Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Sudah Waktunya PDIP Memerintah!

6 Januari 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Sabam Sirait, 77 tahun, berbicara blakblakan tatkala Tempo menemuinya Senin pekan lalu. Dia menuturkan pergulatan di lingkup internal partainya menjelang Pemilihan Umum 2014, termasuk isu paling panas: kasak-kusuk siapa calon presiden yang bakal diluncurkan dari "kandang banteng".

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang merajai survei calon presiden dan diprediksi mampu melejitkan perolehan suara PDI Perjuangan, tak kunjung ditetapkan sebagai calon presiden. Belakangan, muncul arus pendapat yang memajukan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Semuanya bergantung pada keputusan putri Bung Karno itu. Kongres PDIP III di Bali pada 2010 memang mengamanatkan Ketua Umum yang berhak menentukan calon presiden partai ini.

Mengaku kritis mencermati kebijakan partainya, Sabam berhati-hati jika menyinggung figur calon presiden. "Mega adik saya, tak mungkin saya bicara yang menyakiti dia," katanya kepada Maria Hasugian dan Jobpie Sugiharto dari Tempo di tempat tinggalnya di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.

l l l

Apakah elite PDIP masih sering meminta pendapat Anda?

Sering. Terkadang, jika yang mereka tanya itu tidak penting, ya, tidak saya jawab. Tidak mereka tanya pun saya akan datang karena ini partai saya. Mana bisa partai saya dipermainkan orang lain. Walau saya bukan pengurus, ini partai saya. Kalau saya tidak ditanya, saya pengaruhi mereka. Tapi saya takut omongan saya berpengaruh buruk untuk partai.

Menurut Anda, apakah PDIP harus mengambil kesempatan untuk memimpin pada 2014?

Berkuasa, mempengaruhi kekuasaan, atau beroposisi ada dalam politik. PDIP sudah pernah menjadi oposisi dan mempengaruhi kekuasaan. Sudah waktunya PDIP memerintah!

Mengapa calon presiden tak segera diumumkan?

Saya ingin calon sudah diumumkan pada Januari 2014. Dengan begitu, ada waktu cukup untuk memperkenalkan calon. Namun saya dengar Mega di Yogyakarta mengatakan pengumuman calon pada April 2014. Ini berdekatan sekali dengan pemilihan legislatif. Akan saya tanyakan ke Mega apa alasannya.

Jokowi unggul di banyak survei. Dia akan menjadi calon presiden?

Belum ada keputusan itu. Saya hanya berharap partai mempertimbangkan hasil survei. Kepercayaan masyarakat terhadap PDIP membaik. PDIP didirikan untuk kepentingan masyarakat.

Bagaimana kalau calon presidennya tak sesuai dengan aspirasi publik?

Jangan meremehkan saya. Jangan kira saya hanya menerima sesuatu. Saya akan berperang sebelum mereka menentukan. Saya akan datang sebelum itu menjadi keputusan.

Kalau Mega maju jadi calon presiden, berapa besar peluangnya menang?

Kalau pesaingnya berusia 60 tahun ke atas, dia layak maju.

Apakah calon presiden dan wakilnya direncanakan dari PDIP?

Tidak, kecuali kami menang 40 persen ke atas. Itu pun saya mau koalisi, tapi koalisinya tidak terlalu gemuk. Cukup satu partai saja, maksimum dua. Tak mungkin mengurus Indonesia sendirian.

Ada yang menilai Jokowi kurang pemahamannya dalam ideologi.…

Tidak ada yang meragukan dia. Dia tidak pernah terlibat PKI atau Masyumi. Biasanya yang berhadapan dengan PDIP secara ideologis adalah Masyumi dan PKI. Mega pernah akan mengangkat Jokowi menjadi Wakil Ketua PDIP Jawa Tengah, tapi batal karena menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Berarti tak ada masalah dengan ideologi.

Tapi elite PDIP seperti tak punya akses ke Jokowi.…

Ada akses. Cuma, kalau kamu jadi wali kota, waktunya tidak terlalu cukup untuk dibagi. Apalagi Gubernur DKI Jakarta. Semua orang ingin bertemu dengan dia.

Kalau Jokowi jadi calon presiden, sama dengan melepaskan Jakarta kepada partai lain?

Sudah saya pikirkan itu. Sudah saya sampaikan kepada si Ahok (Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama): "Kau siap-siap jadi gubernur kalau si Jokowi entah jadi apa. Walaupun itu sudah otomatis kau jadi gubernur. Belajar kau dari sekarang. Sebab, jadi gubernur beda dengan wakil gubernur. Kau mesti belajar lebih hebat dari orang lain."

Kapan bertemu dengan Ahok?

Pertama, di sini (di rumah Sabam). Kemudian di lantai 5 Plaza Senayan. Itu sebelum Rapat Pimpinan Nasional PDIP pada September 2013.

Anda legawa bila posisi Gubernur Jakarta diambil partai lain?

Partai apa? Gerindra? Ahok itu sudah PDIP isinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus