Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) telah mengumumkan kematian pemimpinnya Khalid Batarfi dan menunjuk penggantinya, menurut badan intelijen yang memantau jaringan kelompok bersenjata di seluruh dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SITE Intelligence Group melaporkan pada Minggu malam, 10 Maret 2024, bahwa pernyataan AQAP tidak memberikan penyebab kematian Batarfi. Menurut kelompok itu, Saad bin Atef al-Awlaki akan mengambil alih sebagai pemimpin baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tuhan mengambil jiwanya sementara dia dengan sabar mencari pahala dan berdiri teguh, berimigrasi, ditempatkan di garnisun dan mengobarkan jihad,” SITE mengutip seorang veteran AQAP yang mengatakan tentang Batarfi dalam video berdurasi hampir 15 menit.
Klip itu menunjukkan Batarfi dibungkus kain kafan putih dan bendera hitam-putih al Qaeda.
Lahir di Arab Saudi dan diyakini berusia 40-an, Batarfi diangkat menjadi pemimpin AQAP pada awal 2020 setelah pendahulunya, Qassim al-Rimi, terbunuh oleh serangan drone Amerika Serikat dalam apa yang dikatakan Presiden Donald Trump sebagai operasi kontraterorisme di Yaman.
Batarfi adalah salah satu dari 150 anggota AQAP yang dipenjara dan dibebaskan ketika kelompok tersebut merebut kota pelabuhan Mukalla di Yaman pada 2015, tempat ia ditahan.
SITE mengatakan bahwa pemimpin baru tersebut, al-Awlaki, terakhir kali muncul dalam sebuah video yang dirilis pada Februari 2023, di mana ia mendesak para anggota suku Sunni di provinsi Abyan dan Shabwa, Yaman, untuk "menolak ajakan dari Uni Emirat Arab dan Dewan Peralihan Selatan (separatis) untuk bergabung dalam perang melawan AQAP".
AS memberikan hadiah sebesar $6 juta untuk perburuan al-Awlaki, dengan mengatakan bahwa ia "telah secara terbuka menyerukan serangan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya".
Perang Yaman pecah pada akhir 2014 ketika pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan pasukan yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, menguasai sebagian besar wilayah negara itu, termasuk ibu kota Sanaa. Perang meningkat pada Maret 2015 ketika koalisi yang dipimpin Arab Saudi-Uni Emirat Arab mengintervensi pemberontak dalam upaya untuk memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.
AQAP yang berbasis di Yaman, serta kelompok bersenjata dan pejuang lainnya, telah memanfaatkan kekacauan perang antara pasukan pro-pemerintah dan Houthi untuk memperluas jejak mereka.
Meskipun para analis mengatakan kelompok tersebut telah melemah dalam beberapa tahun terakhir, AQAP telah lama dianggap oleh AS sebagai cabang paling berbahaya dari al Qaeda yang masih beroperasi setelah pembunuhan pendirinya, Osama bin Laden.
"Meskipun mengalami penurunan, AQAP tetap menjadi kelompok teroris paling efektif di Yaman yang berniat untuk melakukan operasi di wilayah tersebut dan sekitarnya," demikian laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Al Qaeda.
AL JAZEERA