Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Lesu Darah Gelembung Turis

Skema travel bubble untuk pariwisata diklaim mampu menekan lonjakan angka kasus Covid-19. Jumlah turis asing yang datang belum signifikan.

12 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah menerapkan kebijakan travel bubble untuk menarik minat turis asing.

  • Kebijakan tes usap dan kesulitan mengurus sertifikat hotel disorot pelaku industri pariwisata.

  • Pemerintah berencana melonggarkan aturan pariwisata untuk turis asing.

SENYUM Sam Ong tersungging tatkala kapal yang ditumpanginya dari Singapura merapat di dermaga Nongsa Pura Ferry Terminal di Batam, Kepulauan Riau, Rabu, 23 Februari lalu. Ia bungah karena bisa bervakansi ke Batam di tengah masa pandemi Covid-19. Hari itu ia menjajal skema travel bubble yang baru diberlakukan pertama kali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Travel bubble merupakan skema perjalanan wisata yang memisahkan turis dan masyarakat umum. Terakhir kali Sam menginjakkan kaki di kawasan Batam dua tahun lalu atau sebelum Covid-19 melanda dunia. “Saya rindu bermain golf dan makan ayam penyet di Batam,” ujarnya. Ia datang bersama turis dan agen perjalanan wisata yang berjumlah lebih dari 20 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang agen travel Singapura, Zof Shoori, juga ikut melancong ke Batam. Ia berencana membuat paket wisata ke Batam dan Bintan untuk warga Singapura. Zof ingin melihat kesiapan hotel dan tempat-tempat wisata yang menerapkan skema koridor perjalanan. Salah satunya di kawasan Lagoi di Bintan dan Nongsa di Batam.

Zof melancong ke sejumlah destinasi. Ia bermain golf di Tering Bay Country Club. Zof lalu menutup turnya dengan menginap di Montigo Resort, vila bertarif termahal, Rp 38 juta, yang menghadap Pantai Nongsa. (Baca: Piknik Lagi Setelah Pagebluk)

Menyaksikan penerapan protokol kesehatan yang ketat di semua obyek wisata, Zof merasa aman bertamasya di tengah masa pagebluk corona. “Kami akan mendatangkan lebih banyak turis Singapura ke sini,” katanya.

Kebijakan koridor perjalanan yang berlaku sejak 23 Februari lalu belum membuat pariwisata Batam kebanjiran turis. Manajer Batam View Beach Resort Anddy Fong mengatakan resor dan hotel di wilayahnya bisa melayani hingga 8.000 tamu setiap pekan sebelum virus corona merebak. Setelah travel bubble diterapkan, baru 52 turis yang datang ke obyek wisata di Batam.

Menurut Anddy, pemerintah Singapura membatasi kuota warganya yang boleh melancong ke Bintan dan Batam sebanyak 350 orang setiap pekan. Jumlah itu hanya sepersepuluh dari jatah turis yang ditetapkan pemerintah Indonesia. “Kami berharap Singapura bersedia menambah kuota,” ujar Chairman Nongsa Sensation—paguyuban pengelola resor dan hotel di Nongsa—ini.

Pariwisata di Bintan juga masih lesu darah. Group General Manager Bintan Resort Cakrawala, Abdul Wahab, mengatakan kawasan Lagoi baru menerima 125 turis dalam dua pekan terakhir. Ia berujar, turis Singapura kerap mengeluhkan kewajiban dua kali tes reaksi berantai polimerase (PCR), yaitu saat tiba di pelabuhan dan hari ketiga di Indonesia. “Seharusnya cukup satu kali.”

Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Riau Mohammad Bisri mengatakan kasus Covid-19 cenderung terkendali sejak travel bubble diberlakukan. Puncak kasus positif di Batam terjadi pada 25 Februari dengan 324 kasus, lalu trennya menurun menjadi 47 kasus pada 10 Maret lalu. Adapun di Bintan, tambahan kasus positif pada 10 Maret sebanyak 34 orang.

Bisri mengungkapkan pengendalian kasus di kota tujuan wisata membuat pemerintah yakin mengubah skema koridor perjalanan. Turis semula dibatasi hanya dapat bepergian di kawasan Nongsa di Batam dan Lagoi di Bintan. Mereka kini bisa bepergian ke seluruh wilayah di Pulau Batam dan Bintan. “Kami ingin memberi kemudahan ke turis,” kata Bisri.

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, skema koridor perjalanan diterapkan sejak persiapan ajang balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. General Manager Sima Hotel Rahmat Santoso mengatakan 60 kamar di penginapan ini ludes dipesan para pembalap dan tim ofisial ketika ajang pramusim MotoGP digelar pada 11-13 Februari lalu.

Saat itu peserta MotoGP Mandalika bisa tinggal di kamar sembari menunggu hasil tes usap dirilis. Mereka hanya diizinkan pelesiran di kawasan hotel dan sirkuit bersama tim setelah hasil tes dinyatakan negatif.

Menurut Rahmat, skema travel bubble sulit diterapkan saat MotoGP berlangsung pada 18-20 Maret mendatang. Ia memperkirakan kawasan Lombok dibanjiri puluhan ribu turis lokal dan asing. Kedisiplinan tamu untuk tak berinteraksi dengan masyarakat umum pun sulit dipantau. “Kami bisa mengontrol saat tes pramusim karena jumlah kru dan pembalap terbatas,” tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat Hamzi Fikri mengaku bakal kesulitan mengawasi pelaksanaan travel bubble saat ajang MotoGP. Pembalap, kru, jurnalis, penonton, dan penduduk lokal diperkirakan membaur. Tapi ia optimistis tak terjadi lonjakan jumlah kasus positif yang signifikan.

Hamzi melihat tren penambahan kasus Covid-19 setelah ajang tes pramusim pada pekan kedua Februari lalu. Sepekan seusai acara, Dinas Kesehatan menemukan 29 kasus positif di Kabupaten Lombok Tengah, yang menjadi lokasi sirkuit. Pada 7-9 Maret, sekitar sepuluh hari sebelum balapan MotoGP, angka kasus positif tak lebih dari 10 kasus.

“Kami gencar memperluas cakupan vaksinasi sebelum balapan,” kata Hamzi. Capaian vaksinasi dosis kedua di NTB diklaim sudah 77 persen.

Di Bali, pengusaha penginapan memprotes kebijakan travel bubble. Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2022 tentang protokol kesehatan untuk pariwisata di Bali, Bintan, dan Batam menyatakan turis hanya dapat menginap di hotel yang mendapat rekomendasi Satgas Covid-19.

Pemilik Bakung Sari Hotel di Kuta, Nyoman Graha Wicaksana, mengatakan pihaknya kesulitan mengurus sertifikat kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE). Ia pernah mencoba mendaftarkan hotelnya, tapi kuota sertifikat disebut sudah habis. “Banyak pengelola hotel kelas melati yang mengeluhkan masalah serupa,” ujar Nyoman.

Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan sejumlah hotel memang terlambat mengurus sertifikat CHSE ketika pemerintah bersiap membuka pariwisata di Bali. Tjok menyebutkan Dinas akan membuka pendaftaran sertifikat agar pemilik hotel segera menerima tamu di tengah masa pandemi.

Tjok mengklaim penanganan pandemi di Bali cukup terkendali sejak turis asing diizinkan masuk pada 4 Februari lalu. Puncak kasus positif terjadi pada 9 Februari lalu dengan 2.556 kasus dan trennya cenderung menurun hingga ditemukan 146 kasus pada 10 Maret lalu. “Kami juga sedang menggenjot vaksinasi booster,” kata Tjok.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku telah mengevaluasi kebijakan travel bubble. Pemerintah berencana melonggarkan protokol secara bertahap karena turis lokal yang pelesiran ke Batam, Bintan, dan Bali jauh lebih banyak ketimbang wisatawan asing. “Kita menahan turis asing yang ratusan orang, padahal pelancong dalam negeri puluhan ribu orang,” ujar Budi.

YOGI EKA (BATAM), ABDUL LATIEF (MATARAM), ABDUL GONI (LOMBOK), MADE ARGAWA (BALI)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus