Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.

21 Maret 2024 | 16.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Puisi Hujan Bulan Juni telah bermetamorfosa ke dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film, menyampaikan kearifannya pada banyak orang melalui beragam bentuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puisi Hujan Bulan Juni adalah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang lahir pada 20 Maret 1940 dan wafat pada 19 Juli 2020 pada usia 80 tahun. Puisi diterbitkan dalam buku kumpulan puisi berjudul sama pada 1994.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hujan Bulan Juni ini mengandung makna yang dalam melalui kata-kata dalam setiap bait yang disusun dengan sederhana, tidak terlalu mendayu-dayu, penggambaran alam, dan kebebasan untuk tidak sama atau seragam dengan yang lain memang merupakan kekhasan Sapardi.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah 

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif 

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

Dikutip dari nationalgeographic.grid.id alih-alih percintaan, puisi Hujan Bulan Juni menurut Winarti dari Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, punya makna ilahiah. Winarti menyebut Hujan Bulan Juni adalah tokoh yang sangat tabah dari orang biasa. Sosok ini adalah perindu, tetapi pemalu, penyimpan rahasia yang hebat. “Selain sabar dan bijak, Hujan Bulan Juni juga memiliki sifat arif. Tak ada satupun orang di dunia ini setabah,sebijak dan searif hujan,” terangnya.

“Dalam hal arif, ia harus mengikhlaskan rindunya untuk dikembalikan kepada Tuhan dan alam,Ikhlas adalah keputusan final yang arif dalam menyimpan perasaan.”

Sementara Sapardi tidak memakemkan arti pada puisinya. Dia justru mengatakan bahwa makna dan amanat puisi Hujan Bulan Juni memang harus diburu pembaca. Sajak yang baik menurutnya, yang mengundang banyak tafsir.

Keiklasannya dan pembebasan terhadap pemaknaan dalam setiap karyanya telah membuat setiap karya-karya Sapardi lainnya teramat dicintai. Meskipun telah lahir beberapa kali dengan bentuk yang berbeda Hujan Bulan Juni selalu berhasil memikat hati banyak orang.

Terakhir, setelah diterjemahkan dalam bentuk novel pada tahun 2015, Hujan Bulan Juni kemudian dikemas dalam film yang disutradarai Hestu Saputra menggandeng Velove Vexia dan Adipati Dolken sebagai bintang utama yang tayang pada 2 November 2017.

Film ini bercerita tentang hubungan Pingkan (Velove Vexia) dan Sarwono (Adipati Dolken) yang mulai dipertanyakan karen perbedaan yang sangat besar. Bukannya Pingkan dan Sarwono tidak menyadarinya, namun mereka sudah terlanjur nyaman menetap bertahun-tahun di dalam ruangan kedap suara bernama kasih sayang. Film ini bahkan meraih nominasi di Festival Film Indonesia atau  FFI  2018.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I  ARMANDRA MUSTIKA MEGARANI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus