Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni mengatakan PSSI memiliki Pekerjaan Rumah (PR) besar usai Timnas Indonesia U-23 gagal lolos ke Olimpiade Paris 2024. Menurut dia, federasi harus segera membenahi pembinaan pemain muda di Tanah Air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama berada di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI lebih berfokus pada pencarian talenta-talenta diaspora atau pemain keturunan yang berkarier di Eropa untuk kemudian dinaturalisasi. Hal ini tidak salah dan terbukti membuahkan hasil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Piala Asia U-23 2024, misalnya, kehadiran Justin Hubner, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, dan Rafael Struick menambah kekuatan Timnas U-23 Indonesia sehingga bisa menembus semifinal dan memainkan laga playoff Olimpiade Paris 2024 melawan Guinea meski akhirnya kalah.
Menurut Kusnaeni, pencapaian ini bakal membuat ekspektasi publik semakin tinggi terhadap Tim Merah Putih. Maka dari itu pembinaan harus segera dibenahi agar tidak hanya bergantung pada pemain diaspora dan keturunan.
"Publik sekarang akan menjadikan standar empat besar Asia ini sebagai patokan ekspektasi. Untuk itu, segera benahi pembinaan dan kompetisi usia muda secara serius. Karena tim nasional kelompok umur sangat bergantung kepada kualitas kompetisi usia muda di dalam negeri," ujar dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 10 Mei 2024.
Mohamad Kusnaeni. Instagram
"Tidak mudah mendapatkan pemain diaspora berkualitas di usia muda. Juga tidak mudah mendapat izin dari klubnya saat timnas membutuhkan. Sehingga tidak ada pilihan lain, harus memperkuat pondasi pembinaan melalui kompetisi usia muda di dalam negeri," kata Kusnaeni menambahkan.
Pengamat yang akrab disapa Bung Kus itu menilai kompetisi muda yang berkualitas akan berpengaruh pada kekuatan timnas usia muda di masa depan. Menurut dia, Liga usia dini akan menjadi tulang punggung utama, sementara talenta diaspora hanya melengkapi. Namun, saat ini kenyataannya adalah kebalikan dari hal tersebut. PSSI sangat bergantung pada pemain diaspora dan keturunan, lalu ketika mereka tidak hadir maka perbedaan kekuatan dalam tim akan sangat terasa.
"Di masa depan nanti, kompetisi usia muda domestik inilah tulang punggung tim nasional kelompok umur. Pemain diaspora sifatnya nanti hanya melengkapi untuk menambah elemen kualitas dan pengalaman internasional," ucapnya.
Saat ini belum ada kompetisi usia muda di bawah naungan PSSI yang bergulir secara konsisten tiap tahun. Elite Pro Academy yang kerap diagung-agungkan sebagai program pembinaan pemain muda federasi, nyatanya belum berjalan konsisten di semua kelompok umur. Seperti pada musim ini, hanya ada tiga jenjang yang digelar, mulai U-16, U-18, dan U-20. Padahal pada edisi 2022 silam, sempat hadir jenjang untuk U-14, tapi tidak berlanjut.
Pilihan Editor: Erick Thohir Targetkan Timnas U-23 Indonesia Lolos ke Olimpiade 2028