Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Istilah buzzer mungkin sudah akrab di telinga para pengguna media sosial. Istilah tersebut mengacu pada individu atau sekelompok orang yang diorganisir untuk menyuarakan isu tertentu dan mempengaruhi opini publik.
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG), buzzer telah hadir di Indonesia pada tahun 2009 bersamaan dengan diterimanya Twitter oleh masyarakat luas.
Mulanya, buzzer memiliki peran untuk membantu perusahaan dalam strategi pemasaran. Akan tetapi, pada pilkada DKI Jakarta tahun 2012, buzzer mulai merambah ke ranah politik.
Akun-akun buzzer bisa dikelola oleh robot maupun tenaga manusia. Pesan-pesan yang disampaikan umumnya menyatakan dukungan atau menyerang suatu kandidat.
Berdasarkan referensi dari sejumlah peneliti, sejarah kehadiran buzzer politik di Indonesia tidak lepas dari penggunaan buzzer di luar negeri.
Para politisi mencontoh penggunaan buzzer oleh Barack Obama dan Donald Trump pada pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Setelah pilkada DKI Jakarta tahun 2012 berakhir, penggunaan buzzer dalam kampanye politik berlanjut hingga Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 serta pemilihan umum tahun 2014 dan 2019. Tidak hanya Twitter, buzzer juga memanfaatkan media sosial lainnya, seperti Facebook, Instagram hingga WhatsApp.
Buzzer politik seringkali mengangkat isu identitas, seperti kepribadian para paslon dan pesan-pesan bertemakan agama. Mereka memiliki kemampuan untuk membangun persepsi publik terhadap kandidat tertentu.
Konsep buzzer yang sebelumnya berkonotasi positif kemudian mengalami pergeseran menjadi negatif.
Pasalnya, mereka dapat memecah belah masyarakat dengan menyebar berita hoax dan ujaran kebencian. Jika terus dibiarkan, kehadiran buzzer dapat menghancurkan ideologi berpolitik pada generasi mendatang.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga : Laporan Relawan Jokowi Mania ke Ubedilah Badrun Dinilai Bahayakan Demokrasi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini