Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEMALAMAN Damar Rizky Ramadhan berkutat dengan buku pelajaran. Selepas makan malam dan salat isya, Ahad pekan lalu, siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Dramaga, Bogor, ini mengunci diri di kamarnya. Ia berlatih menjawab soal bahasa Indonesia, mata pelajaran yang akan diujikan esoknya.
Sampai tengah malam, Damar tak bisa memejamkan mata. Kakak perempuannya sampai harus memintanya tidur agar tak bangun kesiangan. Damar bangun sebelum azan subuh. Setelah mandi, salat, dan memakai seragam sekolah, ia melanjutkan belajar. "Biar enggak lupa," katanya Selasa pekan lalu.
Damar tak sempat sarapan. Ia segera naik angkot menuju sekolah, tiga kilometer dari rumahnya di Perumahan Taman Dramaga. Tiba di sekolah setengah jam sebelum jadwal ujian dimulai pada pukul 07.30, ia merasa siap. "Tiba-tiba ada pengumuman ujian ditunda dua jam," ujarnya. "Saya kelaparan karena belum makan apa-apa."
Damar dan 194 siswa kelas IX lainnya dilarang keluar dari sekolah selama menunggu ujian. Kantin sekolah tutup karena siswa kelas di bawahnya diliburkan. Sekolah, sementara itu, juga tak menyiapkan makanan ringan. Damar dan kawan-kawannya mengerjakan soal ujian pada pukul 09.30 dengan perut keroncongan. "Dari 50 soal, saya tak yakin menjawab benar lima soal. Saya tak bisa konsentrasi," kata Damar.
Guru-guru sekolah itu juga cemas penundaan waktu ujian bakal mengganggu konsentrasi murid mereka. Karena itu, selama menunggu, menurut Wakil Kepala Sekolah Yudi Iswantari, guru-guru mengumpulkan siswa dan memberi motivasi lewat permainan.
Murid-murid ini tak bisa menyelinginya dengan belajar karena ke sekolah tak membawa catatan, buku pelajaran, ataupun soal latihan. Selain mengikuti kelas motivasi, siswa lain yang mengantuk dibolehkan tiduran di musala sekolah. "Mental mereka sempat turun," ujar Yudi. "Untung bahasa Indonesia. Kalau matematika, bisa hancur semua nilainya."
Yudi mengatakan sebenarnya lembar soal ujian sudah diterima sekolahnya pada Senin pagi. Namun, karena banyak sekolah lain yang belum menerima naskah ujian hingga pukul 07.30, Dinas Pendidikan memutuskan ujian semua SMP di Bogor ditunda. Alasannya, agar tak ada kebocoran soal.
Di SMP Negeri 2 Kemang, Bogor, penundaan ujian nasional sempat membuat 80 siswa kelas IX di sana marah. Mereka memukul-mukul meja belajar ketika guru mengumumkan pengunduran. "Marah karena sudah siap mental menjawab soal, eh, malah diundur," kata Rahmi Apriza Deandra, warga Semplak Barat.
Rahmi juga tak sempat sarapan ketika berangkat ke sekolah. Baru tidur menjelang pukul satu dinihari setelah belajar, ia kehilangan konsentrasi karena mengantuk. Pelajaran yang sudah dihafal di rumah mendadak menguap dari kepalanya begitu ia menerima lembar soal.
Penundaan jadwal ujian tak hanya terjadi di Bogor. Pengaduan ke Ombudsman Nasional datang dari Depok, Bekasi, bahkan dari Nusa Tenggara Timur, Riau, dan Dumai. Ujian siswa beberapa SMP di Jakarta juga ditunda karena lembar soal dan jawaban belum tiba pada Senin pagi. Di Depok, jumlah lembar soalnya kurang sehingga sekolah harus memfotokopi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membolehkan sekolah menggandakan lembar soal, yang berakibat variasi soal berkurang, jika pada waktu yang ditentukan jumlah soalnya tak mencukupi. Menurut Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, untuk lembar jawaban dari kertas fotokopi, pengawas wajib memindahkan jawaban siswa ke lembar jawaban asli agar bisa dipindai untuk komputerisasi.
Bagja Hidayat, Arihta Surbakti (Bogor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo