Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - BMKG mengungkap sebab getaran gempa yang belakangan dirasakan di wilayah Bogor. Disebutkan, gempa merusak yang berkekuatan M4,6 dari Sukabumi pada Kamis pagi adalah gempa ke-55 yang telah tercatat dirasakan di wilayah itu sejak 6 Desember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebanyak 55 kali dengan gempa yang terbesar M4,6 itu dan terkecil M1,7. Dari seluruhnya, yang bisa dirasakan ada empat kali," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam penjelasannya daring, Kamis 14 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dicatat BMKG pula bahwa sejak 1 November lalu, wilayah Pamijahan, Leuwiliang, dan Nanggung di Kabupaten Bogor sebagai satu di antara tiga zona aktif gempa di Jawa Barat. Dua lainnya adalah Zona Aktif Cianjur yang dikontrol Sesar Cugenang dan Zona Aktif Sesar Garut Selatan.
Di Cianjur tercatat telah terjadi 12 kali gempa yang 6 di antaranya bisa dirasakan. Sedangkan Sesar Garut Selatan telah memicu gempa di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung sebanyak 8 kali.
Khusus di wilayah Bogor, kajian BMKG telah mengidentifikasi bahwa Pamijahan, Leuwiliang, dan Nanggung memang rentan mengalami gempa swarm daripada sekitarnya. Gempa swarm adalah gempa lemah namun memiliki frekuensi yang tinggi dan mungkin terjadi cukup lama di suatu wilayah.
Tapi, sekalipun lemah, gempa swarm terbukti bisa merusak karena efek guncangan yang berulang kali. Terlebih jika kedalaman pusat gempanya dangkal. Ini menjawab soal data lebih dari 60 rumah rusak di wilayah Kabupaten Bogor akibat gempa Kamis pagi.
Dampak gempa magnitudo 4,6 yang mengguncang Kabupaten Bogor, Kamis, 14 Desember 2023, pukul 06:35:12 WIB. (BMKG)
"Dampak gempa di Pamijahan bisa sampai Skala V MMI yang sudah tergolong merusak," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menambahkan.
Dalam keterangannya, Daryono juga mengungkap gempa swarm paling banyak memiliki kaitan dengan aktivitas vulkanik. Sebagai catatan, Nanggung, Pamijahan, dan Leuwiliang adalah zona vulkanis di sekitar Gunung Salak.
Meski begitu, Daryono menambahkan, belum tentu gempa swarm di wilayah Bogor saat ini akan menyebabkan aktivitas vulkanis Gunung Salak. Dasarnya adalah apa yang terjadi di Jailolo, Halmahera Barat, 2016 lalu.
"Gempa swarm-nya jauh lebih dahsyat daripada di Nanggung dan Pamijahan saat ini tapi waktu itu di sana (Jailolo) tidak ada aktivitas erupsi yang signifikan," kata Daryono.