Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Siapa Berperan Menjodohkan Muhaimin Iskandar dan Anies Baswedan?

Anies Baswedan memilih Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden. Agus Harimurti Yudhoyono tersingkir di tikungan akhir.

3 September 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELEMBAR surat ditunjukkan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar kepada Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Isinya, dukungan untuk calon presiden yang diusung NasDem, Anies Baswedan. Dalam persamuhan di Restoran Kahyangan, Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, pada Selasa petang, 29 Agustus lalu, itu, Muhaimin juga menyatakan kesediaannya menjadi calon wakil presiden atau cawapres Anies.

“Muhaimin menyampaikan keinginannya bergabung dengan koalisi pendukung Anies,” kata Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali menceritakan isi pertemuan yang dihadirinya itu kepada Tempo di NasDem Tower, Jakarta, Kamis, 31 Agustus lalu. Bersama Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, Ahmad Ali mengatur pertemuan Muhaimin dengan Surya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Dalam pertemuan berlauk shabu-shabu itu, Muhaimin menyampaikan telah berbulat hati hengkang dari koalisi pendukung Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto. Dua narasumber yang mengetahui pertemuan itu bercerita, Muhaimin merasa nasibnya sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo tak jelas. Padahal PKB dan Gerindra telah menandatangani perjanjian koalisi pada 13 Agustus 2022.

Belakangan, nama Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu kian tersingkir setelah Partai Amanat Nasional dan Partai Golkar bergabung dengan koalisi Prabowo. Dua partai itu memiliki kandidat cawapres. PAN, misalnya, menyorongkan nama Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Sedangkan Golkar bakal mengajukan Ketua Umum Airlangga Hartarto.

Setelah menunjukkan draf surat dukungan, Muhaimin berbalik menanyakan keseriusan Surya menduetkannya dengan Anies Baswedan. Narasumber yang hadir dalam pertemuan itu bercerita, Surya merasa sreg dengan Muhaimin. Ia pun menyatakan mendukung Muhaimin sebagai cawapres Anies.

Tanpa ba-bi-bu, pertemuan sekitar satu jam yang dihadiri lima orang, yakni Surya, Muhaimin, Jazilul Fawaid, Ahmad Ali, dan politikus NasDem yang juga Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, itu mencapai kesepakatan. NasDem akan membawa nama Muhaimin kepada Anies untuk dideklarasikan sebagai cawapres. Surya dan Muhaimin pun berjabat tangan.



Hingga Sabtu malam, 2 September lalu, Muhaimin dan Jazilul Fawaid tak menjawab pertanyaan yang dikirim Tempo ke nomor telepon seluler mereka. Begitu pula Viktor Laiskodat tak merespons permintaan wawancara.

Komunikasi Muhaimin dengan NasDem cukup lama terjalin. Empat politikus PKB dan NasDem bercerita, pendekatan Muhaimin ke koalisi Anies berlangsung setelah Presiden Joko Widodo “menjodohkan” Prabowo dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat acara panen raya di Kebumen, Maret lalu. Muhaimin berkali-kali mengancam angkat kaki dari koalisi Prabowo jika Menteri Pertahanan itu tak menggandengnya sebagai calon wakil presiden.

Baca: Persaingan Menjadi Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto

Diam-diam Muhaimin pun telah berkali-kali bertemu dengan Anies. Tiga petinggi Koalisi Perubahan mengatakan salah satu perjumpaan diadakan di rumah Anies di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Muhaimin juga mengutus kerabatnya untuk merawat komunikasi dengan Anies dan NasDem.  

Ditemui di Surabaya pada Jumat, 1 September lalu, Wakil Ketua Umum PKB Hanif Dhakiri membenarkan kabar bahwa proses komunikasi antara Muhaimin dan Anies sudah lama berlangsung. “Tapi, soal teknis penjajakannya, tidak bisa kami sampaikan saat ini,” kata bekas Menteri Ketenagakerjaan itu.

Selepas makan malam di Restoran Kahyangan, Surya Paloh langsung memanggil Anies Baswedan ke NasDem Tower. Pertemuan tersebut hanya dihadiri Surya, segelintir orang dekatnya, dan Anies. Dua petinggi NasDem dan kolega Anies bercerita, Surya meminta bekas Gubernur DKI Jakarta itu menimbang kemungkinan berpasangan dengan Muhaimin. 

Dalam pertemuan itu, ujar sumber yang sama, Surya mengungkapkan keyakinannya bahwa Muhaimin bisa menambah pundi suara Anies. Terutama di wilayah yang didominasi pengikut Nahdlatul Ulama. Berdasarkan survei internal NasDem, perolehan suara Anies masih bokoh di kantong pemilih NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Adapun PKB didirikan oleh sejumlah tokoh NU.

Surya juga yakin dukungan dari Muhaimin akan menaikkan elektabilitas Anies. Hasil survei Litbang Kompas yang dirilis pada 7 Agustus lalu menunjukkan elektabilitas Anies yang besarnya 19,2 persen tertinggal dari Prabowo dan Ganjar, yang memiliki tingkat keterpilihan lebih dari 30 persen. Masuknya PKB dan Muhaimin diyakini dapat menyumbang 10 persen suara dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.

Sebelum menutup pertemuan, Surya menyatakan deklarasi perlu digelar dalam waktu cepat jika Anies menyetujui perjodohan tersebut. Bos Media Group itu menyatakan sudah mengantisipasi gangguan yang berpotensi menggagalkan deklarasi Anies-Muhaimin. Malam itu juga, menurut narasumber yang hadir dalam pertemuan tersebut, Anies memberikan persetujuannya.

Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali, yang menemani Surya Paloh, enggan berkomentar tentang pertemuan antara bosnya dan Anies. “Yang jelas, ini (duet Anies-Muhaimin) kombinasi yang pas,” kata Ali.

Seorang petinggi partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan bercerita, hari-hari itu Tim Delapan sedang menyusun rencana deklarasi Anies Baswedan dan calon wakilnya. Tim Delapan berisi orang dekat Anies serta perwakilan tiga partai pendukungnya: NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera. Rencananya deklarasi akan diadakan paling lambat pekan kedua September.

Namun rencana itu sama sekali tidak menyentuh nama Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies, melainkan Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Baca: Bisakah Agus Harimurti Menjadi Calon Wakil Presiden?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

•••

SEHARI seusai pertemuan di NasDem Tower, atau pada Rabu pagi, 30 Agustus lalu, Anies Baswedan menyambangi rumah ketua Tim Delapan, Sudirman Said, di Cilangkap, Jakarta Timur. Sejumlah anggota Tim Delapan ada di sana. Seorang peserta rapat bercerita, Anies membuka pertemuan dengan menyampaikan keputusannya berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.

Namun bekas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga memperhitungkan keutuhan koalisi. Keputusan memilih Muhaimin tanpa melibatkan Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat bisa membuat Koalisi Perubahan untuk Persatuan rontok. Karena itu, Anies meminta Sudirman Said meneruskan warta keputusannya kepada petinggi Demokrat dan PKS.

Anies pun meminta Sudirman mengatur pertemuan dengan Agus Harimurti Yudhoyono untuk menjelaskan keputusannya secara langsung. Pada Sabtu malam, 2 September lalu, Sudirman Said membenarkan kabar tentang isi pertemuan di rumahnya. “Kami berdiskusi soal cara menjaga Demokrat tetap berada di koalisi,” tutur mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu kepada Tempo.

Politikus Demokrat, Syahrial Nasution, juga membenarkan ada permintaan dari Sudirman untuk bertemu dengan Agus Yudhoyono. “Permintaan Anies bertemu dengan Mas Agus itu memang ada, tapi ditolak,” kata Syahrial.

Mendapat penolakan dari Demokrat, deklarasi Anies-Muhaimin dimatangkan pada Kamis, 31 Agustus lalu. Petinggi Partai Kebangkitan Bangsa dan NasDem bersepakat menggelar deklarasi dua hari kemudian. Deklarasi itu berlangsung satu hari sebelum Surya Paloh melawat ke Eropa.

Baca: Rapuhnya Koalisi Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo

Seorang petinggi Partai NasDem mengatakan pengurus PKB telah memesan sebagian besar kamar Hotel Majapahit di Surabaya pada Kamis, 31 Agustus lalu. Hotel yang dulu bernama Yamato itu dipilih sebagai tempat deklarasi karena menjadi simbol sejarah pergerakan pemuda. Di hotel itu, pada 19 September 1945, para pemuda merobek bendera Belanda.

Adapun Surya menyiapkan dua pesawat jet untuk membawa rombongan NasDem berisi 40 orang yang berangkat dari Jakarta pada Sabtu pagi. Menjelang deklarasi, Surya memerintahkan pengurus Partai NasDem tak menyampaikan pernyataan apa pun kepada publik.

Surya Paloh bersama dengan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat deklarasi capres-cawapres 2024 di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, 2 September 2023. Antara/Moch Asim

Deklarasi ini berlangsung pada Sabtu siang mengancik sore. Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, dan Surya Paloh bersama-sama memasuki ruang ballroom Hotel Majapahit dengan pakaian kemeja putih dan berpeci hitam.

Di depan panggung berlatar belakang tulisan “Deklarasi Capres Cawapres”, Muhaimin berpidato di mimbar. “Salaman saya dengan Bang Surya ternyata lancar dan mendapatkan restu dari keluarga besar PKB,” ucap Muhaimin.

Seusai deklarasi, Anies mengungkapkan alasannya memilih berpasangan dengan Muhaimin atau Cak Imin, yang pernah menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dua kali menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. “Cak Imin memiliki pengalaman lengkap, bagaimana mengelola aspirasi, memimpin kementerian, bagaimana mengelola APBN. Pengalamannya sangat komplet.” 

•••

KEPUTUSAN Anies Baswedan menggandeng Muhaimin Iskandar membakar bara di Partai Demokrat. Dalam rapat Majelis Tinggi Demokrat yang disiarkan secara langsung pada Jumat, 1 September lalu, Susilo Bambang Yudhoyono bersyukur karena partainya telah memutuskan tak mendukung Anies Baswedan sehari sebelumnya.

Baca: Prahara di Koalisi Anies Baswedan

Ketua Majelis Tinggi Demokrat itu menganggap partainya tak perlu mendukung orang yang tak memegang komitmen. “Sekarang saja tidak baik, tidak amanah, bagaimana nanti kalau menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar?” kata Yudhoyono di rumahnya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Deputi Badan Litbang Partai Demokrat Syahrial Nasution bercerita, Yudhoyono sudah mencurigai manuver Anies Baswedan yang seolah-olah menginginkan Agus Harimurti sebagai pendampingnya sejak dua bulan lalu. Saat itu Anies berencana mengumumkan Agus Yudhoyono sebagai calon wakil presiden sepulang ibadah haji. Namun niat itu tak kunjung terlaksana.

Susilo Bambang Yudhonono ditemani Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) dan Anies Baswedan menyaksikan pertandingan voli Indonesia melawan Vietnam di Sentul, Bogor, Jawa Barat, 22 Juli 2023. Antara/Yulius Satria Wijaya

Pada saat yang sama, di lingkup internal NasDem mengapung sejumlah nama pendamping Anies yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama. Misalnya, putri mantan presiden Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Munculnya nama-nama itu dianggap memperkecil kans Agus menjadi calon wakil Anies.

Menurut Syahrial, pengurus partainya mempertanyakan beredarnya nama-nama itu karena Anies telah berkali-kali menyampaikan akan menggandeng Agus. “Kami melihat ada skenario pintu belakang,” ujar Syahrial saat ditemui Tempo di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan, Selasa, 29 Agustus lalu.

Kemarahan Yudhoyono kepada Anies terlihat saat peresmian Museum SBY-Ani (Kristiani Herrawati, istri Yudhoyono) di Pacitan, Jawa Timur, pada Kamis, 17 Agustus lalu. Presiden keenam itu tak mengundang Anies. Namun Anies hadir lantaran diajak oleh bekas wakil presiden Jusuf Kalla.

Sempat bersalaman dengan sahibulhajat, Anies tak berbincang soal politik dengan Yudhoyono ataupun Agus. “Pak SBY tidak ingin ada nuansa politik di acara yang sakral,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Andi Arief saat ditemui di kantor Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu, 30 Agustus lalu.

Sehari seusai peresmian museum, Yudhoyono mengumpulkan orang-orang dekatnya. Dua petinggi Demokrat yang hadir bercerita, Yudhoyono tak hanya mengungkapkan kekecewaannya soal Anies, tapi juga Surya Paloh. Faktor Surya diduga biang penyebab Anies maju-mundur mengumumkan Agus sebagai calon wakil presiden.

Puncak kemarahan Yudhoyono adalah pernyataan Surya di Padang pada Ahad, 6 Agustus lalu. Saat itu Surya menyatakan calon wakil Anies akan diumumkan pada menit-menit akhir pendaftaran pasangan calon. Surya pun meminta semua pihak bersabar.

Dalam pertemuan yang diselingi makan siang itu, Yudhoyono berpesan kepada pengurus Demokrat agar mengevaluasi dukungan mereka terhadap Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan. Yudhoyono juga menyiratkan agar Demokrat siap-siap mencabut dukungan terhadap Anies. 

Yudhoyono menyinggung piagam koalisi yang ditandatangani bersama antara Anies, Partai Demokrat, Partai NasDem, dan Partai Keadilan Sejahtera. Salah satu poinnya: penetapan calon wakil presiden dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yudhoyono menilai turunnya elektabilitas Anies dipicu ketidakpastian soal cawapres. “Suasana saat itu memang panas. Kami mulai curiga ada manuver,” tutur Andi Arief.

Tiba di Cikeas, Bogor, dari Pacitan, Jawa Timur, pada Selasa, 22 Agustus lalu, Yudhoyono disebut-sebut menghubungi Jusuf Kalla dan mengabarkan rencana Demokrat mengevaluasi dukungan terhadap Anies. Kepada Kalla, Yudhoyono mengatakan partainya berancang-ancang keluar dari koalisi. Politikus Demokrat, Syahrial Nasution, mengaku mendengar perbincangan Yudhoyono dengan Kalla.

Syahrial bercerita, esok harinya Kalla mengutus Hamid Awaludin—Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia di era pemerintahan Yudhoyono—bertandang ke Cikeas. Kepada Yudhoyono, Hamid menyampaikan belum ada nama calon wakil presiden selain Agus. “Kendati berada di Amerika Serikat, Pak Kalla mengikuti dinamika politik dalam negeri,” kata Hamid pada Jumat, 1 September lalu.

Bacapres Anies Baswedan bersama tim delapan usai bertemu dengan Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, 25 Agustus 2023. Antara/Asprilla Dwi Adha

Adapun Kalla membantah jika disebut berkomunikasi dengan Yudhoyono. “Pada tanggal tersebut saya sedang di Amerika,” ujar Kalla melalui WhatsApp, Sabtu, 2 September lalu. Pada hari yang sama ketika menerima utusan Kalla, Yudhoyono mengirim pesan kepada Anies melalui Tim Delapan. “Pak SBY meminta Anies segera menetapkan cawapres jika ingin menang,” ucap Andi Arief.

Dua hari setelah menerima pesan itu, pada Jumat, 25 Agustus lalu, Anies datang ke Cikeas bersama Tim Delapan. Berdiskusi selama empat jam di perpustakaan milik Yudhoyono, Tim Delapan menyampaikan bahwa Anies telah memutuskan nama calon wakil presiden yang akan diusung. 

Kepada Anies dan Tim Delapan, Yudhoyono menyampaikan agar deklarasi cawapres segera dilakukan. “Saat itu disepakati deklarasi dilakukan pada 3-10 September,” kata Syahrial, yang mendengar cerita isi pertemuan tersebut dari Yudhoyono. Dalam rapat tersebut, Anies ataupun Tim Delapan tak menyebut nama Agus Harimurti atau calon lain kepada Yudhoyono.

•••

MANUVER Surya Paloh menjodohkan Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar dilatari keengganan Ketua Umum Partai NasDem itu terhadap langkah Agus Harimurti Yudhoyono untuk maju dalam Pemilu 2024. Seorang politikus Koalisi Perubahan mengatakan Surya menyampaikan keberatannya itu kepada ketua Tim Delapan, Sudirman Said, di NasDem Tower pada Selasa, 29 Agustus lalu.

Saat itu Sudirman berencana menyampaikan waktu deklarasi Agus sebagai calon wakil presiden. Namun Surya meminta Sudirman menunda deklarasi. Kepada Sudirman, Surya bercerita tentang hubungan masa lalunya dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang diwarnai pelbagai persoalan.

Pada Sabtu malam, 2 September lalu, Sudirman menyatakan kepada Tempo bahwa Surya Paloh tak menolak Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden Anies. “Untuk deklarasi dalam waktu dekat, beliau bilang belum siap. Pak Surya juga menjelaskan dengan terus terang bahwa masih terbuka opsi yang lebih baik,” ujar Sudirman dalam wawancara tertulis.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menerima Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, 22 Februari 2023. Tempo/Subekti

Penolakan Surya terhadap Agus juga ia sampaikan beberapa kali kepada sejumlah orang dekatnya. Tiga kolega Surya mengatakan bos PT Indocater itu menimbang beberapa hal dari Agus. Salah satunya dia belum memiliki pengalaman memimpin di pemerintahan.

Sinyal penolakan juga disampaikan langsung dalam perjumpaan antara Surya, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Agus Harimurti di Amerika Serikat, awal tahun ini. Dua politikus NasDem dan dua kader Demokrat yang mengetahui pertemuan ketiganya mengatakan Surya menyampaikan bahwa Agus saat ini belum mencapai masa usia keemasannya.

Agus, menurut Surya, masih bisa mengikuti pemilihan presiden hingga empat periode ke depan. Ihwal penolakannya terhadap Agus, Surya mengatakan purnawirawan mayor Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat itu calon pemimpin masa depan. “Agus pemimpin muda yang saya harapkan. The rising star ke depan,” kata Surya di Dewan Pimpinan Pusat NasDem, Gondangdia, Jakarta, Kamis, 31 Agustus lalu.

Surya pun mempertimbangkan kemungkinan pasangan Anies-Agus menang. Berdasarkan simulasi di lingkup internal NasDem, suara maksimal yang diperoleh pasangan itu pada putaran pertama kurang dari 30 persen atau tak ada nilai tambah. Pun Demokrat dianggap tak mampu mengerek perolehan suara Anies yang lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Merujuk pada perolehan suara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur pada 2019, Demokrat masih kalah oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang menguasai 27 kursi. Sedangkan Demokrat hanya punya 14 kursi. “Kami mempertimbangkan bahwa suara wakil presiden seharusnya membantu memenangi pertarungan,” tutur Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali. 

Anies bukan tak mau berduet dengan Agus. Ia beberapa kali menyampaikan proposal berduet dengan Agus kepada Surya Paloh. Terakhir kali pembahasan itu muncul dalam pertemuan antara Anies, Surya, dan Tim Delapan di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, pada Kamis, 24 Agustus lalu.

Seorang peserta rapat mengatakan Surya meminta Anies tak buru-buru mengumumkan calon wakil presiden. Surya juga memerintahkan Tim Delapan memetakan titik-titik tempat perolehan suara Anies masih lemah. 

Sejumlah politikus Demokrat mencurigai penolakan Surya terhadap Agus berhubungan dengan perintah Presiden Joko Widodo. Deputi Badan Litbang Demokrat Syahrial Nasution mengatakan Surya tak pernah menyampaikan isi pertemuan dengan Jokowi kepada Koalisi Perubahan. Termasuk perjumpaan pada pertengahan Juli lalu. “Kecurigaan kami mengarah ke sana,” kata Syahrial. 

Orang dekat Surya menuturkan, dalam pertemuan Surya dengan Jokowi di Istana pada Juli lalu, Presiden bertanya dua kali kepada Surya siapa kandidat cawapres Anies. Setelah diputuskan Anies berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, Surya lantas menerima panggilan Jokowi ke Istana.

Baca: Benarkah Bisnis Surya Paloh Diganggu Setelah Deklarasi Anies Baswedan?

Dua petinggi NasDem bercerita, Surya melaporkan nama Muhaimin sebagai calon wakil Anies kepada Jokowi. Dalam pertemuan Jokowi, Surya, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Surya menyampaikan bahwa Anies akan mendeklarasikan calon wakilnya pada Sabtu, 2 September. Narasumber itu bercerita, Jokowi melempar kode senyum kepada Surya. Pratikno tak merespons pertanyaan yang dilayangkan Tempo ke nomor telepon selulernya. 

Sepulang dari Istana, Surya mengumpulkan sejumlah pengurus NasDem di kantor partai. Surya mengatakan hasil pertemuan dengan Jokowi positif. “Jika diskor dengan angka, 0-10, kualitas pertemuannya adalah 9,” ujar Sekretaris Jenderal NasDem Hermawi Taslim. Kualitas pertemuan itu diterjemahkan sebagai restu Jokowi terhadap Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies Baswedan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Raymundus Rikang, Egi Adyatama, Hussein Abri Dongoran, Erwan Hermawan, serta Kukuh S. Wibowo dan Hanaa Septiana di Surabaya berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit dengan judul "Jabat Tangan Pintu Belakang".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus