Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Bahaya Mendengkur bagi Kesehatan Anak Menurut Guru Besar UI

Sekitar 26 persen anak tidur mendengkur sehingga pakar menyarankan orang tua untuk sadar dan mencari gejala-gejala penyerta.

16 Februari 2024 | 22.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia dan juga spesialis anak Prof Dr dr Bambang Supriyatno menyebut bahaya mendengkur bagi kesehatan anak dan tidak boleh dianggap sepele.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pada anak, mengorok itu bisa berbahaya. Dia akan gampang menderita batuk pilek, radang tenggorokan, berat badannya tidak naik, mulut berbau, hiperaktif pada siang hari," ujar Bambang, Jumat, 16 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menyampaikan hal tersebut saat mengulas buku yang diterbitkannya dan berjudul Bahaya Tersembunyi Mendengkur pada Anak bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). "Mendengkur atau ngorok itu bahaya, apalagi kalau sudah habitual snoring, di mana bisa dialami tiga kali atau lebih dalam sepekan saat tidur. Saya suka mendapatkan konsultasi banyak yang menganggap anak ngorok itu hal biasa karena bapaknya juga ngorok. Banyak yang tidak tahu kalau ngorok itu bahaya," ujarnya.

Ia menjelaskan orang tua harus waspada dan sadar apabila memiliki anak usia 3-8 tahun dengan keluhan hiperaktif, sulit tidur, jahil, bau mulut, bibir kering, berat badan tidak naik-naik, bahkan di atas 5 tahun masih mengompol.

"Biasanya kalau sudah seperti itu saya langsung tanya ke ibunya apakah si anak ngorok atau enggak. Kalau iya saya tanya, berapa kali ngorok dalam sepekan karena itu berpengaruh," tuturnya.

Konsultasikan ke dokter
Dalam penelitiannya, Bambang menemukan sekitar 26 persen anak mendengkur sehingga ia menyarankan orang tua untuk sadar dan mencari gejala-gejala penyerta tentang bahaya mendengkur pada anak karena itu bukan gejala yang harus dimaklumi.

"Kalau anak mengorok, bahayanya itu berat badannya bisa tidak naik-naik, sering mengompol, dan mengalami neuro behavior atau gangguan perilaku. Saat dewasa, ia akan berisiko mengalami kelainan kardiovaskular atau jantung koroner dan diabetes melitus," paparnya.

Ia menyarankan orang tua untuk menghitung berapa kali anak mendengkur dalam sepekan kemudian direkam untuk dikonsultasikan pada dokter.

"Lalu kalau anak umur 3-8 tahun mulutnya sering menganga, cek juga apakah saat malam anak ngorok," ucapnya.

Bambang menjelaskan pencegahan yang dapat dilakukan agar anak yang mendengkur tidak terkena risiko penyakit yang berbahaya, di antaranya apabila  memiliki alergi di usia 3-8 tahun maka orang tua mesti menghindarkannya dari pemicu alergi.

"Perhatikan, kalau anak ngorok dan tidurnya mangap, hindari rokok, debu, dan makanan-makanan tertentu yang menimbulkan alergi," tegasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus