Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Muhamad Helmi, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) wilayah II-A Sumatera Selatan dan Bangka Belitung mengatakan saat ini di Sumatra Selatan memiliki 4.172 dosen yang mengabdi di 97 perguruan tinggi swasta. Dari data dosen tersebut baru 10 persennya yang mengantongi gelar S3 sedangkan sebagian besarnya lainnya baru bergelar S2 atau sebanyak 3.722.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berdasar data tahun lalu ini, selain persoalan akses ke perguruan tinggi yang masih rendah kami juga punya persoalan di tenaga pengajar," katanya pada Selasa, 20 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Helmi menambahkan saat ini di Sumsel masih terdata 30 persen dosen belum mengantongi sertifikasi. Pada hari yang sama, Helmi dan puluhan pengurus lainnya dikukuhkan oleh gubernur Sumsel Herman Deru sebagai pengurus Aptisi Sumsel dan Babel periode 2022-2026. Helmi dihadapan forum yang turut dihadiri mantan ketua DPR RI Marzuki Alie yang juga ketua dewan penasehat Aptisi Wilayah II-A, M.
Budi Djatmiko selaku ketua umum Aptisi pusat, memaparkan data di tahun 2021 yang menyebutkan terdapat 125 Perguruan Tinggi Negeri atau PTN sementara PTS atau Perguruan Tinggi Swasta terdapat sekitar 4.398.
Mengerucut lagi untuk wilayah Sumsel dia menyebutkan ada 2 PTN dengan total mahasiswa 46.710 sedangkan PTS terdata 97 PTS dengan total mahasiswa 94.911. Berikutnya di kepulauan Bangka Belitung, dia membeberkan data adanya 14 PTS dengan mahasiswa 6.724. “Jadi dibandingkan dengan jumlah PTN yang ada di Sumseljelas jumlah PTS jauh lebih besar,” katanya.
Dari data yang dia sampaikan itu, Helmi menilai peran PTS begitu besar dalam ikut serta mencerdaskan anak bangsa melalui dunia pendidikan di perguruan tinggi.
Hal ini menurutnya juga menggambarkan peran PTS dalam meningkatkan APK perguruan tinggi. Di tahun 2021, APK Sumsel sekitar 26,32% atau dibawah rata-rata nasional yaitu 31,19 persen. “Artinya baru sekitar 26 persen penduduk usia 19-23 tahun yang dapat mengakses perguruan tinggi ujarnya lagi.Permasalahan tersebut katanya harus diselesaikan secara bersama-sama melalui wadah Aptisi.
Sementara itu umum Aptisi, Budi Djatmiko berharap agar kampus-kampus dapat segera menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dia sebut dunia sudah dipenuhi oleh robot. Selain perlunya peningkatan mutu dari dosen itu sendiri, pengelola kampus dapat membebaskan para mahasiswa berkreasi sesuai dengan dunianya. "Tatanan perguruan tinggi berubah total. tugas kita adalah memerdekakan anak didik," katanya.
PARLIZA HENDRAWAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.