Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tes wawasan kebangsaan sebagai syarat alih status menjadi aparatur sipil negara diduga merupakan inisiator Ketua KPK Komisaris Jenderal Firli Bahuri.
Sebanyak 75 orang yang di antaranya penyelidik dan penyidik yang mengusut kasus kakap serta pegawai yang menangani tiga perkara kode etik Firli dinyatakan tidak lulus tes wawasan kebangsaan.
Firli berdalih tidak ada upaya untuk menyingkirkan siapa pun.
TES wawasan kebangsaan diduga digunakan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri untuk menyingkirkan 75 pegawai yang dianggap berseberangan dengannya. Firli meminta Biro Hukum KPK memasukkan pasal mengenai tes wawasan kebangsaan ke rancangan Peraturan KPK tentang Tata Cara Pengalihan Pegawai KPK Menjadi Pegawai Aparatur Sipil Negara dengan dalih banyak “Taliban” di lembaga antirasuah tersebut. Sebelum pembahasan rancangan peraturan KPK tersebut, Firli disebut telah mengantongi daftar nama pegawai yang akan disingkirkan, sebagaimana diceritakan Wakil Ketua KPK Nurul Gufron kepada penyelidik Harun Al Rasyid. Firli membantah tuduhan ini. “Saya ingin katakan tidak ada upaya untuk menyingkirkan siapa pun. Semua dilakukan sesuai dengan mekanisme dan prosedur,” ujarnya pada Selasa, 1 Juni lalu. Wawancara berikut ini dihimpun tim IndonesiaLeaks dari berbagai kesempatan, termasuk setelah Firli menghadiri rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat, pada Kamis, 3 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Betulkah Anda berniat menyingkirkan 75 pegawai yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan sejak awal?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya agak heran kalau ada kalimat bahwa saya berupaya menyingkirkan. Saya ingin katakan tidak ada upaya untuk menyingkirkan siapa pun. Semua dilakukan sesuai dengan mekanisme dan prosedur.
Dalam rapat pimpinan KPK pada 29 April lalu, Anda menyatakan bahwa Anda ingin 75 pegawai yang tak lulus tes wawasan kebangsaan mengundurkan diri sebelum 1 Juni. Jika mereka tidak mengundurkan diri, Anda akan memberhentikan dengan hormat?
Saya ingin pastikan sampai hari ini tidak pernah KPK memberhentikan, tidak pernah KPK memecat, dan tidak pernah juga berpikir untuk menghentikan dengan hormat ataupun tidak hormat.
Benarkah Anda sudah menyiapkan daftar 21 nama sebelum skenario tes wawasan kebangsaan ini disusun?
Saya mohon maaf, bukan kapasitas saya untuk menanggapi.
Bukankah rencana penyingkiran itu Anda paparkan di lantai 15?
Tidak ada kaitannya. Orang lulus atau tidak lulus karena dia sendiri.
Apakah sebelum proses tes wawasan kebangsaan berlangsung, Anda telah menyiapkan 21 nama yang akan didepak itu?
Proses tes wawasan kebangsaan sudah berjalan. Apa kepentingan saya membuat list orang?
Kami mendapat informasi bahwa Anda berada di balik skenario penyingkiran pegawai KPK?
Ya, silakan, itu informasi Anda. Tapi yang pasti pimpinan dan semua pegawai KPK memiliki hak yang sama untuk mengikuti seleksi tes wawasan kebangsaan. Hasilnya seperti itu.
Dari 75 pegawai yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan, beberapa di antaranya menangani kasus kakap. Bukankah ini nanti akan berpengaruh terhadap penanganan kasus di KPK?
Dari total 1.351 pegawai KPK yang mengikuti proses pengalihan jadi aparatur sipil negara, secara statistik 75 orang itu sekitar 5,4 persennya. Dalam beberapa kali kesempatan saya sampaikan bahwa pola kerja KPK tidak bergantung orang per orang. Kami bekerja sesuai dengan sistem. Kami bekerja sesuai dengan ketentuan undang-undang sehingga siapa pun yang ada di KPK semangatnya sama, untuk melakukan pemberantasan korupsi. Sampai hari ini saya yakin masih punya semangat itu.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan memanggil Anda dalam upaya penyelidikan dugaan pelanggaran dalam proses alih status?
Saya tidak paham apa yang akan ditanyakan Komnas HAM. Yang pasti adalah kami sudah membahas proses alih status ini dengan rekan-rekan pimpinan KPK. Kami itu kolektif kolegial. Apa yang diputuskan bersama harus dipertanggungjawabkan bersama, secara tanggung renteng.
Anda akan datang memenuhi panggilan Komnas HAM?
Yang mengatakan itu siapa? Saya belum ngomong.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo