Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mantan Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, kini mendukung Anies Baswedan.
Bekas orang dekat Ahok, Sunny Tanuwidjaja, juga disebut merapat ke Anies Baswedan.
Mereka menyiapkan kajian dan ikut merintis jalan Anies menuju Istana.
SABAN-saban Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melawat ke luar negeri, di situ ada Thomas Trikasih Lembong. Mantan Menteri Perdagangan tersebut, misalnya, berada di samping Anies tatkala berjumpa dengan Wali Kota Berlin Franziska Giffey dan petinggi Kementerian Luar Negeri Jerman, Petra Sigmund, di Berlin pada pekan kedua Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat Anies bertemu dengan pejabat Danone International di Paris dan Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie Trevelyan di London, Thomas Lembong pula yang menemaninya. “Saya dan Pak Anies sudah berkawan selama 17 tahun,” kata Thomas lewat pesan tertulis pada Sabtu, 25 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tom Lembong—sapaan Thomas—menjadi bagian dari ring satu Anies dalam dua tahun terakhir. Kala menghadiri berbagai forum diskusi di luar negeri, Anies mengenalkan Tom sebagai anggota tim Komite Investasi Jakarta, yang dibentuk melalui Keputusan Gubernur Nomor 83 Tahun 2020. Pada Agustus 2021, Anies mengangkat Tom sebagai Komisaris Utama dan Independen PT Pembangunan Jaya Ancol, perusahaan milik pemerintah DKI Jakarta.
Sebelum merapat ke Anies, Tom dikenal sebagai orang dekat Presiden Joko Widodo. Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Agustus 2015, Jokowi mengaku mengenal Tom sejak pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2012. Tom pernah menawarkan kongsi bisnis kepada Jokowi, tapi batal terwujud. “Dia pelaku ekonomi riil, punya galangan kapal, bioskop, restoran, dan masih muda,” ucap Jokowi saat itu.
Thomas Lembong menjabat Menteri Perdagangan pada 2015-2016, lalu memimpin Badan Koordinasi Penanaman Modal hingga 2019. Pada awal pemerintahan Jokowi, Tom memboyong sejumlah investor asing yang bergabung dalam 20-20 Investment Association ke Istana Negara. Firma investasi milik Tom, Quvat Management Pte, anggota asosiasi itu. Di perusahaan yang berbasis di Singapura itu, Abdillah Baswedan—adik Anies—pernah didapuk menjadi direktur keuangan.
Menurut orang dekat Anies, Tom cukup intens memberi masukan dan merumuskan naskah-naskah kebijakan di bidang ekonomi. Strategi ekonomi itu akan dipaparkan jika Anies resmi maju sebagai calon presiden 2024. Dua narasumber yang dekat dengan Anies mengatakan Tom juga yang membantu mantan Rektor Universitas Paramadina itu untuk membuka akses ke komunitas internasional. Salah satunya Chatham House di Inggris.
Chatham House adalah forum diskusi prestisius yang mengundang pemimpin, akademikus, dan pembuat kebijakan. Seorang anggota tim gubernur menyebutkan Tom berkawan baik dengan salah satu pemimpin Chatham House. Di forum itu, Anies memaparkan kondisi demokrasi di Indonesia dan program kerja di Jakarta.
Tom mengungkapkan sering berdiskusi dengan Anies soal perkembangan ekonomi global dan efeknya terhadap Indonesia dan Jakarta. Ia secara rutin memasok data ekonomi terbaru kepada Anies. “Saya juga memberi masukan untuk menyesuaikan kebijakan investasi dengan tren terkini dan mengampu Jakarta Investment Forum,” ujar lulusan Harvard University, Amerika Serikat, ini.
Sudirman Said. TEMPO/Tony Hartawan
Anies juga dibantu bekas bawahan Jokowi lainnya, Sudirman Said. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2014-2016 itu menjabat Komisaris Utama PT Transportasi Jakarta sejak Maret tahun ini. Sebelumnya, Sudirman menjadi Komisaris Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, perusahaan milik pemerintah DKI di bidang penjualan dan distribusi bahan pangan.
Ketika Anies terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, Sudirman ditunjuk memimpin tim sinkronisasi. Tim ini bertugas menyelaraskan program Anies dengan pemerintah DKI Jakarta. Salah satunya pembahasan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2017-2022 serta pembuatan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Sudirman enggan berkomentar ihwal keterlibatannya membantu Anies. Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia ini mengaku sedang dalam perjalanan dari Jenewa, Swiss, setelah menghadiri Global Migration Leadership Group. “Saya belum bisa merespons,” kata Sudirman.
Anies juga disokong anggota Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia, Sunny Tanuwidjaja. Tiga narasumber yang mengetahui keterlibatan Sunny mengungkapkan mantan anggota staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu memberi masukan soal isu strategis di bidang sosial dan politik. Anies dan Sunny sama-sama pernah menempuh program doktoral di Northern Illinois University, Amerika Serikat.
Sunny Tanuwidjaja. Dok. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Sunny pernah terseret kasus reklamasi Pantai Utara Jakarta pada 2016. Nama Sunny disebut beberapa kali dalam berkas putusan Mohamad Sanusi, terpidana tujuh tahun penjara dalam kasus suap pembahasan rancangan peraturan daerah tentang reklamasi. Sunny disinyalir aktif berkomunikasi dengan para pengembang pulau-pulau buatan.
Selain memberikan masukan kepada Anies, Sunny disebut memprakarsai wadah tukar gagasan yang disebut Forum Mandala. Dua orang dekat Anies bercerita, peserta komunitas diskusi ini sangat terbatas dan kerap membahas kebijakan pemerintah. Seorang narasumber mengaku pernah hadir dalam pertemuan yang digelar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Menurut dia, kegiatan ini setidaknya sudah dua kali dilaksanakan.
Thomas Lembong dan seorang mantan Wakil Menteri Perdagangan pernah diundang ke Forum Mandala dalam kesempatan terpisah. Menurut seorang pejabat Balai Kota yang pernah datang ke forum, dua pembicara itu membahas kelangkaan bahan kebutuhan pokok serta dampak perang Rusia-Ukraina terhadap perdagangan dan stok pangan.
Sunny menolak berkomentar mengenai keterlibatannya di Balai Kota. “Saya sedang di luar kota,” ujarnya melalui pesan WhatsApp pada Selasa, 21 Juni lalu. (Baca: Pecah Kongsi Ahok dan Sunny Tanuwidjaja)
Anies juga menerima masukan dari kolega di lembaga survei. Salah satunya pendiri Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik, Hendri Satrio. Dalam sejumlah pertemuan, Hendri menyarankan Anies berfokus menuntaskan program kerja Gubernur DKI Jakarta. Dosen Universitas Paramadina itu meminta Anies tak berfokus pada kampanye di media sosial.
Saran itu diperoleh dari hasil riset Hendri yang menemukan bahwa kampanye di media sosial hanya mampu mendongkrak popularitas, tapi tak signifikan mengatrol elektabilitas calon presiden. Hendri juga meminta mantan Rektor Paramadina itu menyelesaikan tugas dan menonjolkan kinerjanya selama memimpin Ibu Kota.
Pengamat politik Hendri Satrio. Dok. TEMPO/Wildan Aulia Rahman
Hendri membantah jika ia disebut masuk tim pencalonan presiden Anies. Ia menyebutkan bahwa Anies tak memiliki grup khusus untuk menghadapi Pemilu 2024. Menurut dia, komunikasi dengan Anies semata-mata karena sama-sama menjadi akademikus. “Relasi ini sekadar Paramadina connection,” tuturnya.
Kepada Tempo, Anies Baswedan mengaku berkawan dan berdiskusi dengan banyak orang. Ia mengatakan sejumlah nama, seperti Sudirman Said dan Sunny Tanuwidjaja, tak pernah terlibat dalam pekerjaan yang dikelola pemerintah Jakarta. “Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan itu yang membantu menyelesaikan tugas-tugas saya di Jakarta,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo