Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Pentingnya Media Sosial Bantu Korban KDRT Lebih Terbuka, Jangan Anggap Aib Keluarga

Psikolog mengatakan media sosial bisa membantu korban KDRT untuk lebih terbuka dan mendapat respons dari masyarakat.

16 Agustus 2024 | 22.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama ini sudah banyak terjadi tetapi masyarakat masih kurang tanggap karena korban tidak mengungkapkannya dengan berbagai alasan, misalnya malu, takut, atau menyimpan sendiri karena dianggap aib keluarga. Psikolog klinis di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya, Ella Titis Wahyuniansari, pun mengatakan media sosial bisa membantu korban KDRT untuk lebih terbuka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau ada kasus KDRT lalu viral di media sosial, itu sebenarnya bukan viralnya yang penting melainkan bisa membantu. Mungkin selama ini korban ada rasa malu atau takut. Kalau dia sudah memviralkan, otomatis dia sudah berani show up (terbuka), sudah menunjukkan pada orang bahwa, 'Ini lho, aku mengalami KDRT, tolong aku',” ujar Ella, Jumat, 16 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan hal tersebut untuk menanggapi kasus KDRT yang dialami pemengaruh asal Aceh, Cut Intan Nabila. Menurutnya, viralitas di media sosial apabila disikapi secara positif dapat memicu respons dari masyarakat untuk lebih peduli terhadap kasus kekerasan.

“Sebenarnya kalau menurut saya bukan karena viral terus baru ditangani melainkan kepada bagaimana viralnya itu membantu agar cepat tertangani. Kalau misalnya lebih viral itu lebih banyak masyarakat yang menjangkau. Ketika sudah viral, masyarakat mulai menanggapi, mulai ramai, jadi tanggapan masyarakat itu yang menjadi bentuk kepedulian,” ucapnya.

"Masalahnya kalau kita ada di dalam lingkup rumah tangga, tidak sedikit yang berpikiran bahwa karena keluarga, ini aib sehingga harus ditutupi. Kemudian pikiran-pikiran bahwa nanti dia (pelaku kekerasan) akan berubah, misal ketika anaknya sudah besar pasti akan berubah dan lain sebagainya," tambahnya.

Layanan psikologi di puskesmas
Ia mengapresiasi pemerintah yang sudah membuat berbagai kebijakan, termasuk menyediakan layanan psikolog klinis di puskesmas yang dapat diakses dengan biaya terjangkau oleh masyarakat.

"Kalau yang saya lihat di Surabaya dan DI Yogyakarta, sudah saya temukan seperti itu. Di puskesmas-puskesmas sudah ada psikolog klinis, jadi pemerintah itu sudah mulai memberikan layanannya. Hanya saja perlu lebih diperhatikan agar lebih menjangkau wilayah terpencil," saran Ella.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat agar bisa mengakses layanan-layanan tersebut karena selama ini masih ada stigma negatif ketika orang hendak berkonsultasi ke rumah sakit jiwa.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus