Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sidang perkara penganiayaan oleh Supriyani, guru honorer di Konawe Selatan, akan memasuki tahap akhir dengan agenda pembacaan putusan (vonis) pada Senin, 25 November 2024. Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, Dody, mengatakan bahwa pada sidang sebelumnya, kuasa hukum terdakwa menyampaikan tanggapan secara lisan (duplik) atas replik penuntut umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pada dasarnya, penasehat hukum tetap pada pembelaan (pleidoi) yang telah disampaikan pada sidang hari ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu, 16 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sidang yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir ini menjadi perhatian publik, mengingat status terdakwa sebagai guru honorer. Tak sedikit pihak yang menyebut bahwa Supriyani menjadi korban dugaan kriminalisasi oleh aparat penegak hukum setempat.
Dalam perkara ini, JPU sebelumnya menolak pembelaan (pleidoi) yang diajukan kuasa hukum Supriyani. Menurut JPU, pembelaan tersebut tidak memenuhi syarat sebagai dokumen yang berkualifikasi pro yustisia karena mengabaikan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan.
JPU mengatakan, meskipun perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur niat jahat (mens rea), tindakan tersebut tetap merupakan pelanggaran yang tidak dapat dikesampingkan. JPU tetap berpendapat bahwa Supriyani harus dilepaskan dari segala tuntutan hukum karena perbuatannya dianggap bukan tindak pidana.
Supriyani merupakan seorang guru honorer yang dituding melakukan penganiayaan terhadap muridnya, anak dari Aipda Wibowo Hasyim. Kepala SD Negeri 4 Baito, Sanaali, menyatakan tak ada saksi yang menyatakan melihat Supriyani menganiaya muridnya tersebut. Menurut dia, Supriyani hanya pernah menegur muridnya tersebut karena kurang disiplin.
Aipda Wibowo lantas melaporkan Supriyani ke Polsek Baito hingga Supriyani ditangkap dan kini menjadi terdakwa penganiayaan.
Bupati Konawe Selatan turun tangan dengan memediasi Supriyani dengan Wibowo hingga mencapai kesepakatan damai. Namun perempuan yang telah bertahun-tahun menjadi guru honorer tersebut mengeluarkan surat yang menyatakan dia mencabut kesepakatan damai tersebut pada 6 November 2024.
“Dengan ini menyatakan mencabut tanda tangan dan persetujuan saya dalam surat kesepakatan damai yang ditandatangani di Rujab (Rumah Jabatan) Bupati Konsel pada tanggal 05 November 2024, karena saya dalam kondisi tertekan dan terpaksa dan tidak mengetahui isi dan maksud dari surat kesepakatan tersebut,” tulis Supriyani.
Pilihan Editor: Terdakwa Pungli di Rutan KPK Sebut Tahanan Tipikor Paling Berat Ditangani