Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana untuk membangun dan mengolah pabrik minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) dan beberapa produk turunan, salah satunya adalah minyak makan merah (M3) atau red palm oil (RPO). Lantas, apa itu minyak makan merah?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Minyak makan merah atau disebut juga sebagai refined palm oil merupakan produk dari minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) yang setelah proses penyulingan tidak melanjutkan proses-proses selanjutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya, daging sawit digiling sampai mengeluarkan cairan gabungan antara minyak dan air. Nantinya, proses ini akan menghasilkan minyak sawit mentah. Selanjutnya, kandungan air dalam minyak sawit tersebut dipisahkan dengan penyulingan agar menghasilkan minyak makan merah. Inilah yang menjadi proses terakhir untuk menghasilkan minyak makan merah sehingga minyak ini memiliki warna merah cair. Dengan begitu, minyak ini dinamakan minyak makan merah.
Melansir laman aocs.org, dalam keadaan alami dan tidak diproses, minyak kelapa sawit berwarna merah tua karena memiliki kandungan karotenoid yang tinggi, termasuk karoten (prekursor vitamin A yang memberi warna pada wortel) dan likopen. Minyak ini juga kaya akan antioksidan, seperti vitamin E isomer (tokoferol dan tokotrienol), dan pitosterol.
Namun tanpa melakukan pengolahan apa pun, minyak makan merah memiliki kegunaan yang terbatas di dapur. “Minyak makan merah memiliki rasa sangat kuat sehingga menyengat dan memiliki bau, seperti jamur yang terlalu matang. Ini sangat tidak enak,” ucap Neil Blomquist, Chief Commercial Officer untuk Natural Habitats, pemasok minyak sawit organik dari Ekuador dan Afrika Barat.
Akibatnya, sebagian besar minyak yang belum diproses harus dimurnikan dahulu untuk menghilangkan bau, rasa, dan kotoran. Selain itu, juga untuk menghilangkan warna merah yang menurut banyak konsumen tidak menggugah selera.
“Kunci untuk memproduksi minyak makan merah adalah Anda harus menghilangkan bau minyak sawit pada suhu rendah untuk menghindari kerusakan termal karoten,” ujar Wim De Greyt, manager R&D di Desmet Ballestra, perusahaan yang mendesain dan membangun kilang minyak nabati.
Sebelum atau sesudah pemurnian, minyak sawit dapat difraksinasi menjadi olein sawit dengan fraksi cair sekitar 70-80 persen minyak dan stearin sawit dengan fraksi padat sekitar 20-30 persen. Hasil refraksi dari minyak makan merah adalah refined, bleached, deodorized (RBD) palm olein dan RBD palm stearin.
Mengutip publikasi ilmiah Molecules, RBD palm olein biasanya digunakan sebagai minyak goreng curah, sedangkan RBD palm stearin ditemukan dalam mentega, margarin, shortening (mentega putih), dan bahan pengganti mentega lainnya. Selain itu, RBD palm olein yang telah melakukan proses penyaringan akan digunakan sebagai minyak goreng kemasan dan minyak goreng premium.
RACHEL FARAHDIBA R