TEMPO.CO, Boyolali - Setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 6 September 2019, pabrik PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) di Kabupaten Boyolali kembali tertutup untuk wartawan.
"Anda harus janjian dulu jika mau ketemu beliau. Nanti bukti janjiannya saya bawa masuk, saya sampaikan ke dalam," kata salah satu satpam PT Esemka saat menemui Tempo di pintu gerbang pabrik pada Selasa, 8 Oktober 2019.
Siang itu, Tempo bermaksud untuk menemui Humas PT Esemka Sabar Boedhi. Saat dihubungi Tempo Melalui WhatsApp, Sabar mengatakan dirinya sedang berada di Denpasar, Bali. "Maaf kalau saat ini sesi wawancara belum bisa, Pak. Akan kami infokan kalau ada sesi berikutnya," kata Sabar menjawab permintaan Tempo untuk wawancara seputar produk mobil Esemka.
Saat Tempo menanyakan apakah Sabar hari ini berada di kantor, satpam menjawab, "Sepertinya beliau ada. Tapi kalau mau ketemu beliau musti janjian dulu."
Video deretan prototipe mobil Esemka di pabrik Boyolali:
Setelah meliput acara peresmian sekaligus peluncuran mobil Esemka Bima oleh Jokowi, wartawan baru bisa masuk ke pabrik PT Esemka lagi pada 24 September lalu. Saat itu, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna bersama para petinggi jajaran TNI AU sedang berkunjung ke pabrik PT Esemka.
Saat ditanya apakah dalam waktu dekat ada informasi kunjungan pejabat ke pabrik PT Esemka, agar wartawan bisa masuk dan melakukan kerja jurnalistik, satpam pun menggelengkan kepala. "Seperti biasa, kami tidak bisa memberikan informasi apapun kepada wartawan," ujarnya.
Menurut seorang warga yang membuka warung tidak jauh dari pabrik PT Esemka, tidak sedikit wartawan dari luar kota yang terlanjur sampai di Boyolali namun tetap tidak diizinkan masuk ke pabrik yang berada di wilayah Desa Demangan, Kecamatan Banyudono, itu.
"Pak Jokowi kan meresmikan pabrik itu pada hari Jumat. Tiga hari berselang, ada tiga wartawan dari Jakarta yang mampir ke warung saya. Mereka juga tidak diizinkan masuk. Kasihan, sudah jauh-jauh sampai sini," kata perempuan paruh baya warga Desa Senting, Banyudono, itu.
Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971