Lantas, komponen apa saja yang masih dipasok dari luar?
Tempo menanyakan hal itu kepada salah satu konsultan teknis PT Esemka Dwi Budhi Martono yang akrab dipanggil Totok pada Kamis, 12 September 2019.
"Komponen yang masih dipasok dari luar itu di antaranya pada sistem bahan bakar seperti nozzle, injektor, ECU (Electronic Control Unit, perangkat lunak yang mengatur berbagai sensor dalam mobil)," kata Totok yang berprofesi sebagai guru teknik otomotif SMK Negeri 2 Surakarta.
Pada bagian mesin, Totok mengatakan, ring piston dan katupnya juga masih dipasok dari luar. "Karena butuh yang high quality. Sistem-sistem kontrol pada dasbor seperti speedometer dan indikator itu juga masih dari luar," kata Totok.
Totok berujar, sebetulnya sudah ada dasbor mobil buatan lokal namun masih sebatas bentuk fisiknya saja. "Saat peresmian pabrik PT Esemka di Boyolali itu ada salah satu vendor dari Jakarta yang menawarkan dasbor. Tapi baru fisiknya saja, meteran-meterannya masih dari luar. Paling gampang ya dari Cina," ujar lelaki 56 tahun itu.
Totok yang juga dikenal sebagai salah satu inisiator mobil Esemka mengatakan, masyarakat tidak perlu alergi dengan komponen dari Cina. "Di sinilah masyarakat kita perlu dicerdaskan, musti tahu kalau mobil itu produk global. Orang mau bikin mobil nggak perlu bikin semua komponennya sendiri. Ada suplier-suplier, ambil dari mana saja boleh," ucapnya.
Bahkan. Totok menambahkan, ada mobil Audi, Acura, hingga BMW yang keseluruhannya terbuat dari komponen asal Cina. "Mobil dari merek-merek ternama itu ada yang satu glundung (secara keseluruhan) dari Cina, full 100 persen. Lihat saja di chinaautoweb.com," kata Totok .
Meski sebagian komponen mobil Esemka Bima masih diimpor dari luar, Totok mengatakan, masyarakat mustinya turut bangga karena
Esemka itu merek dalam negeri dan prinsipalnya (pemilik mereknya) dari Indonesia.
"Kalau masyarakat tidak bangga dengan mereknya sendiri , bagaimana Indonesia bisa maju? Indonesia dan Korea itu merdekanya hanya berselang dua hari. Kenapa Korea lebih maju, karena jiwa nasionalisme masyarakatnya lebih kuat. Mereka punya rasa saling memiliki, 'bagimu negeri jiwa raga kami' mereka lebih tinggi," kata Totok.