Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Festival Layang-layang Digelar Lagi di Bali, Perpaduan Tradisional dan Modern

Festival layang-layang internasional kembali dihelat di Bali dan akan menjembatani para pelayang tradisional dan modern.

10 Juli 2023 | 21.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bali Kite Internasional Festival kembali digelar 14-16 Juli 2023 sebagai ajang bertemunya pelayang lintas negara dengan pelayang lokal untuk berkolaborasi. Inilah festival layang-layang terbesar di Indonesia dan di 2023 memasuki usia yang ke-45.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bali Internasional Kite Festival ini sengaja dipadukan antara yang lokal dan mancanegara agar terjadi akulturasi. Namun demikian, pementasan layangan itu sendiri tidak menghilangkan nilai tradisi karena itu budaya yang mesti dipertahankan unsur tradisionalnya," kata Ketua Harian Pelangi Bali, Ida Bagus Sedhawa, Senin, 10 Juli 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesta Kesenian Bali kembali menyajikan persembahan seniman layangan dari berbagai negara, dipadukan dengan layangan lokal Bali. Sampai saat ini ada 17 seniman layang-layang dari beberapa negara yang sudah hadir di Bali, berasal dari Swedia, Jepang, Filipina, Polandia, Australia, Thailand, Singapura, Malaysia. Masih banyak seniman dari negara lain yang juga dikonfirmasi dalam perjalanan menuju Bali.

Sementara itu, ada 13 kelompok layangan dalam negeri yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara, ditambah seniman Bali, dipastikan ikut dalam festival tersebut. Pada 2022, 780 pelayang yang ikut festival tersebut dengan jumlah layang-layang mencapai 800. 

Sedhawa mengatakan perpaduan antara layangan tradisional dan lokal bukan dijadikan ajang untuk menunjukkan kelebihan tetapi lebih kepada pertukaran informasi dan perspektif. Menurutnya, para pemuda Bali perlu belajar dari seniman layangan yang sudah mengakomodasi teknologi pada festival tersebut.

"Dari sisi penggunaan teknologi, mereka perlu belajar. Tetapi, kembalinya kekhasan Bali itu pada daya tarik bermain, unsur komunalnya sangat kuat, partisipasi masyarakat yang ikut menonton merupakan sebuah dinamika yang menarik untuk disaksikan," paparnya.

Selain ajang untuk berkolaborasi dan saling belajar, festival kali ini juga mengusung tema pemulihan ekonomi. Karena itu, Bali Internasional Kite Festival bisa membangkitkan ekonomi, terutama UMKM yang ada di sekitar Pantai Padang Galak, Denpasar. Karena itu, dalam penyelenggaraan panitia Pelangi Bali bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan bekerja sama dengan UMKM yang ada di Desa Adat Kesiman, Denpasar.

Jembatan tradisional dan modern
Sementara itu, Ketua II Pelangi Bali, Kadek Dwi Armika, mengatakan Bali Internasional Kite Festival akan menjembatani para pelayang yang tradisional dan modern. "Di Bali satu layang-layang besar diarak oleh puluhan orang. Sementara pelayang modern, satu orang bisa membawa lebih dari satu layangan," katanya.

Ia berharap festival layangan itu juga bisa menjadi ajang sosialisasi bahwa layangan tidak selalu identik dengan pengganggu tetapi mesti dikembalikan kepada marwahnya bahwa layangan memiliki jiwa seperti keyakinan orang Bali.

"Layangan itu tidak hanya dimainkan oleh anak kecil di ujung seutas tali. Layangan memiliki taksu, jiwa dari layang-layang," ujar Kadek.

Manajer Komunikasi PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali, I Made Arya, menyatakan mendukung festival layangan tersebut sebagai media kampanye bagi masyarakat untuk bermain layangan secara bijaksana.

"Kami tidak punya wewenang untuk melarang. Kami mendukung Pelangi Bali berkolaborasi membuat wadah. Kami berharap masyarakat bisa bermain layangan di tempat yang aman, buat pemain dan jaringan PLN," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus