Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Goethe-Institut resmi membuka Science Film Festival atau SFF 2023 di Kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Sabtu, 21 Oktober 2023. Festival film ini merupakan perayaan komunikasi sains di Asia Tenggara dan Selatan, Afrika, serta Timur Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kali ini, tema yang diusung adalah Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembukaan secara resmi ditandai dengan pemukulan gong oleh para pembicara. Selama rentang 21 Oktober sampai 20 Desember 2023, gelaran SFF akan diselenggarakan secara internasional di 22 negara. Goethe Institut bekerja sama dengan mitra lokal untuk mempromosikan literasi sains dan memfasilitasi kesadaran akan beragam isu. Mulai dari isu ilmiah, teknologi, hingga lingkungan kontemporer dipromosikan lewat film yang mudah diakses dan menghibur.
Setidaknya lebih dari 200 pelajar dari sejumlah satuan pendidikan turut hadir dalam agenda pembukaan. Goethe Institut menyuguhkan dua film yang membawa isu tentang ekosistem lingkungan.
Film pertama berjudul Sang Penerang Desa, menceritakan sosok Puni yang membawa perubahan di desa-desa Indonesia dengan membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Film animasi ini terinspirasi dari sosok Tri Mumpuni.
Film kedua berjudul Checker Tobi: The Waste Check. Film ini mempertontonkan bagaimana sampah kemasan berbahan plastik dapat diolah menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.
SFF untuk pertama kalinya diselenggarakan di Thailand pada 2005. Sedangkan di Indonesia sendiri, SFF pertama kali digelar pada 2010. Festival ini mengandalkan kolaborasi dan partisipasi aktif lembaga pendidikan sains, universitas, kementerian, pusat budaya, serta mitra lainnya.
Direktur Regional Goethe Institut Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru Stefan Dreyer mengatakan SFF memberikan ide dan dorongan melalui film tentang sains. "Kami ingin menunjukkan bahwa sains bisa menyenangkan. Kami ingin mengatakan bahwa sains dapat membantu kita menemukan solusi," ujarnya dalam pembukaan SFF 2023.
Ia berharap agar para pelajar yang datang dapat mengambil tindakan baik untuk ekosistem dunia. "Saya sangat berharap pada Anda semua, karena Anda adalah generasi masa depan," kata Stefan.
Menjaga ekosistem adalah peran kita semua
Staf Ahli Menteri bidang Manajemen Talenta Kemendikbudristek Tatang Muttaqin mengatakan festival ini mengantarkan para pelajar untuk lebih paham mengenai pentingnya sains. Selain itu, mengingatkan pentingnya peran menjaga bumi dan lingkungan sekitar.
"Saya mengajak para pegiat film, kebudayaan, dan pecinta alam untuk bersatu melalui SFF, sehingga kita bisa meraih depan yang lebih baik. Tidak hanya bagi film itu sendiri, tidak hanya bagi sains, tapi juga untuk keberlangsungan umat manusia," kata Tatang.
Menurut Tatang, kolaborasi ini membuktikan kebudayaan, lingkungan dan interaksi antarbudaya merupakan unsur yang tidak terpisahkan dalam ekosistem dunia. "Mari kita ambil bagian, refleksi dan beraksi untuk merawat bumi," ujarnya.