Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Rancangan untuk Rumah Para Tetangga

Bersama tim di biro arsiteknya, Mande Austriono memamerkan karya-karyanya selama delapan tahun berkarya. Mengembangkan rumah dengan desain minimalis dalam pameran bertajuk “Setangga Sekala”.

13 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH-RUMAH mungil berwarna putih berderet dalam bentuk maket. Sebagian berjajar di sebidang dinding, sebagian lagi berada di pedestal, di beberapa kelompok atau kluster berbentuk segi delapan seperti pulau-pulau. Setiap pulau atau kelompok terhubung, menggoda mata untuk menelisik lebih dalam. Untuk melihat ruang atau keseluruhan rancangan setiap maket atau prototipe rumah ini, pengunjung bisa “membuka pintu”-nya dengan memindai kode bar (barcode) yang tertera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Begitu “pintu rumah” dari kode bar terbuka, pengunjung dapat melihat rancangan arsitek hunian itu. Ketika seorang pengunjung memilih sebuah rumah bernama KA House, akan terlihat rancangan hunian dengan gaya Jepang. Sebuah ruangan disebut genkan, yakni area masuk rumah yang biasanya difungsikan untuk menyimpan sepatu, jas hujan, payung, kunci, dan printilan lain, seperti masker. Level ini lebih rendah dari lantai utama. Berikutnya akan terlihat area terbuka yang merupakan ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Di lantai yang sama, terdapat satu kamar utama dan satu kamar tamu yang berkonsep tatami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KA House hanya satu contoh karya Mande Austriono, arsitek muda yang menggelar pameran rancangannya yang bertajuk “Setangga Sekala”, 22-30 Oktober lalu, di Kala Karya Kalijaga, Jakarta Selatan. Kumpulan karya Mande, yang sudah berkarya selama delapan tahun, disajikan dalam pameran ini. “Pameran ini untuk evaluasi saya sendiri, jadi terlihat benang merahnya. Saya cari kekurangannya dan memantapkan desain sebelumnya,” ujar Mande kepada Tempo, Rabu, 2 November lalu. Pameran ini juga menjadi ajang apresiasi dan kumpul-kumpul bagi para kliennya.

Mande memamerkan contoh karya dari perjalanannya sebagai arsitek. Setiap rumah yang ia rancang dilengkapi kode bar untuk memudahkan pengunjung mengintip ruangan demi ruangannya. Rancangan hunian DFloating Island terlihat cukup unik. Ada lebih dari 100 rumah yang dibagi dalam pulau-pulau yang merepresentasikan perjalanan desain yang ia kembangkan.

Pengunjung di pameran arsitektur bertajuk "Setangga Sekala", di Jakarta, Oktober 2022. Faraway Studio

Dengan teknologi realitas berimbuh (augmented reality) yang dipakai dalam pameran itu, pengunjung bisa membayangkan diri memasuki desain ruangan demi ruangan yang digarap Mande. Ia menjabarkan imajinya dalam karya DFloating Island itu. Ia membuat denah maket tiga dimensi (3D) dan realitas berimbuh berupa delapan pulau yang berisi rumah-rumah rancangannya. Delapan pulau ini menandai delapan tahun kiprahnya. Dengan teknologi ini, pengunjung bisa mendapatkan pengalaman layaknya tur virtual rumah ke rumah serta kehidupan penghuninya yang bertetangga di pulau tersebut.

Ide itu bermula dari para klien DFORM, biro arsitek yang didirikan Mande, yang masih berinteraksi melalui akun Instagram. Mereka sering membagikan perjalanan membangun rumah masing-masing. Tak jarang kemudian mereka menjadi pemengaruh di bidang home and living dengan banyak pengikut. Akun itu juga menjadi rujukan dalam proses membangun rumah. Seperti pasangan Ressi dan Vicca, pemilik rumah yang dinamai Rumah Naganara, yang mempunyai lebih dari 47 ribu pengikut di Instagram. Interaksi ini dimudahkan dengan tanda pagar #tetanggaonline untuk para pemilik rumah yang didesain Mande dan timnya.

“Nah, dari situ terpikir, kenapa cuma tetangga online? Kenapa enggak offline? Saya mendapatkan inspirasi untuk membuat suatu eksperimen bahwa mereka beneran jadi tetangga, bisa berelasi,” kata Mande saat ditemui dalam pembukaan pameran, Sabtu, 22 Oktober lalu.

Selama berkarya, Mande lebih menitikberatkan fungsi, estetika, dan bujet sebagai elemen. Juga elemen fisika bangunan dan penggunaan material. Hingga akhirnya ia mendesain karya-karya terakhir dalam pulau-pulau itu. Di ruang pamer terdapat pula foto arsitektural yang menampilkan rumah rancangannya, juga koleksi desain 3D yang dinamai DEUFS yang dijual di platform non-fungible token.

•••

MANDE Austriono adalah arsitek lulusan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Pria 38 tahun ini memulai kariernya di SNA Architects pada 2007, lalu pindah ke Biro 12Akitek (2009), lantas bekerja sebagai konsultan di Singapura (2010) dan PT Lintas Cipta Development (2011). Pengalaman kerja itu memberi Mande pengetahuan tentang perancangan bangunan tinggi dan proyek rumah tinggal untuk kelas menengah-atas serta pembuatan master plan. Ia juga mendapat pengalaman merancang bangunan secara estetis dan ekonomis. Pada saat awal berkarya, ia mengidolakan arsitek Andra Matin, yang baru saja meraih Aga Khan Award. Tapi kemudian ia memilih pemikiran dan etos seorang arsitek yang ditemui atau karya yang dilihatnya.

Arsitek Mande Austriono (kedua kanan) di pameran arsitektur bertajuk "Setangga Sekala", di Jakarta, Oktober 2022. Faraway Studio

Tema bangunan karyanya adalah minimalis dengan proyek yang dikenal berupa desain residensial berlahan terbatas di kawasan perkotaan atau suburban. Ia mengutamakan fungsi dan kesederhanaan, tapi tetap memandang estetika. Dari semua maket proyek yang ditampilkan dalam pameran, tampak rumah-rumahnya khas berwarna putih dengan fasad modern berbentuk segitiga, kotak, bahkan ada yang lebih eksperimental.
“Saya memilih konsisten pada benang merah desain minimalisme. Saya suka menampilkan kesederhanaan, tidak banyak warna, cukup, tidak berlebihan,” tutur Mande.

Ia mencari inspirasi rancangan karyanya dari aktivitas traveling, menjelajahi situs desain, dan melihat banyak karya arsitek lain. Tapi akhir-akhir ini ia lebih banyak menajamkan desain dari perasaan dan pancaindranya. Sejak mendirikan biro arsitek DFORM, ia menghasilkan lebih dari 100 proyek residensial.

Mande mengatakan idealismenya didukung preferensi kliennya, kaum milenial kelas menengah-atas yang sepemikiran dengan gaya rancangannya. Mereka juga memiliki pengetahuan serta selera desain yang baik. “Sehingga eksperimen desain saya bisa diterima, dikembangkan bersama karena ada diskusi dua arah,” dia melanjutkan.

Dalam proses kreatif perancangan rumah, Mande memang selalu menggali kebutuhan ruang dan fungsi dari calon penghuninya. Mereka diminta mengajukan mood board yang berisi preferensi dan keinginan mereka sehingga desain hunian lebih personal.

NANA RISKHI, DIAN YULIASTUTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus