Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Timang-timang Meminang Anies

Peluang Anies Baswedan untuk menjadi calon presiden 2024 menguat. Tiga partai politik berancang-ancang mengusungnya. Surya Paloh dan Jusuf Kalla motornya.

25 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Surya Paloh mengusulkan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Puan Maharani sebagai pengganti Jokowi.

  • NasDem dan PPP mengincar efek ekor jas atau coattail effect dengan mengusung Anies Baswedan.

  • Jusuf Kalla disinyalir bergerilya membantu Anies Baswedan mendapatkan tiket calon presiden 2024.

BERBINCANG dengan para pemimpin media massa di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu, 22 Juni lalu, Presiden Joko Widodo mengaku disodori sejumlah komposisi calon presiden dan wakil presiden. Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dua kali muncul dalam komposisi yang disorongkan kepada Jokowi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanpa menyebutkan siapa penggagasnya, Presiden mengatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada periode pertama pemerintahannya itu diusulkan berduet dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani. “Saya juga menerima usulan Pak Anies dipasangkan dengan Pak Ganjar sebagai bentuk rekonsiliasi,” kata Jokowi, merujuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Presiden, si pengusung mengatakan komposisi tersebut bisa mencegah polarisasi dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Sehari seusai pernyataan Jokowi tersebut, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengaku menyorongkan sejumlah nama kepada Jokowi. “Insya Allah bisa bermanfaat bagi kepentingan bangsa,” Surya mengklaim.

Politikus 69 tahun itu menyinggung kemunculan istilah “cebong”, “kampret”, dan “kadal gurun” alias kadrun. Di media sosial, ketiga istilah itu kerap digunakan untuk disematkan kepada para pendukung Jokowi dan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2019, serta Anies Baswedan. Namun Surya tak menjelaskan nama calon yang diajukan kepada Jokowi.

Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad H.M. Ali mengatakan bosnya mengajukan nama Anies, Puan, dan Ganjar kepada Presiden. “Bisa Ganjar-Anies atau Anies-Ganjar, bisa juga Puan-Anies atau sebaliknya,” ujar Ali.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengumumkan Anies Baswedan sebagai salah satu Calon Presiden dalam Rakernas Partai NasDem di Jakarta, 17 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis

Kepada Tempo, tiga politikus NasDem mengatakan usul itu disampaikan Surya saat bertemu dengan Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa malam, 24 Mei lalu. Ketiganya menyatakan bahwa Surya juga menyampaikan pandangan agar Presiden tak terlalu menunjukkan ketidaksukaan terhadap bakal kandidat tertentu.

Ketua Dewan Pertimbangan NasDem Siswono Yudo Husodo mengatakan ide memasangkan Ganjar dengan Anies sempat didiskusikan di lingkup internal partainya. Namun ada sejumlah kombinasi lain yang dibicarakan. Misalnya peluang Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi calon wakil presiden.

Gagasan memasangkan Ganjar dengan Anies juga disampaikan Surya kepada Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, sehari sebelum pertemuan dengan Presiden. Pada Senin malam, 23 Mei lalu, Zulkifli mengunjungi kediaman Surya di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan.

Politikus PAN, Bara Krishna Hasibuan, yang mendampingi Zulkifli, membenarkan informasi tersebut. “Memang benar Pak Surya mengusulkan digabungkannya Ganjar dengan Anies untuk menghentikan polarisasi yang bisa timbul kembali,” kata Bara. Menurut Bara, Zulkifli menyatakan gagasan itu bisa didiskusikan bersama.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di Kantor DPP Nasdem, Jakarta, 23 Juni 2022. ANTARA/Galih Pradipta

Nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo juga mencuat dalam rekomendasi calon presiden di Rapat Kerja Nasional NasDem yang digelar pada 15-17 Juni lalu. Sebanyak 32 Dewan Pimpinan Wilayah NasDem mendukung Anies. Sedangkan Ganjar meraup 29 suara. Selain keduanya, ada nama Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Andika Perkasa.

Dua politikus NasDem mengatakan munculnya ketiga nama itu sebenarnya sudah diputuskan sebelum Rakernas. Itu sebabnya, meski suara untuk Andika kalah dari Erick Thohir dan Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sulawesi NasDem Rachmat Gobel, nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu yang diputuskan masuk tiga besar rekomendasi Rakernas.

Menurut seorang di antaranya, masuknya tiga bakal calon presiden itu ditetapkan sejak awal tahun ini. Di kawasan Pacific Place, Jakarta Selatan, pada Januari lalu, Surya Paloh mengumpulkan sejumlah orang dekatnya. Diskusi mereka malam itu menelurkan tiga nama tersebut.

Siswono Yudo Husodo, Ketua Dewan Pertimbangan NasDem, membantah jika pengurus partainya disebut menyiapkan ketiga nama itu sehingga seakan-akan menjadi usulan wilayah. Namun ia tak menampik kabar bahwa Surya kerap menyebut nama-nama yang populer berdasarkan hasil survei ketika ditanyai oleh kader NasDem di daerah.

Walaupun ada tiga nama, sejumlah narasumber yang ditemui Tempo meyakini NasDem bakal mencalonkan Anies Baswedan dalam Pemilu 2024. Tiga politikus NasDem mengatakan peluang partai amatlah kecil untuk mencalonkan Ganjar Pranowo. Berbeda dengan Anies yang tak menjadi anggota partai, Ganjar adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Kepada wartawan yang menemuinya di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Ganjar menegaskan sebagai kader partai banteng. “Partainya PDIP, markasnya PDIP,” ujar Ganjar, Kamis, 16 Juni lalu.

Sebaliknya, Anies Baswedan memiliki kedekatan dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh. Ia ikut mendeklarasikan organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat—embrio Partai NasDem—pada 2010. Anies pun pernah menjadi pembawa acara di Metro TV, stasiun televisi milik Surya.

Sejumlah politikus NasDem yang ditemui Tempo menyebutkan Surya dan Anies intens berkomunikasi. Setelah menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies kerap menyambangi Kaliage, pulau milik Surya di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Di sela-sela kunjungan kerja ke London pada April lalu, Anies menemui Surya yang tengah berlibur di kota yang sama.

Lewat akun Instagram-nya, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Peter F. Gontha menulis, dalam persamuhan itu mengapung pembicaraan soal kinerja Anies di DKI Jakarta. Misalnya mantan Rektor Universitas Paramadina itu mengeluarkan puluhan izin pembangunan gereja.

Kepada Tempo, Anies Baswedan mengatakan hanya mengobrol santai dengan Surya Paloh dalam perjumpaan di London itu. “Lebih banyak bercerita kisah perjalanan hidup,” ucap Anies pada Sabtu, 25 Juni lalu. Ia membantah jika disebut menyampaikan kinerjanya selama memimpin Ibu Kota kepada Surya. “Tidak pas, lah, kalau malah saya yang bercerita soal capaian di Jakarta.”

Seorang pejabat bercerita, perbincangan soal capaian Gubernur DKI muncul dalam pertemuan yang tak dihadiri Anies. Pembicaraan itu berlangsung antara Peter Gontha; Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya, Desra Percaya; dan sejumlah petinggi perusahaan pelat merah yang kebetulan berada di London. Peter dan Desra tak merespons permintaan wawancara Tempo.

Anies mengatakan sebuah kehormatan baginya diusulkan menjadi salah satu calon presiden dalam Rakernas NasDem. Namun ia enggan berkomentar banyak lantaran masih ingin merampungkan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga Oktober mendatang. Anies tak membantah bila disebut intens berkomunikasi dengan Surya Paloh.

•••

NAMA Anies Baswedan juga sempat dilirik Partai Persatuan Pembangunan. Dalam Rapat Pimpinan Nasional PPP pada Jumat, 15 April lalu, Pengurus Wilayah PPP DKI Jakarta mengusulkan Anies sebagai calon presiden dari partai Ka’bah dan berpasangan dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

“Itu aspirasi pengurus termasuk kiai-kiai di DKI,” kata pelaksana tugas Ketua DPW PPP DKI Jakarta, Farhan Hasan Al-Amri, kepada Tempo pada Kamis, 23 Juni lalu. Menurut dia, animo sejumlah pengurus daerah lain juga mendukung Anies.

Farhan menjelaskan, PPP DKI mengusulkan Anies agar perolehan suara partai di Ibu Kota tak anjlok lagi. Pada pemilihan legislatif 2019, PPP hanya mendapatkan satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta. Padahal PPP mendulang sepuluh kursi pada Pemilu 2014.

Menurut Farhan, tergerusnya perolehan suara PPP ialah imbas dari pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017. Ketika itu PPP mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok—calon gubernur inkumben yang dituduh menista agama Islam. “Teman-teman khawatir kami salah menjatuhkan pilihan lagi dalam Pemilu 2024,” ujar Farhan.

Dukungan untuk Anies Baswedan menggeliat dari kader PPP di beberapa daerah. Anies disambut meriah saat menghadiri perayaan hari lahir PPP ke-49 di Yogyakarta pada akhir Januari lalu. Seorang pengurus PPP dari wilayah Sumatera bercerita, pengurus partai di daerahnya memacak wajah Anies di baliho-baliho yang mereka pasang pada momen Ramadan lalu.

Kendati menjaring usul dari daerah, Rapat Pimpinan Nasional PPP urung mengambil keputusan calon presiden yang bakal dijagokan. Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani mengatakan topik itu akan dibicarakan dalam rapat pimpinan nasional berikutnya. “Lebih baik berkomunikasi dengan partai lain yang akan diajak berkoalisi ketimbang menyebut nama-nama,” kata Arsul.

Sebelum rapat pimpinan nasional itu, Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa disebut menjajaki peluang koalisi untuk menjagokan Anies Baswedan. Dua politikus PPP dan NasDem bercerita, Suharso sempat menemui Ketua Umum NasDem Surya Paloh di Bali sebelum Ramadan lalu. Dalam pertemuan itu, Suharso mengajak Surya mencalonkan Anies.

Pelaksana tugas Ketua DPW PPP DKI, Farhan Hasan, mendengar informasi persamuhan itu dari Suharso. Namun ia terkekeh saat ditanyai jika perjumpaan itu disebut membahas peluang memajukan Anies. “Materinya secara detail saya tidak tahu, tapi komunikasi politik dengan NasDem pernah ada,” ujarnya. Adapun Suharso hanya membaca pesan dari Tempo.

Arah politik mendukung Anies Baswedan tak terlepas dari nasihat konsultan politik Partai Persatuan Pembangunan. Salah satunya Direktur Eksekutif Polmark Eep Saefulloh Fatah, yang ikut mengatur strategi kampanye Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam pemilihan Gubernur DKI 2017. Sejak akhir 2020, PPP menggaet Eep sebagai konsultan.

PPP menargetkan perolehan suara pada Pemilu 2024 bisa melebihi capaian 15 tahun silam. Saat itu PPP mendapatkan 59 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Perolehan suara partai terus menurun pada pemilu-pemilu berikutnya. Kini PPP hanya menempatkan 19 legislator di Senayan, tersedikit di parlemen.

Dua politikus PPP bercerita, Eep mewanti-wanti PPP agar tak salah memilih calon presiden. Eep juga disebut menyarankan PPP mengikuti aspirasi umat Islam yang menjadi konstituen partai. Meski tak blakblakan, menurut narasumber yang sama, nasihat itu diartikan sebagai saran mendukung Anies Baswedan.

Eep tak merespons permintaan wawancara dari Tempo. Adapun Farhan Hasan membenarkan jika partainya disebut merekrut Eep karena tingkat kesuksesannya tinggi. Termasuk membantu Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama memenangi pemilihan Gubernur DKI 2012. Ihwal saran Eep, “Itu rahasia partai,” tuturnya.

Jusuf Kalla berbincang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Jakarta, Mei 2017. TEMPO/Imam Sukamto

Alasan elektoral turut melatari dukungan NasDem untuk Anies Baswedan. Orang dekat Anies dan seorang politikus partai itu mengatakan NasDem berpeluang menembus posisi tiga besar jika mengusung Anies sebagai calon presiden 2024.

Narasumber itu bercerita, hasil sigi internal menunjukkan perolehan suara NasDem bisa melonjak menjadi belasan persen hasil efek ekor jas atau coattail effect mencalonkan Anies. NasDem pun berpeluang menambah sepuluh bangku di DPR. Survei yang sama menyebutkan kenaikan perolehan suara NasDem lebih kecil jika mendukung Ganjar Pranowo.

Ketua NasDem Willy Aditya tak menampik anggapan bahwa Anies Baswedan mendatangkan efek ekor jas terbesar bagi partainya. Coattail effect itu lebih efektif jika Anies terasosiasi kuat dengan partainya atau masuk NasDem. Namun legislator daerah pemilihan Madura ini mengatakan partainya tak mewajibkan Anies menjadi kader NasDem. Pengurus NasDem, kata Willy, berharap efek ekor jas juga dirasakan oleh semua partai koalisi nantinya.

Sejumlah narasumber Tempo menyebutkan NasDem awalnya hendak menggandeng Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional dalam satu koalisi mengusung Anies Baswedan. Gabungan ketiga partai itu memiliki 122 kursi, cukup untuk mengusung pasangan calon dalam pemilihan presiden. Namun dua partai itu bergabung dengan Partai Golkar membentuk Koalisi Indonesia Bersatu.

Ditinggalkan sementara oleh dua partai tersebut, NasDem menjajaki koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat. Pada Rabu, 22 Juni lalu, Surya Paloh menerima Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Sehari setelahnya giliran Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan pejabat teras partai itu yang bertandang.

Surya mengakui dua persamuhan itu dalam rangka penjajakan koalisi pemilihan presiden 2024. “Peluang koalisi cukup besar,” kata Surya di kantor NasDem Tower, Jakarta, pada Kamis, 23 Juni lalu.

Empat petinggi NasDem, PKS, dan Demokrat mengatakan kepada Tempo bahwa ketiga partai mulai menemukan kesepakatan. Menurut mereka, salah satu kecocokan itu adalah Demokrat tak memasang harga mati bahwa Agus Harimurti harus menjadi calon presiden atau wakil presiden. Meskipun begitu, Demokrat meminta peluang AHY—panggilan Agus—tak buru-buru ditutup.

Tiga kali berkunjung ke kantor NasDem—satu kali di antaranya dihadiri Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono—Agus Harimurti mengatakan ada kecocokan di antara mereka. “Kami sepakat tidak harus membicarakan komposisi A dan B karena itu mengunci satu sama lain,” ucap Agus seusai pertemuan.

Juru bicara PKS, Muhammad Kholid, mengatakan partainya dan NasDem sama-sama menginginkan adanya poros perubahan. Salah satu hasil Rapat Pimpinan Nasional PKS pekan lalu ialah mengusulkan terbentuknya minimal tiga poros dalam Pemilu 2024.

Kholid mengatakan petinggi PKS juga dekat dengan pengurus Demokrat karena sama-sama berada di luar koalisi pemerintah Joko Widodo-Ma’ruf Amin. “Sepertinya chemistry ketiga partai ini sudah terbentuk,” kata Kholid.

•••

MANTAN wakil presiden Muhammad Jusuf Kalla menjadi tokoh yang juga disebut-sebut mendukung Anies Baswedan maju sebagai calon presiden. Anggota Dewan Kehormatan Partai Golkar ini, menurut tiga politikus partai beringin dan dua orang dekat Anies, turut bergerilya agar Anies bisa mendapatkan tiket pencalonan pemilihan presiden 2024.

Narasumber yang sama mengatakan Kalla juga menjajaki kemungkinan memasangkan Anies dengan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani, yang juga putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Politikus PDIP, Effendi Muara Sakti Simbolon, mengaku mendengar informasi tersebut.

Anggota Komisi Pertahanan DPR ini pun sudah menggaungkan usul duet Puan-Anies sejak akhir tahun lalu. “Saya dengar Pak JK sudah lebih tiga kali bertemu dengan Mbak Puan,” ujar Effendi kepada Tempo, Sabtu, 25 Juni lalu.

Jika duet itu terjadi, kata Effendi, Puan harus menjadi calon presiden karena ia memiliki partai. Apalagi PDIP bisa mengajukan calon sendiri tanpa perlu berkoalisi. Effendi menyatakan elektabilitas Anies bisa menurun setelah purnatugas sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Oktober nanti.

Penjajakan memasangkan dua figur itu kian santer setelah Puan dan mantan Wakil Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Syafruddin, pergi umrah bersama ke Arab Saudi, akhir Mei hingga awal Juni lalu. Orang dekat Puan membenarkan kabar bahwa Syafruddin melobi Puan agar mau bersanding dengan Anies Baswedan.

Syafruddin orang dekat Jusuf Kalla di Dewan Masjid Indonesia. Kalla pun disebut-sebut mengusulkan Syafruddin sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi saat reshuffle kabinet Agustus 2018.

Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) dalam penutupan Rakernas II PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 23 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis

Kepada Tempo, Syafruddin menyangkal jika disebut melobi Puan di Tanah Suci. Ia mengaku diminta Puan untuk mendampinginya saat umrah. Ketua Yayasan Museum Nabi Muhammad ini mengaku kerap bolak-balik ke Saudi untuk menghadiri rapat Liga Muslim Dunia. “Momennya bersamaan dan Bu Puan menginginkan saya memandu,” tutur Syafruddin, Sabtu, 25 Juni lalu.

Dalam wawancara dengan Tempo, Jusuf Kalla mengakui bertemu dengan Puan Maharani. Ia juga berjumpa dengan Megawati Soekarnoputri pada momen Idul Fitri lalu. Namun Kalla membantah jika dikatakan menggagas ataupun menjajaki duet Anies Baswedan dan Puan Maharani. “Saya tidak tahu sama sekali,” kata Kalla. Meski begitu, Kalla mengatakan duet itu mungkin saja terwujud. “Persoalannya, siapa nomor satu dan dua,” ujarnya.

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan Bambang Wuryanto enggan berkomentar soal upaya memasangkan Puan dengan Anies. “Mbak Puan terbuka untuk berkomunikasi dengan siapa pun,” ucap Bambang pada Kamis, 23 Juni lalu.

Kedekatan Jusuf Kalla dengan Anies Baswedan merentang sejak keduanya aktif mengurus Universitas Paramadina, Jakarta. Anies menjabat rektor pada 2007-2015, sedangkan Kalla menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina. Kalla juga yang mengusulkan Anies didapuk sebagai juru bicara Jokowi-JK dalam pemilihan presiden 2014.

Mengklaim tak membantu pencarian tiket untuk Pemilu 2024, Kalla hakulyakin Anies bakal dicalonkan. Sebab, Anies memiliki modal elektabilitas yang dibutuhkan partai-partai politik untuk memenangi pemilihan. Kepada Anies, Kalla menyarankan agar merampungkan tugas dan meninggalkan warisan yang baik untuk DKI. “Tunjukkan dulu Anda bisa bikin apa,” ujar Kalla.

Anies Baswedan sebaliknya menilai Kalla sebagai sosok kaya pengalaman yang ia hormati. Ihwal dukungan dari Kalla sebagai calon presiden 2024, Anies lagi-lagi berkilah masih berfokus bekerja sebagai Gubernur Jakarta. “Jangan dipancing-pancing terus soal maju pilpres,” kata Anies.

RAYMUNDUS RIKANG, HUSSEIN ABRI DONGORAN, BUDI SETYARSO (PENAJAM PASER UTARA)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus