Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bank Indonesia segera menerbitkan kartu kredit domestik sebagai pembayaran nasional.
Kartu kredit domestik digadang-gadang bakal menyaingi kartu kredit internasional seperti Mastercard.
Keuntungan-keuntungan kartu kredit domestik.
BANK Indonesia akan menerbitkan kartu kredit domestik sebagai bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan sistem pembayaran nasional. Pada Mei mendatang, bank sentral bakal memberlakukan kartu kredit domestik untuk transaksi pemerintah. Pada 2024, kartu kredit domestik akan berlaku untuk umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kartu kredit domestik juga bakal menyaingi perusahaan asing seperti Visa dan Mastercard yang selama ini menguasai jaringan pembayaran. Bahkan General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia Steve Marta optimistis Indonesia bisa mengikuti jejak Cina yang sukses dengan China UnionPay, kartu kredit lokal yang juga dapat digunakan di 140 negara. Wawancara Steve dengan jurnalis Tempo, Aisha Shaidra dan Retno Sulistyowati, pada Selasa, 4 April lalu:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa kelebihan kartu kredit domestik dibandingkan dengan yang sudah ada selama ini?
Saya melihat ini lebih banyak pada aspek kedaulatan pengelolaan sistem pembayaran. Jika dibandingkan, mungkin principal asing lebih baik. Tapi selama ini kita jadi bergantung kepada mereka. Jadi diharapkan ada kedaulatan.
Apakah Indonesia memang membutuhkan sistem semacam ini?
Negara sebesar Indonesia seharusnya bisa mengelola sendiri (sistem pembayaran). Apalagi market kita cukup besar. Lain dengan negara kecil yang penduduknya sedikit dan transaksinya tidak banyak, ya, jadi enggak efisien. Indonesia sudah pantas dan layak punya sistem pengelolaan kartu kredit sendiri. Negara dengan penduduk banyak seperti Cina juga sudah punya. Yang jadi tantangan adalah bagaimana supaya produk yang dikelola provider lokal bisa bersaing dengan yang lebih dulu ada.
Bank Indonesia sudah meluncurkan sistem untuk kartu kredit pemerintah (versi virtual) pertengahan tahun lalu, dan pada Mei mendatang akan ada penerbitan kartu kredit (fisik) domestik pemerintah. Seperti apa evaluasi dari Asosiasi?
Potensi market-nya no doubt, tinggal bagaimana kita menjalankannya. Kalau asal ada, asal punya, ya, sayang. Nanti jadi produk yang tidak bisa berkembang dan ditinggalkan. Kita harus belajar kepada Cina yang dulu banyak pakai Visa dan Mastercard, lalu membuat UnionPay yang sampai saat ini bisa bersaing dengan produk asing, bahkan jadi principal di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Untuk menuju ke sana, apa yang harus dilakukan oleh pihak-pihak di Indonesia?
Harus ada komitmen semua pihak untuk memakai kartu kredit domestik, perkuat dengan desain dan produk yang andal. Kartu kredit domestik juga harus bisa kasih keuntungan, misalnya cost lebih rendah, keamanan lebih baik. Kalau biayanya malah lebih mahal dan marginnya rendah, pelaku bisnis pasti mau pakai produk lain.
Kartu kredit pemerintah versi virtual belum bisa bebas dipakai dalam berbagai transaksi, apa tanggapan Anda?
Ini karena keterbatasan, misalnya limit transaksi hanya beberapa puluh juta rupiah. Kalau untuk belanja lembaga negara, Rp 20 juta saja masih kurang.
Kenapa transaksi kartu kredit virtual ini terbatas?
Karena jaringan yang digunakan adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang dibatasi jumlah maksimal transaksi hariannya. QRIS kan tujuannya untuk transaksi bernilai rendah bagi usaha kecil-menengah dan sejenisnya. Makanya Bank Indonesia akan menerbitkan kartu (fisik) yang nilai transaksinya bisa lebih besar. Kalau limit QRIS diperbesar bisa saja, tapi enggak cocok untuk transaksi usaha kecil-menengah.
Apakah kehadiran kartu kredit domestik bakal berpengaruh pada provider kartu kredit yang selama ini eksis?
Buat perbankan tidak jadi masalah mau dikelola lokal atau asing. Yang jadi pertimbangan, kartu kredit domestik harus bisa berkompetisi. Dari kacamata industri, lebih baik dikelola provider lokal karena ada independensi dan bisa ada kemudahan bagi pengguna. Masyarakat akan memilih yang lebih baik. Mereka enggak peduli lokal atau bukan selama bisa memenuhi kebutuhan. Ini pekerjaan yang harus diselesaikan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo