Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Andika Perkasa pernah bergabung di tim super-elite Angkatan Darat.
Yudo Margono dikenal taat dan memperhatikan anak buah.
Ganjalan masa lalu Andika dan Yudo terpilih menjadi Panglima TNI.
TAK lama setelah menjalani kursus prajurit komando, Letnan Dua Andika Perkasa bergabung bersama 134 personel Komando Pasukan Khusus untuk mengikuti seleksi proyek Charlie pada pertengahan 1988. Mengikuti berbagai latihan yang menguras fisik dan kemampuan berpikir, Andika termasuk 35 personel yang mendapatkan lencana kualifikasi kontraterorisme, Januari 1989.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Charlie—sandi untuk proyek intelijen teknik pada Detasemen 81 Antiteror Kopassus—digagas oleh Luhut Binsar Pandjaitan, kini Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Situs Kementerian Kemaritiman menyebutkan proyek ini menghasilkan tentara terbaik dari yang terbaik. Orang dekat Luhut mengatakan proyek itu menjadi pertemuan awal bosnya dan Andika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ken Conboy, dalam Charlie: Special Operations in Indonesia 1988-1993, menulis bahwa Andika dan koleganya mendapat pelatihan dari berbagai spesialis. Salah satunya Nick Hadas, perwira Mossad, badan intelijen Israel. Buku itu juga menyebutkan Australia menawarkan pelatihan intelijen taktis. “Slotnya diberikan kepada Letnan Andika Perkasa,” tulis Conboy.
Baca: Jalur Cepat Kepala Staf
Lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1987 itu pernah bertugas di Timor Timur dan Aceh, dua daerah yang masuk kategori rawan pada masa Orde Baru. Pada Oktober 1993, seperti tertulis dalam buku Conboy, tim yang dipimpin Andika—saat itu berpangkat kapten—menangkap Teungku Bantaqiah, tokoh Islam di Beutong Ateuh yang disebut terkoneksi dengan Gerakan Aceh Merdeka.
Pada Juni 2002, Andika meringkus Umar Faruq, yang disinyalir terhubung dengan jaringan teroris global Al-Qaidah. “Dia memang ditugasi di BIN untuk memantau jaringan Al-Qaidah di Indonesia,” kata mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), As’ad Ali. Setelah menangkap Faruq, Andika melanjutkan kuliah ke National Defense University, Amerika Serikat.
Sebelum menangkap Faruq, Andika disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan Ketua Presidium Dewan Papua Theys Hiyo Eluay pada November 2001. Keluarga Kapten Rionardo, seorang tersangka, mengungkapkan Andika mendatangi dan meminta anaknya mengaku bersalah. Sebagai ganjaran, Rionardo akan ditempatkan di BIN, yang saat itu dipimpin Abdullah Mahmud Hendropriyono, mertua Andika.
As’ad Ali mengatakan tuduhan tersebut tidak benar. Sebab, Andika saat itu sudah ditugaskan di BIN. Pada November 2018, Andika pun mempersilakan kasus pembunuhan Theys diselidiki kembali. “Tak ada alasan bagi saya melarang mereka menelusuri tuduhan itu,” ujarnya.
Andika naik menjadi jenderal bintang satu saat menjabat Kepala Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pada 2013. Setahun sebelumnya, pada awal 2012, ia berkenalan dengan Joko Widodo, yang saat itu menjabat Wali Kota Solo. Adik ipar Andika, Diaz Hendropriyono, mengatakan Jokowi waktu itu menghadiri ulang tahun ibunya, Diah Hendropriyono.
Baca: Bintang Terang Menantu Intel
Dua hari setelah Jokowi menjadi presiden, 20 Oktober 2014, Andika naik pangkat menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden. Pertengahan 2016, ia naik menjadi Panglima Daerah Militer Tanjungpura. Pada awal 2018, Andika kembali naik pangkat dengan menjabat Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa berpidato saat pembukaan Latihan Bersama Garuda Shield ke 15/2021 di Baturaja, OKU, Sumatera Selatan, 4 Agustus 2021. ANTARA/Nova Wahyudi
Jabatan itu hanya dipegangnya selama sekitar enam bulan. Pada Juli 2018, Andika menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Hanya sekitar empat bulan menjabat Pangkostrad, dia dilantik Jokowi menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada November 2018.
Jokowi mengklaim penunjukan Andika bukan karena dia menantu Hendropriyono, yang menyokongnya dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019, melainkan rekam jejaknya cukup lengkap, dari di Kopassus hingga menjadi Pangkostrad. “Semua ada hitung-hitungannya,” kata Jokowi.
Baca: Manuver Para Jenderal Berebut Kursi Panglima TNI
Karier militer yang moncer juga dialami Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, pesaing Andika Perkasa untuk kursi Panglima TNI. Pada 2015, Yudo menjadi jenderal bintang satu ketika menjabat Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut I Belawan. Dua tahun berselang, pangkatnya naik saat dia menjadi Panglima Komando Lintas Laut Militer.
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Purnawirawan Ade Supandi, mengatakan, selama ia memimpin Angkatan Laut (Desember 2014-Mei 2018), Yudo empat kali naik jabatan. Di antaranya Perwira Pembantu Operasi dan Latihan Staf Operasi Markas Besar Angkatan Laut dan Panglima Armada Barat—berubah nama menjadi Armada I. “Itu hal yang normal,” ujar Ade.
Saat menjabat Panglima Komando Armada I, Yudo terlibat dalam berbagai misi, seperti pencarian bangkai pesawat Lion Air JT 160 dan kotak hitamnya. Setahun kemudian, atau pada September 2019, ia menjadi laksamana madya atau letnan jenderal di Angkatan Darat (jenderal tiga bintang) dengan jabatan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I.
Saat itu, Yudo terlibat mengurus karantina warga negara Indonesia dari Wuhan, Cina, di Natuna, Kepulauan Riau. Ia sempat memimpin Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Hingga akhirnya pada Mei 2020, bersama Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo, Yudo ditunjuk Jokowi menjadi Kepala Staf Angkatan Laut.
Baca: Cara Jokowi Memilih Panglima TNI
Ade Supandi mengaku mengenal dekat Yudo sejak dia baru lulus dari Akademi Angkatan Laut pada 1988. Menurut Ade, Yudo tak pernah menghindar dari penugasan apa pun. Senior Ade dan Yudo, mantan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Purnawirawan Bernard Kent Sondakh, mengatakan nama Yudo selalu masuk daftar pemimpin potensial.
Meski Yudo tak pernah menjadi bawahannya langsung, Kent menilai rekam jejak dia terbilang lengkap. Dari menjadi komandan kapal, memimpin pangkalan Angkatan Laut, hingga menjabat panglima armada.
Kent juga kerap menerima informasi soal Yudo dari mantan bawahannya, juga dari anaknya yang berdinas di Angkatan Laut. “Tidak ada yang menilainya negatif,” kata Kent saat dihubungi Tempo, Sabtu, 19 September lalu. Sejumlah perwira menengah dan tinggi pernah bercerita kepada Kent, Yudo bersama istrinya kerap datang ke kapal Angkatan Laut saat hari libur dan menyapa anak buahnya.
Baca: Petaka Lencana Nanggala
Belum setahun Yudo menjadi laksamana, Kapal Perang Republik Indonesia Nanggala-402 tenggelam di perairan utara Bali pada 21 April lalu. Sejumlah pihak menganggap tenggelamnya Nanggala menjadi catatan buruk rekam jejak Yudo.
Di luar soal karier militer yang moncer, Andika Perkasa dan Yudo Margono sama-sama mendapat catatan soal harta kekayaan yang dinilai sangat besar untuk ukuran tentara. Pada 2020, harta kekayaan Yudo senilai Rp 11,36 miliar, sedangkan Andika memiliki kekayaan Rp 179,99 miliar pada tahun ini.
HUSSEIN ABRI DONGORAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo