Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama pelawak dari grup Srimulat, Asmuni sangat melambung dalam dunia komedi Indonesia dengan ikon kumis tipis ala Charlie Chaplin. Namun, kini, karyanya sebagai pelawak hanya bisa dikenang. Pasalnya, pada 21 Juli 2007, ia meninggal ketika menjalankan perawatan di Rumah Sakit Rekso Waluyo, Mojokerto, Jawa Timur, sekitar pukul 13.30. Ia sudah berada di rumah sakit dan masuk dalam ruang ICU sejak 6 Juli 2007 akibat "salah" mengonsumsi obat untuk sakit gigi yang dialaminya, seperti diberitakan Antaranews.
Pemilik nama asli Toto Asmuni ini lahir pada 17 Juni 1932 di Jombang yang awalnya merupakan seorang penyanyi sebelum berkarier sebagai komedian. Karier dalam bernyanyi banyak dilakukan Asmuni bersama orkes Angkatan Bersenjata, lalu diminta untuk membimbing orkes musik Angkatan Laut (AL) di Surabaya. Kiprah Asmuni dalam dunia tarik suara telah dibuktikan dengan piringan hitam yang berjudul Sungai Barito.
Mengacu p2k.stekom.ac.id, selama membina orkes AL, Asmuni bertemu dengan Bing Slamet yang banyak memberikan ilmu komedi. Setelah lepas dari AL, ia mulai tergoda dengan dunia sehingga memutuskan bergabung dengan grup lawak Lokaria dan berhasil membuat penonton tertawa lepas berkat aksi panggungnya.
Kemudian, pada 1976, ia bertemu dengan pendiri Srimulat, Teguh yang merekrutnya berkat aksi lawaknya kala itu. Nama Asmuni semakin populer ketika dirinya memakai kumis tipis dan blangkon selama beraksi di atas panggung. Selain itu, ungkapan-ungkapan lucunya, seperti "Hil yang mustahal, musyawroh serta "jaga pola makan, pola tidur, dan ojo kakean polah (jangan kebanyakan tingkah)" juga semakin menaikkan nama Asmuni sebagai pelawak Tanah Air.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama beraksi di Srimulat Surabaya, Asmuni memutuskan hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan Srimulat Jakarta. Kariernya sebagai pelawak pun semakin bersinar, terutama pada era 80-an. Ia juga melebarkan sayapnya ke dunia akting dengan memainkan beberapa film, seperti Asmuni Jadi Boss.
Setelah itu, Srimulat sempat meredup. Namun, pada era 90-an, Srimulat kembali bangkit melalui bimbingan Agum Gumelar yang tampil dalam Aneka Ria Srimulat. Bahkan, program ini pernah tayang 24 jam tanpa berhenti saat Hari Raya Idul Fitri 1996.
Meskipun terkenal sebagai pelawak, Asmuni sebenarnya merupakan seorang yang pendiam. Salah satu anaknya mengungkapkan bahwa ia jarang sekali berbicara, kecuali jika dipancing terlebih dahulu.
Tidak hanya menjadi komedian, Asmuni juga terkenal dengan pemikiran visionernya yang terbukti dengan usahanya mendirikan rumah makan. Awalnya, ia membuka warung rujak cingur di daerah Slipi, Jakarta Barat dan cabang di Trowulan, Mojokerto.
Namun, selama perjalanannya, hanya rumah makan di Trowulan saja yang dipertahankan akibat krisis ekonomi kala itu. Perlahan demi perlahan, usaha rumah makan tersebut semakin berkembang. Meskipun sempat tergerus oleh pembangunan Jalan tol, tetapi Warung Rujak Cingur'e Asmuni ini masih bertahan dan diteruskan oleh keturunan Asmuni. Sampai sekarang, warung itu masih menyimpan kenangan masa jaya Asmuni bersama rekan-rekan srimulatnya.
Tepat pada 16 tahun lalu, Asmuni telah berpulang meninggalkan duka mendalam bagi dunia komedi Indonesia. Ikon komedi dan sikap uletnya dalam melakukan usaha yang masih dan akan selalu terkenang dari salah satu anggota Srimulat ini.
Pilihan Editor: Satire-satire Khas Guyonan Srimulat yang Tak Lekang Dimakan Zaman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini