Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Joe Biden khawatir kampanye vaksinasi akan terganjal kelompok anti-vaksin. Oleh karenanya, ia mulai mendekati perusahaan-perusahaan media sosial untuk membahas hal tersebut. Kepala Staf Kepresidenan Ron Klain pun dikabarkan sudah menemui Facebook dan Google untuk membahas hal tersebut.
"Disinformasi yang membuat orang ragu untuk divaksin adalah tantangan terbesar kampanye vaksinasi COVID-19. Tidak ada pemain yang lebih besar dibanding pemilik media sosial dalam hal ini," ujar pejabat pemerintah yang mengetahui upaya terkait, Jumat, 19 Februari 2021.
Pejabat tersebut menjelaskan, apa yang diinginkan administrasi Joe Biden pada dasarnya adalah mencegah konten anti-vaksin trending. Sebab, jika sampai isu tersebut trending, ia khawatir perkembangannya tidak akan terkendali.
Salah satu contoh yang dipakai Joe Biden, menurut sumber itu, adalah protes anti-vaksin di Stadion Dodger, Los Angeles, awal Februari lalu. Ia mengatakan, Joe Biden tidak ingin sampai event serupa terjadi lagi dan viral kemudian hari.
Event tersebut diorganisir lewat sebuah laman di Facebook yang membagikan klaim sesat soal pandemi COVID-19, masker, dan imunisasi. Gawatnya, event itu sukses, berhasil menutup akses publik ke stadion yang menjadi lokasi vaksinasi COVID-19 terbesar di Amerika.
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang rencana pemerintahannya untuk memperkuat manufaktur Amerika selama penampilan singkat di South Court Auditorium di Gedung Putih di Washington, AS, 25 Januari 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]
Berberapa tahun terakhir, jumlah anti-vaksin di Amerika memang meningkat. Menurut survei dari Center for Countering Digital Health pada 2020, akun media sosial yang dimiliki kelompok anti-vaksin berhasil meningkatkan pengikutnya hingga 7,8 juta sejak 2019. Hal itu tak ayal bikin Joe Biden was-was.
"Untungnya perusahaan-perusahaan media sangat responsif dan langsung membalas Gedung Putih. Namun, butuh waktu untuk melihat apakah kerjasama itu berhasil menekan misinformasi," ujar sumber itu.
Hingga berita ini ditulis, Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun, Facebook dan Twitter mengkonfirmasi mereka sudah membalas ajakan administrasi Joe Biden.
Juru bicara Facebook berkata, perusahaannya sudah mendekati Gedung Putih untuk membahas bantuan apa saja yang bisa mereka berikan. Baru-baru ini, Facebook menerapkan kebijakan hapus akun dan konten yang berkaitan dengan misinformasi COVID-19.
Hal senada disampaikan oleh Twitter. Lewat juru bicaranya, mereka mengatakan pihaknya terus berkomunikasi dengan administrasi Joe Biden untuk membahas isu-isu penting seperti misinformasi COVID-19.
Baca juga: Pasca Investigasi WHO, Cina Kembali Majukan Teori COVID-19 Berasal dari Amerika
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini