Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Pemerintah Jerman Bangga Dukung Science Film Festival Ke-15 di Indonesia

Pemerintah Jerman mengaku bangga mendukung Science Film Festival di Indonesia. Festival dibuka dengan film tentang daur ulang dan energi terbarukan.

16 Oktober 2024 | 23.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Ina Lepel, mengatakan sebuah kebanggaan bagi pemerintah Jerman yang turut mendukung Science Film Festival edisi ke-15 di Indonesia. Ada 15 film dari delapan negara yang akan diputar di 100 kabupaten/kota di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Festival film ini selalu dinanti-nanti karena memadukan pesona ilmu pengetahuan dengan keajaiban sinema," kata Ina dalam pembukaan Science Film Festival di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, di Jakarta Pusat, Selasa, 15 Oktober 2024.

Tiga Film Pembuka di Science Film Festival 2024

Festival ini diselenggarakan oleh Goethe-Institut dengan mengusung tema “Emisi Nol Bersih dan Ekonomi Sirkular”. Dalam pembukaan ini Goethe akan menyuguhkan tiga film yang ditonton 250 siswa-siswa SD dan SMA di Jakarta. Pertama film asal Jerman berjudul Nine-and-a-half: Hydrogen-The Green Energy of the Future?. Film ini memperlihatkan “desa hidrogen” bernama Bosbüll di Schleswig-Holstein.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua, film asal Chile berjudul Raffi, yang bercerita tentang pengalaman si cilik Ema yang belajar tentang keberlanjutan di rumah pertanian keluarganya. Terakhir, film dokumenter Jerman berjudul How Bicycle Tires and Inner Tubes are Made: The Path of a Schwalbe Tyre. How Bicycle Tires menyoroti lingkungan produksi ban di Indonesia, Vietnam, dan Jerman.

Goethe menjelaskan, selanjutnya para siswa berpartisipasi dalam eksperimen sains bernama “Sentripetal dalam Gelas“. Para siswa ditantang memindahkan bola pingpong dari atas meja ke atas mulut botol tanpa terjatuh dan disentuh. Dalam eksperimen itu para siswa dapat mempelajari bagaimana sebuah benda dapat bergerak berputar karena gaya sentripetal.

"Gaya ini adalah penyebab dari setiap benda dapat bergerak berputar, contohnya pada putaran bumi yang dapat menciptakan musim, iklim, dan cuaca," dikutip dari keterangan tertulis Goethe-Institut.

Science Film Festival telah mengukuhkan diri sebagai yang terbesar di dunia untuk jenisnya, dengan sekitar 860 ribu.penonton di 21 negara selama edisi 2023. Termasuk 122.066 penonton di Indonesia. Festival tahun ini diselenggarakan secara internasional di 23 negara sejak 1 Oktober sampai 20 Desember.

Promosikan Literasi Sains

Sejak diluncurkan di Thailand pada 2005, Science Film Festival disebut konsisten mempromosikan literasi sains kepada pemuda di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah melalui komunikasi berbasis pengetahuan yang menghibur. Festival ini diperkenalkan dan diadakan di Indonesia pada 2010 seiring dengan upaya ekspansi regional festival pada masa itu.

Kali ini Science Film Festival akan menjangkau siswa-siswi SD dan SMA di 100 kabupaten/kota secara hibrid sejak 15 Oktober-30 November 2024. Acara ini akan dirayakan dengan pemutaran 15 film dari 8 negara, yakni Jerman, Australia, Italia, Thailand, Chile, Brazil, Belanda, dan Kolombia; diikuti enam eksperimen sains. Belasan film ini akan diputar di berbagai daerah, di antaranya Ambon, Bandung, Buol Toli-Toli, Deli Serdang, Ende, Fakfak, Karo, Matauli Pandan, Poso, Pulau Buru, Surabaya, Waibakul, Yogyakarta, Jakarta, dan kota lainnya. 

Direktur Goethe-Institut wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Constanze Michel, mengatakan Science Film Festival mengangkat beragam karya film internasional yang berfokus pada pentingnya konsep nol bersih dan ekonomi sirkular dalam mengatasi tantangan krisis iklim. "Kami percaya, sains bisa menjadi sesuatu yang seru dan menyenangkan," kata dia.

Constanze menjelaskan, melalui film-film bertopik ilmiah dari berbagai negara itu, Goethe ingin memantik kreativitas dan inspirasi anak dan remaja di Indonesia, serta di negara ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika agar lebih banyak generasi muda itu mempelajari dan mencintai sains.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus