-inflamasi dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat memicu kondisi kronis.

Berdasarkan hasil penelitian ini, depresi juga menunjukkan peningkatan signifikan pada mereka yang memiliki riwayat trauma. Individu-individu ini memiliki kemungkinan 40% mengalami depresi di akhir hidup, dibandingkan dengan 24% dari mereka yang tidak mengalami trauma.

Kotwal melihat temuan ini sebagai peringatan bagi penyedia layanan kesehatan. “Menjelang akhir hidup, orang mungkin mengalami 'rasa sakit total'—campuran rasa sakit spiritual, psikologis, dan fisik. Trauma sepanjang hidup mungkin membentuk pengalaman rasa sakit tersebut,” kata dia. 

Dalam situasi seperti ini, bantuan dari psikolog, pendeta, atau pekerja sosial mungkin menjadi cara yang paling efektif untuk mengurangi rasa sakit. Ini bukan hanya tentang mengobati gejala, tapi tentang menangani penyebab penderitaan yang mendasarinya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus