Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Aktris Michelle Yeoh meraih Piala Oscar.
Aktris Asia pertama yang berjaya di Hollywood.
Sukses pada usia 60 tahun.
DIDAMPINGI suaminya, Waymond Wang, dan ayahnya, Gong Gong, Evelyn Wang (Michelle Yeoh) mendatangi kantor pajak. Di hadapan petugas pengawas pajak, Evelyn seperti orang linglung. Petugas itu mempertanyakan sebuah bon pembelian alat karaoke karena tak berhubungan dengan usaha penatunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Evelyn seperti tak bisa mencerna pertanyaan Deirdre Beaubeirdre, si petugas. “Anda mendengar saya?” ujar Deirdre. “Ya, saya menyimak,” kata Evelyn. Meski ia menjawab demikian, pikirannya entah ke mana. Petugas pajak, perempuan baya yang garang, itu bingung atas jawaban Evelyn yang berubah-ubah. “Dulu Anda bilang sebagai guru, koki, lalu penyanyi…,” ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Evelyn hanya menjawab sepatah-sepatah. Ada yang mengganggu pikirannya. Di telinganya seperti ada yang membisikkan sesuatu. Pada saat yang sama, di dimensi yang berbeda, tiba-tiba saja kursi Evelyn seperti ditarik dengan kuat menembus ruang petugas pembersih kantor (janitor) tak jauh dari tempat duduknya. Ia pun berteriak sekuat tenaga. Namun seperti tak ada yang mendengar teriakannya. Di dalam ruangan itu sudah ada Waymond yang meminta segera menolongnya.
Michelle Yeoh (kedua dari kanan), Ke Huy Quan (kedua dari kiri), dalam salah satu adegan di film "Everything Everywhere All at Once". IMDB
Dengan kebingungan yang berkecamuk di kepalanya, Evelyn mengabaikan permintaan Waymond (Ke Huy Quan). Evelyn terkejut ketika pintu dijebol oleh dua kepalan tangan Deirdre (Jamie Lee Curtis), yang berusaha meraih Waymond. Waymond menyuruh Evelyn lari, melompat dengan menekan tombol hijau pada alat di telinga sang istri. Perempuan ini terseret ke alam dimensi yang berbeda lagi, tapi Deirdre terus memburunya seperti musuh.
Dengan alat dan pertolongan staf di sebuah mesin, Waymond kemudian membantu memindahkan Evelyn ke semesta lain, lari dari kejaran Jobu Tupaki, seorang mesin pembunuh. Evelyn melakukan petualangan teletransportasi di multisemesta, menjelajah ke berbagai alam. Hal itu membuat otaknya seperti sibuk dalam beragam dimensi. Ada banyak peristiwa yang mengantarkan kebingungan yang dihadapi secara tiba-tiba. Semua berputar-putar seperti putaran mesin cuci usaha yang menghidupi Evelyn.
Film berjudul Everything Everywhere All at Once garapan Daniel Kwan dan Daniel Scheinert itu menampilkan pengembaraan Evelyn, Waymond, dan Gong Gong serta Deirdre di semesta multidimensi. Dengan genre komedi sains, film ini memborong tujuh Piala Oscar pada Academy Awards Ke-95, Senin,13 Maret lalu, di Dolby Theater, Los Angeles, Amerika Serikat. Tujuh piala itu diperoleh dari kategori Film Terbaik, Naskah Terbaik, Aktris Terbaik, Aktris Pendukung Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, dan Penyuntingan Terbaik. Ke Huy Quan dan Jamie Lee Curtis diganjar Piala Oscar sebagai pemeran pendukung terbaik.
Film ini mengantarkan Michelle Yeoh, aktris yang lahir di Ipoh, Malaysia, 6 Agustus 1962, meraih kesuksesan. Ia berperan sebagai Evelyn, imigran di Amerika Serikat yang hidup dari usaha penatu. Hidupnya keras. Ia harus merawat ayahnya, Gong Gong, dan anak perempuannya, Joy, yang mulai memberontak. Ia tak akur dengan Joy, apalagi dalam hal orientasi seksual pilihan sang anak. Suaminya yang penyabar, Waymond, sering tak berdaya. Mereka bahkan di ambang perceraian. Persoalan muncul ketika ia harus berurusan dengan pengawas pajak. Bahasa pajak yang rumit membuat dia puyeng, sepuyeng ketika menghadapi tumpukan bon di meja kerjanya.
Dalam film ini, Michelle Yeoh harus menampilkan karakter Evelyn dalam berbagai situasi sesuai dengan semesta yang hadir. Ada kalanya dia menjadi ibu yang sedih atas penolakan putrinya, lalu perempuan yang sibuk mencermati bon-bon saat mesin cuci usahanya berputar, terlempar menjadi seorang koki, lantas terlempar lagi ke dunia penyanyi opera di atas panggung. Ia pernah harus berhadapan dengan putrinya sebagai pendekar berpedang seperti dalam film-film klasik Hong Kong. Lihatlah pula ekspresinya ketika ia menjadi pasangan Deirdre yang sama-sama berjari seperti hot dog panjang-panjang.
Michelle Yeoh dan Jamie Lee Curtis (kiri), dalam salah satu adegan di film "Everything Everywhere All at Once". IMDB
Suatu ketika, Evelyn terlempar ke dunia akting. Ia menjadi bintang film yang tengah menghadiri pemutaran filmnya dengan gaun yang anggun. Sebuah dunia yang menyenangkan untuknya. Di lain waktu, dia seperti tertampar dan melesat ke alam tempat ia menjadi penjaja piza di pinggir jalan, tiba-tiba menjadi batu di tepi jurang, atau menjadi pendekar bermata tiga. Sebuah perjalanan yang tak masuk akal tapi harus ia jalani. Yeoh harus menghayati beragam karakter Evelyn di semesta yang berputar dalam waktu singkat.
"Yang paling menantang adalah menjadi Evelyn yang melompati waktu menghadapi Deirdre. Tangan seperti seorang master, tapi ekspresi muka entah ke mana,” ujarnya saat diwawancarai IMDB. Duo Daniel menyisipkan pesan yang manis dari perjalanan semesta Evelyn lewat sebuah satire dalam tiga babak film itu.
Beragam karakter yang dimainkan dan harus dihayati Yeoh inilah yang mengantar dia menyabet Piala Oscar dalam perhelatan Academy Awards Ke-95. Ini sebuah kebanggaan mengingat Piala Oscar itu adalah yang pertama disabet oleh aktris Asia. Keberhasilan Yeoh merebut penghargaan sebagai aktris terbaik ini berselang 21 tahun dari capaian Halle Berry ketika aktris Afro Amerika itu meraih gelar yang sama. Selebihnya, aktris Amerika Serikat atau Eropa menjadi langganan penghargaan tersebut.
Michelle Yeoh di film "Everything Everywhere All at Once". IMDB
Prestasi Yeoh pada 60 tahun usianya membuktikan bahwa umur tak menjadi penghalang kesuksesan seorang aktris, seorang perempuan. Dia memberi pesan kepada semua anak laki-laki dan perempuan yang menyaksikan perhelatan pada malam itu bahwa ada mercusuar harapan dan kemungkinan. Harapan dan mimpi itu bisa terwujud. "Dan para perempuan, jangan biarkan siapa pun memberi tahu Anda bahwa Anda pernah melewati masa jaya Anda. Jangan menyerah,” ucap Yeoh dalam pidato penerimaan Piala Oscar-nya.
Yeoh melejit di dunia film Hollywood saat membintangi film besutan Ang Lee, Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000). Sebuah film laga yang sangat estetik layaknya puisi. Film ini mengantarkan empat Piala Oscar pada 2001. Sebelumnya, Yeoh bermain dengan Pierce Brosnan sebagai gadis Bond dalam judul Tomorrow Never Dies (1997) dan bersama Jackie Chan dalam Supercop (1992). Dua film ini menuntut adegan berbahaya bergelantungan dari gedung tinggi, mengebut dengan sepeda motor, berjumpalitan di dalam mobil dan kereta api yang bergerak cepat, serta berjungkir balik di atap kendaraan tersebut lalu terlempar ke jalanan. "Sungguh-sungguh gila waktu itu,” tuturnya. Ia belajar kepada stuntman untuk menjalankan adegan tersebut. Tapi tetap saja adegan yang ia lakukan saat memacu sepeda motor dan terbang berusaha menjangkau gerbong kereta berbahaya.
Yeoh bercita-cita menjadi penari balet hingga menempuh pendidikan balet di London. Namun cedera mengubur impiannya. Ia memulai karier dari dunia model dan kontes putri di Australia dan Malaysia (Miss Malaysia) pada awal 1980-an. Ia sempat pula merambah dunia periklanan bersama Jackie Chan. Dari sanalah kemudian ia berakting di depan kamera di kancah perfilman Hong Kong.
Film pertama Yeoh, The Owl Vs Bombo/Mao tou yin yu xiaofei xiang (1984), yang bergenre komedi aksi, disutradarai Sammo Kam-Bo Hung. Kemudian kariernya berlanjut ke film-film berikutnya hingga akhir 1980-an. Sempat rehat di dunia sinema, ia kembali ke layar lebar pada 1992 dan menghiasi banyak judul film pada 1993-1994. Boleh dikatakan pada 1993 ia sangat produktif dengan membintangi enam film. Pada 1994 ia membintangi tiga film. Namanya makin dikenal ketika dia membintangi film James Bond dan bintangnya makin terang saat ia berperan sebagai Yu Shu Lien, pendekar kekasih Master Li Mu Bai (Chow Yun-fat).
Dari kisah laga (Yeoh tak pernah mempelajari bela diri sebelumnya), dia piawai berakting dalam film bergenre drama. Misalnya saat ia menjadi tokoh penerima Hadiah Nobel, pemimpin rakyat Myanmar, Aung San Suu Kyi, dalam film The Lady (2011). Atau ketika dia memerankan karakter ibu yang cukup keras dalam Crazy Rich Asians (2018). Juga dalam film aksi seperti The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor (2008), Guardians of the Galaxy Volume 2 (2017), dan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021).
Hampir 30 tahun melanglang dunia layar lebar dalam genre film laga dan drama, Yeoh menjajal serial televisi dan video on-demand. Ia berperan sebagai agen ganda dalam Strike Back (2015) hingga sembilan episode, lalu bermain dalam drama sejarah Marco Polo serta Star Trek pada 2017 sebagai Emperor Philippa Georgiou.
Kemenangan Yeoh disambut hangat publik serta para sineas di Hong Kong dan Malaysia. "Michelle Yeoh benar-benar telah merintis jalan bagi kami semua,” kata Louise Wong, aktris Hong Kong yang membintangi film Anita (2019) dan A Guilty Conscience (2022), kepada Hollywood Reporter. Prestasi Yeoh membuka kesempatan bagi aktris dan aktor Asia untuk tampil dan dilihat banyak orang. Dia menjadi sosok aktris panutan dengan keberanian dan keuletannya, tak lekas menyerah. Ia dikatakan percaya diri dan mencoba membuktikan hal itu.
Kebanggaan juga disampaikan oleh Tan Sook Joo, eksekutif perusahaan film ternama di Malaysia, Sunstrong Entertainment. "Tak ada orang Malaysia yang pernah menerima pengakuan hingga seperti ini sebelumnya," ujarnya.
Pemerintah Hong Kong pun memberikan ucapan selamat atas prestasi Yeoh setelah ia dinominasikan. Sekretaris Menteri untuk Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Kevin Yeung menyebutkan Yeoh membuat sektor film Hong Kong naik panggung internasional dengan kemampuan dan kerja kerasnya yang luar biasa. "Kami benar-benar diberdayakan oleh fakta bahwa para aktor Hong Kong terus bersinar di industri film global,” tuturnya.
Tapi kemenangan itu juga tak langsung disambut gembira. Di media sosial banyak yang nyinyir, mempertanyakan bahwa jejak lintasan karier Yeoh dapat mendefinisikan ulang kewarganegaraannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo