Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Pesan Lingkungan Penggemar K-Pop

Penggemar K-pop menginisiasi gerakan untuk mengatasi krisis iklim. Edy Suranta Ginting melukis wajah dua personel grup musik BTS dengan bahan sampah plastik.

1 Januari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gerakan ramah lingkungan menyebar di kalangan penggemar K-Pop.

  • Penggemar K-Pop mendorong pemerintah dan industri lebih ambisius dalam mengatasi krisis iklim.

  • Edy Suranta Ginting melukis wajah dua personel BTS dengan bahan sampah.

LAHIR dan besar di Jakarta, Nurul Sarifah jarang melihat langit berwarna biru. Penggemar K-Pop, musik Korea, ini menyadari kualitas udara di Ibu Kota, yang dikelilingi oleh pembangkit listrik tenaga batu bara, memburuk dari hari ke hari. Polusi udara mempengaruhi kesehatan warga Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prihatin atas kondisi itu, ia bergabung dalam gerakan iklim. Nurul lalu menggagas platform Kpop4Planet untuk mendorong pemerintah dan industri lebih ambisius dalam mengatasi krisis iklim. “Pemanasan global telah mengusik para penggemar K-pop, sebagian anak muda yang merasa khawatir atas dampak krisis iklim,” tutur Nurul, 22 tahun, melalui surat elektronik kepada Tempo, Jumat, 10 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kpop4Planet dibentuk pada 3 Maret 2021 bertepatan dengan Hari Satwa Liar Sedunia. Tim intinya berjumlah delapan orang dari berbagai negara, termasuk Nurul. Penggemar K-pop sebagian besar datang dari generasi Z dan milenial. “Kamilah yang akan menghadapi dampak langsung dari krisis iklim,” ujar organisator Kpop4Planet itu.

Anggotanya tersebar di Indonesia, Korea Selatan, Filipina, Thailand, dan Kanada. Mereka mengkampanyekan pencegahan krisis iklim di negara masing-masing. Kampanye pertama mereka adalah “Tokopedia 4 Bumi”. Mereka meminta Tokopedia menggunakan energi terbarukan untuk sumber listriknya, seperti energi angin dan matahari, serta go green pada 2030. Dua grup K-pop, BTS (Bangtan Sonyeondan) dan Blackpink, menjadi brand ambassador perusahaan digital itu.

Nurul Sarifah. Dok. KPop4Planet

Nurul dan kawan-kawan meminta Tokopedia mengungkapkan jejak karbonnya kepada publik dan menetapkan rencana dekarbonisasi jangka panjang sesuai dengan standar internasional seperti Perjanjian Paris. Kpop4Planet, kata dia, sudah berdiskusi dengan tim tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Tokopedia agar tuntutan dalam petisinya menjadi pertimbangan dalam menentukan rencana perusahaan. 

Public Affairs Senior Lead Tokopedia Aditia Grasio Nelwan mengatakan pihaknya telah berkomunikasi langsung dengan perwakilan Kpop4Planet dan berdiskusi perihal program dan pilar pelestarian lingkungan dari Tokopedia Bersama. Beberapa kegiatan dari gerakan ini adalah penanaman pohon bersama Nakama (karyawan Tokopedia), pemasangan panel surya di Tokopedia Tower bersama Ciputra World 2 Jakarta, dan kampanye menanam pohon bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). 

Tokopedia, menurut dia, juga berkomitmen mendukung berbagai upaya yang sejalan dengan komitmen Three Zeros dari GoTo (Zero Emissions, Zero Waste, dan Zero Barriers). Ihwal Zero Emissions, misalnya, GoTo Group sedang menginventarisasi karbon sebagai baseline aksi dengan menghitung greenhouse gas untuk scope 1, 2, dan 3. “Baseline ini yang kemudian akan menjadi dasar bagi kami untuk menentukan aksi yang signifikan dan berdampak lebih besar lagi bagi kehidupan manusia dan bumi,” ujar Aditia lewat pesan tertulis, Jumat, 31 Desember lalu.

Kpop4Planet juga sedang mengkampanyekan “No K-Pop on a Dead Planet”. Mereka meminta industri K-pop menggunakan sampul album dengan bahan ramah lingkungan, mengadakan konser yang rendah emisi, dan mengubah penggunaan sarana transportasi. Petisi yang ditandatangani oleh sekitar 10 ribu orang dari 83 lebih negara itu telah disampaikan kepada perusahaan manajemen artis Korea, seperti YG, JYP, HYBE, dan SM. Kampanye “Zero Emissions Concert” adalah petisi global yang meminta industri K-pop mengadakan konser yang lebih ramah lingkungan dan rendah emisi mulai tahun depan.

Petisi lain adalah “Save Butter Beach” untuk melindungi Pantai Maengbang di Kota Samcheok, Provinsi Gangwon, Korea Selatan, yang menjadi lokasi pemotretan album Butter dari BTS. “Saat ini, PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Samcheok sedang dibangun dan kami ingin melindungi pantai tersebut dari kerusakan akibat pembangunan PLTU,” tutur Nurul.

Aktivis Kpop4Planet dalam gerakan "Save Butter Beach". Dok. Kpop4Planet

Gerakan Kpop4Planet, kata Nurul, terinspirasi oleh #SavePapuaForest yang dikampanyekan penggemar K-pop di Indonesia pada 2020. Kampanye itu memungkinkan orang-orang di luar Indonesia mengetahui deforestasi di Papua. Menurut dia, terdapat lebih dari 21 ribu orang yang berpartisipasi dalam delapan bulan pertama kampanye Kpop4Planet.

Untuk mendukung program-programnya, Kpop4Planet menjalin kerja sama dengan banyak pihak, termasuk klub penggemar K-pop seperti ELF Indonesia (Super Junior), BLINK Official Indonesia (Blackpink), Jaeminnesia (Na Jaemin, NCT), dan X_MyDay (Day 6). Kegiatan dan kampanye tersebut didukung oleh banyak fandom—sebutan untuk klub penggemar K-pop—seperti Carat (Seventeen), EXO-L (EXO), ARMY (BTS), STAY (Stray Kids), iKONIC (iKON), Fantasy (SF9), Moa (TXT), Blink, My Day, ELF, NCTzen (NCT), Monbebe (Monsta X), Shawol (SHINee), dan Melody (BtoB). “Jika K-pop bergerak, hal itu memiliki potensi menginspirasi aksi iklim di industri lain,” ujar Nurul.

Salah seorang yang terlibat aksi ramah lingkungan bersama penggemar K-pop adalah pelukis Edy Suranta Ginting. Setelah lima video tentang lukisan dari bahan sampah yang ia unggah ke TikTok viral dan ditonton lebih dari 3 juta kali, dua orang ARMY—sebutan bagi penggemar BTS—memesan lukisan wajah Suga (Min Yoon-gi) dan Jin (Kim Soek-jin). Pelukis asal Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu menyanggupinya dengan mematok harga Rp 3 juta per lukisan. Edy kemudian mengunggah video pembuatan lukisan tersebut di akun TikTok @edy_art_studio. Video itu telah ditonton lebih dari 2,5 juta kali. 

Lukisan dari bahan kantong kresek itu menyulut kemarahan sejumlah warganet yang menganggap Edy menghina idola mereka. Edy lantas membuat video klarifikasi yang ditonton 10 juta kali dalam sehari penayangan. Sejak saat itu, Edy kebanjiran pesanan.

Edy tak menemui kesulitan menggambar wajah dua personel grup vokal pria papan atas Korea tersebut. Kesulitan terbesarnya justru menyiapkan mental untuk mengumpulkan kantong kresek. Ia memilih memungut sendiri kantong kresek dari tempat pembuangan sampah, parit, dan selokan. Ia merasa itu sudah tugasnya dan ia menyukainya. “Tapi, di Indonesia, lebih keren yang membuang sampah sembarangan ketimbang yang mengumpulkan sampah,” ucap Edy saat dihubungi pada Kamis, 9 Desember lalu.

Edy Suranta Ginting saat membuat karya seni dari kaleng minuman bekas di Buol, Sulawesi Tengah. Dok. Pribadi

Perkenalan Edy dengan isu lingkungan bermula ketika ia bertandang ke Bali pada 2000. Di Pulau Dewata, ia bertemu orang-orang yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan, seperti personel grup musik Navicula dan Jerinx atau I Gede Ari Astina dari Superman Is Dead. Mereka membuat gerakan bersama untuk menyelamatkan lingkungan melalui karya.

Sebelumnya, Edy membuat rumah dari segala jenis sampah, seperti pembalut dan popok bayi. Rumah-rumah bikinannya tersebar di Sulawesi Tengah; Sulawesi Selatan; Wamena, Papua; dan Halmahera Utara, Maluku Utara. Rumah tersebut digunakan sebagai tempat belajar dan berkreasi.

Ia baru benar-benar menggunakan sampah sebagai bahan lukisan sejak 2000-an. Ia memilih kantong kresek karena lebih transparan sehingga lebih mudah menggradasikan warna. Untuk membuat lukisan, ia membersihkan terlebih dulu kantong kresek, mengeringkannya, lalu memotong dan menempelkannya di atas kanvas yang sudah disketsa. Namun ia berencana meninggalkan kantong kresek agar masyarakat mengetahui jenis sampah lain juga bermanfaat. Lukisan Edy telah memenangi sejumlah lomba, di antaranya lomba memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diadakan TikTok pada 2020.

Edy menggunakan lukisan sebagai alat kampanye dan edukasi bahwa sampah berguna untuk banyak hal. “Mana tahu dengan semakin banyak orang yang mengolah sampah bisa jadi sumber pendapatan, seperti tujuanku,” ucap pelukis yang dalam tiga tahun terakhir bermukim di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, itu. 

HURRYYATI ALIYAH, MEI LEANDHA (MEDAN)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus