Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Ditonton 500 Ribu Penonton, Hanung Bramantyo Bersyukur

Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa diharapkan dapat mengedukasi masyarakat soal isu kekerasan seksual di pesantren.

5 Juni 2024 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Diangkat dari novel kontroversional Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan, film garapan Hanung Bramantyo berjudul Tuhan, Izinkan Aku Berdosa telah ditonton 531.980 penonton dalam kurun waktu 13 hari pada Senin, 3 Juni 2024.

Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Diminati, Hanung Bramantyo Bersyukur

Hanung Bramantyo mengucapkan syukur atas pencapaian film tersebut melalui unggahan di Instagram pribadinya. Ia mengunggah sebuah video adegan Aghniny Haque yang berperan sebagai Nidah Kirani sedang berada di atas gunung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Alhamdulilah, sudah tembus 500 ribu lebih penonton. Kirain film kayak gini bakal kandas sebelum minggu kedua. Ternyata bisa bertahan sampai minggu kedua dan masih banyak layar," tulis Hanung dalam keterangan unggahannya itu pada Senin, 3 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suami Zaskia Adya Mecca itu menggagas film dengan tujuan mengedukasi masyarakat mengenai isu kekerasan seksual di kalangan pesantren, masalah sosial di masyarakat dan juga persoalan agama. Karena itu, ia berharap film ini ditonton lebih banyak orang lagi. .

"Semoga bisa tembus lebih banyak lagi penonton. Yuk, yang ingin mengarungi perjalanan spiritual Nidah Kirani menuju hijrah yang mulia, silahkan merapat ke bioskop," tulisnya.

Pencapaian tersebut tak disangka Hanung Bramantyo. Film yang berdurasi 115 menit itu masih bertengger di pekan kedua penayangan, pascaperilisan pada 22 Mei 2024.

Film-film Hanung Bramantyo soal Agama yang Pernah Dikritik

Sebelumnya, karya-karya Hanung Bramantyo juga tak absen dikritik oleh banyak kalangan, karena dianggap selalu menggunakan unsur agama. Seperti film Perempuan Berkalung Sorban yang pernah dikritik oleh pengurus Majelis Ulama Indonesia yaitu Ali Mustafa Yaqub, hingga meminta menarik izin edar film karena dianggap mencoreng citra Islam.

Film itu bercerita tentang perjalanan seorang perempuan yang hidup di lingkungan pesantren dan ajaran Islam yang konservatif. Ia menginginkan kesetaraan hak perempuan dalam hal pendidikan hingga memilih jodohnya sendiri.

Lalu film ? yang juga mendapat kritik oleh organisasi Front Pembela Islam karena dianggap menebar pesan pluralisme. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Seni dan Budaya Cholil Ridwan juga menyatakan, "Film ini menyebarkan pluralisme agama yang sebelumnya dinyatakan haram oleh MUI.

Kritik tersebut bermula saat Hanung mengambil tema pluralisme agama di Indonesia. Ia memotret konflik antarkeyakinan beragama, yang dituangkan ke dalam sebuah alur cerita yang berpusat pada interaksi dari tiga keluarga penganut Buddha, Muslim, dan Katolik. Setelah menjalani banyak kesulitan dan kematian beberapa anggota keluarga dalam kekerasan agama, mereka mampu untuk hidup berdamai.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus