Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi pecinta minuman beralkohol pasti sudah tidak asing lagi dengan whisky. Namun whisky sering dianggap sama dengan wine atau beer. Padahal ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda. Agar tidak salah pilih, berikut perbedaan mendasar dari ketiga minuman ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisky
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Whisky bahan dasarnya adalah biji-bijian seperti barley, jagung, gandum, atau rye yang difermentasi hingga menghasilkan gula. Gula inilah yang kemudian diubah menjadi alkohol melalui proses distilasi yang berulang. Distilasi ini berperan penting dalam memisahkan alkohol dari komponen lainnya, dan menghasilkan cairan yang lebih murni dan berkonsentrasi tinggi.
Setelah distilasi, whisky muda ini kemudian disimpan dalam tong kayu selama bertahun-tahun. Selama proses pematangan ini, whisky berinteraksi dengan kayu tong, menyerap warna, rasa, dan aroma khasnya. Jenis kayu tong yang digunakan, seperti oak Amerika atau Eropa, sangat mempengaruhi karakteristik rasa whisky. Selain itu, waktu pematangan juga menjadi faktor penting. Semakin lama whisky disimpan dalam tong, semakin kompleks dan kaya rasa yang dihasilkan.
Berkat proses pembuatan yang rumit ini, whisky memiliki profil rasa yang sangat beragam. Mulai dari rasa manis yang berasal dari malt, rasa pedas dari rempah-rempah, hingga rasa smoky yang khas dari whisky yang dikeringkan dengan asap. Kombinasi antara jenis biji-bijian, jenis tong, dan waktu pematangan inilah yang menciptakan beragam jenis whisky dengan karakteristik rasa yang unik, mulai dari yang lembut dan halus hingga yang kuat dan kompleks.
Wine
Sementara itu, bahan utama wine adalah buah anggur, yang mengandung gula alami. Proses pembuatan wine diawali dengan fermentasi jus anggur. Ragi yang ditambahkan akan mengubah gula dalam jus anggur menjadi alkohol dan karbon dioksida. Proses fermentasi ini yang mengubah jus anggur segar menjadi minuman beralkohol yang kita kenal sebagai wine.
Setelah fermentasi selesai, wine muda kemudian dapat disimpan dalam botol atau tong untuk proses penuaan. Selama penuaan, wine akan mengalami perubahan rasa dan aroma yang kompleks. Interaksi antara wine dengan oksigen melalui sumbat atau pori-pori kayu tong akan memunculkan rasa yang lebih halus dan kompleks. Selain itu, faktor-faktor seperti tanah tempat tumbuhnya anggur, iklim, dan teknik pembuatan wine akan sangat mempengaruhi karakteristik rasa akhir dari sebuah wine.\
Beer
Dibandingkan dengan whisky dan wine, proses pembuatan beer lebih sederhana. Bahan utama bir adalah biji-bijian berpati, terutama barley yang telah dimalt. Proses malting ini melibatkan perkecambahan biji barley yang kemudian dikeringkan, sehingga melepaskan enzim yang akan mengubah pati menjadi gula selama proses pembuatan bir.
Setelah dimalt, barley digiling halus dan dicampur dengan air panas. Campuran ini disebut mash, dan proses pencampuran ini disebut mashing. Mashing bertujuan untuk melarutkan gula dari malt, sehingga ragi dapat mengubah gula tersebut menjadi alkohol dan karbon dioksida dalam proses fermentasi.
Selama proses fermentasi, ragi akan mengonsumsi gula dan menghasilkan alkohol serta karbon dioksida. Karbon dioksida yang dihasilkan akan terperangkap dalam bir, memberikan rasa segar dan berkarbonasi. Selain itu, hop, tumbuhan merambat yang memberikan rasa pahit, juga ditambahkan pada tahap pembuatan beer. Hop tidak hanya memberikan rasa pahit yang khas, tetapi juga aroma yang harum dan membantu menjaga kesegaran bir.
STILLDRAGON | GLENBERTON WHISKY | SANFRANCISCOMOMS