Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Ukraina GUR, Kyrylo Budanov, mengatakan bahwa produksi bom berpemandu Rusia dan pengiriman amunisi artileri dari Korea Utara meningkat. Hal ini menyebabkan pasukan Ukraina menemui kesulitan di medan perang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Budanov, bantuan militer Korea Utara ke Rusia menimbulkan kekhawatiran terbesar dibandingkan dengan dukungan yang diberikan oleh sekutu Moskow lainnya. "Mereka memasok amunisi artileri dalam jumlah besar, yang sangat penting bagi Rusia," katanya. Ia menunjuk pada peningkatan permusuhan di medan perang menyusul pengiriman tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ukraina dan Amerika Serikat mengatakan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina dengan memasok rudal dan amunisi. Imbalannnya adalah Rusia membantu ekonomi dan militer lainnya Korea Utara.
"Peningkatan produksi bom berpemandu Rusia juga menghadirkan masalah besar bagi garis depan," kata Budanov pada konferensi Strategi Eropa Yalta yang diselenggarakan oleh Yayasan Victor Pinchuk di Kyiv.
Pasukan Ukraina semakin menipis setelah lebih dari 30 bulan melakukan invasi besar-besaran, berupaya untuk mencegah laju Rusia menuju kota-kota penting di bagian timur negara itu. Pasukan Ukraina juga telah menyerbu ke wilayah Rusia bagian barat, Kursk.
Menurut Budanov, naiknya produksi rudal jenis Iskander telah mengakibatkan penggunaan besar-besaran senjata oleh Rusia untuk menyerang Ukraina. Serangan tahun ini terhadap infrastruktur penting Ukraina telah menyebabkan kerusakan signifikan pada jaringan listrik negara itu, yang mengakibatkan pemadaman listrik. Presiden Volodymyr Zelenskiy telah memperbarui permohonan dukungan pertahanan udara dari sekutu Ukraina.
Budanov mengatakan perencanaan internal Rusia menunjukkan bahwa Moskow akan menghadapi krisis perekrutan pada pertengahan tahun depan. "Selama periode ini (musim panas 2025) mereka akan menghadapi dilema yaitu mendeklarasikan mobilisasi atau mengurangi intensitas permusuhan, yang pada akhirnya mungkin penting bagi mereka," kata Budanov.
REUTERS
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Negara Muslim dan Eropa Bertemu di Spanyol Bahas Palestina