Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Kalau Sehat, Sesuai Bisnis Inti, Mengapa Tidak Dibeli?

RENCANA PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyuntik modal Gojek lewat PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menyeret Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Beredar kabar bahwa perombakan manajemen Telkom dan Telkomsel pada Juni lalu bertujuan memuluskan transaksi ini. Pandangan miring muncul lantaran kakak Menteri Erick, Garibaldi Thohir, adalah Komisaris Utama PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, pengembang Gojek. Boy—begitu Garibaldi biasa dipanggil—juga disebut-sebut punya saham secara tidak langsung di decacorn startup alias perusahaan rintisan dengan estimasi valuasi lebih dari US$ 10 miliar tersebut.

Erick membalas secara tertulis sejumlah pertanyaan dalam surat permohonan wawancara Tempo. Seperti halnya Garibaldi, Erick menampik pandangan miring soal rencana investasi Telkom-Telkomsel ini.

3 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apakah direksi atau komisaris Telkom telah mengabarkan rencana investasi di Gojek?
Secara umum, segala langkah penting yang dilakukan BUMN tentu melalui komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder. Termasuk dengan Kementerian BUMN, ada pertemuan berkala yang melibatkan direksi dan komisaris. Sebagai perusahaan terbuka yang mapan, langkah secara teknis dalam setiap aksi dan strategi korporasi di lapangan tentu melewati mekanisme organisasi.

Bagaimana Anda menilai rencana investasi Telkom lewat Telkomsel ini?
Rencana bersinergi dengan startup berbasis teknologi merupakan bagian dari strategi yang telah dirancang Telkomsel untuk meningkatkan kinerja organisasi. Sebab, akuisisi itu pada dasarnya langkah untuk menumbuhkan perusahaan. Semangat itu yang telah dikoordinasikan dengan Kementerian BUMN. Dengan sinergi ini diharapkan tercipta pertumbuhan perusahaan yang lebih besar. Bukan tidak mungkin sinergi tersebut membentuk kekuatan perusahaan nasional yang bisa menantang perusahaan aplikasi berbasis teknologi lain di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengapa sinergi dengan Gojek?
Perusahaan berbasis teknologi di Indonesia berpotensi bersinergi dengan BUMN. Era sekarang menuntut kolaborasi untuk memperbesar potensi. Prioritas Telkomsel tentu bersinergi dengan perusahaan nasional yang memiliki rekam jejak, pengalaman, serta dampak pada masyarakat secara luas. Walau begitu, sebagai bagian dari BUMN, tentunya harus tunduk pada aturan yang berlaku dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi rencana pembelian saham Gojek ini pernah dilarang oleh Kementerian BUMN pada 2018 karena ada persoalan dalam sejumlah investasi yang sebelumnya dilakoni Grup Telkom.
Saya tidak akan melarang Telkom atau perusahaan BUMN lain berinvestasi sesuai dengan bisnis intinya, juga jelas perhitungan bisnisnya, seperti bagaimana return-nya dan banyak hal lain. Kalau perusahaan yang akan dibeli sehat, yang bisa mendukung core business, mengapa tidak? Bagi saya, ini saatnya BUMN mendisrupsi organisasi yang sudah mapan.

Mencuat kabar bahwa transaksi ini berkaitan dengan kakak Anda, Garibaldi, yang disebut-sebut juga punya saham di Gojek….
Pak Boy adalah komisaris utama di Gojek, bukan pemegang saham.

Apakah benar ada intervensi Garibaldi dalam perombakan manajemen Telkom dan Telkomsel beberapa waktu lalu? Penunjukan Direktur Bisnis Digital Telkom Fajrin Rasyid dan Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro, misalnya, disebut untuk melaksanakan transaksi ini.
Kementerian BUMN sedang mengembangkan program peningkatan talenta di BUMN. Setyanto Hantoro (47 tahun) bagian dari talent pool yang diambil dari BUMN, seperti beberapa direktur utama lain yang diangkat di masa kepemimpinan saya. Sedangkan Fajrin Rasyid (34 tahun) saya rekrut dari perusahaan yang ada di dalam negeri. Kami berusaha meningkatkan kualitas talenta di perusahaan-perusahaan BUMN dengan merekrut talenta terbaik, bukan hanya Fajrin. Misalnya Hariadi (40 tahun) dari DHL ke Pos Indonesia. Antonius Rainier Haryanto (42 tahun), profesional dari Deloitte, sekarang di Pertamina Bina Medika. Satu lagi Soleh Ayubi (37 tahun) dari Novo Nordisk sekarang menjadi Chief Digital Healthcare Bio Farma. Tidak ada intervensi dari siapa pun.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus