Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Israel Serbu Masjid Al-Aqsa di Malam Ramadan

Polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa di malam Ramadan. Dikecam Liga Arab dan Amnesty International.

9 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa di malam Ramadan.

  • Liga Arab dan Amnesty International mengecam serangan Israel ini.

  • Amerika Serikat meneken kontrak rahasia dengan perusahaan pemilik Pegasus.

Israel

Polisi Serbu Masjid Al-Aqsa

LIGA Arab menggelar rapat darurat untuk membahas serangan brutal polisi Israel ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada Rabu malam, 5 April lalu. Organisasi negara-negara Arab itu mengecam serangan tersebut. "Pendekatan ekstremis yang mengendalikan kebijakan pemerintah Israel akan mengarah pada penyebaran konfrontasi dengan orang Palestina jika mereka tidak mengakhirinya,” kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polisi Israel menyerbu masjid yang sedang digunakan warga muslim Palestina untuk beribadah pada Ramadan tersebut dari malam hingga pagi. Sedikitnya 400 warga Palestina ditahan dan 12 lainnya mengalami cedera dalam serangan menggunakan granat dan gas air mata itu. Polisi memukuli dan memaksa mereka keluar dari kompleks masjid. Polisi mencegah warga Palestina beribadah, tapi mengizinkan orang Israel menggunakannya dengan perlindungan polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami beriktikaf di Al-Aqsa karena ini Ramadan,” tutur Bakr Owais, mahasiswa Palestina yang ditahan polisi Israel, kepada Al Jazeera. “Tentara memecahkan kaca masjid dan mulai melempar granat tangan kepada kami.... Mereka memaksa kami tiarap dan memborgol tangan kami satu per satu dan membawa kami semua keluar. Mereka terus-menerus menyumpahi kami. Itu sangat barbar.”

Kepolisian Israel menyatakan mereka terpaksa masuk setelah “agitator bertopeng” mengunci diri di dalam masjid dengan senjata kembang api, tongkat, dan batu. “Ketika polisi masuk, batu dan kembang api dilempar dari dalam masjid oleh sekelompok besar agitator,” demikian pernyataan kepolisian. Mereka menyatakan seorang polisi terluka di kaki.

“Serangan tertata ini hanya menunjukkan seberapa jauh yang akan otoritas Israel lakukan untuk mempertahankan sistem apartheid kejam mereka,” ujar Heba Morayef, Direktur Regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Menurut Amnesty, pasukan Israel rutin menyerang Al-Aqsa selama Ramadan. Serangan pada 2021 melukai sedikitnya 170 warga Palestina dan memicu unjuk rasa di mana-mana.



Amerika Serikat

Pemerintah Teken Kontrak Rahasia Pegasus

PADA Ahad, 2 April lalu, New York Times melaporkan pemerintah Amerika Serikat telah menekan kontrak rahasia dengan NSO Group, perusahaan Israel pemilik perangkat lunak mata-mata Pegasus yang kontroversial, pada 8 November 2021. Laporan ini keluar sepekan setelah Presiden Amerika Joe Biden menerbitkan keputusan presiden untuk membatasi penggunaan perangkat lunak mata-mata komersial semacam itu.

Perusahaan Israel NSO Group terlihat mengikuti ISDEF 2019 pameran pertahanan dan keamanan dalam negeri internasional, di Tel Aviv, Israel, Juni 2019. REUTERS/Keren Manor

Menurut media Amerika itu, kontrak dijalin NSO dengan Cleopatra Holdings, yang pada kenyataannya adalah kontraktor pemerintah Riva Networks, agar NSO menyediakan alat geolokasi yang dapat melacak telepon seluler orang secara diam-diam tanpa diketahui atau disetujui pemiliknya. Kontrak itu secara eksplisit menyatakan pemerintah Amerika akan menjadi penggunanya dan berhak “menguji, mengevaluasi, dan bahkan menerapkan alat mata-mata itu terhadap sasaran-sasaran pilihannya di Meksiko”.

Hanya lima hari sebelum kontrak ditandatangani, pemerintah Biden memasukkan NSO ke daftar hitam. Pemerintah menuduh NSO menyediakan alat mata-mata bagi pemerintahan otoritarian yang memanfaatkannya untuk mengawasi jurnalis dan aktivis.

Hasil penelitian dan investigasi sejumlah media pada Juli 2021 menunjukkan Pegasus telah dipakai untuk menyasar lebih dari 1.000 orang di 50 negara. Amerika telah menerapkan pembatasan ekspor bagi NSO yang memperketat akses perusahaan itu terhadap komponen dan teknologi Amerika.

Biro Penyelidik Federal Amerika (FBI) pada tahun lalu membenarkan kabar bahwa mereka telah membeli Pegasus “hanya untuk pengujian dan evaluasi produk”. Pada Senin, 3 April lalu, menurut The Times of Israel, pejabat Gedung Putih mengaku yakin 50 alat telah digunakan pegawai pemerintah Amerika di 10 negara.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus