Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam jumpa pers pada Rabu waktu setempat menegaskan bahwa Ukraina akan menerima bantuan peralatan militer berat seperti tank dan howitzer, tetapi bukan dari militer Jerman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini diungkapkan Scholz setelah menuai kritik dari oposisi, Ukraina hingga dari dalam pemerintahan koalisinya sendiri, kemitraan antara Sosial Demokrat (SPD), partai Hijau dan FDP liberal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Scholz menjelaskan bahwa, meski negara-negara sekutu dapat memilih untuk memasok senjata berat untuk membantu Ukraina, "Namun, NATO tidak bisa dan tidak akan terlibat langsung dalam perang."
Jenderal Angkatan Darat Markus Laubenthal mengamini hal ini dengan mengatakan Bundeswehr (militer Jerman) sama sekali tidak dalam posisi untuk mengirim senjata yang diinginkan Ukraina. “Ini akan sangat melemahkan kemampuan pertahanan (Jerman sendiri)".
Pernyataan ini dilakukan setelah Duta Besar Ukraina untuk Jerman Melnyk Andrij mengungkapkan kekecewaan pada Selasa malam melalui Twitter bahwa permintaan peralatan militer berat yang diajukan kepada Jerman tidak dikabulkan.
"Tidak ada senjata berat sama sekali dalam daftar baru yang dikeluarkan oleh pemerintah Jerman".Dia menambahkan: "Senjata yang kita butuhkan tidak ada dalam daftar ini sama sekali."
Sebelumnya, Jerman memberikan daftar bantuan peralatan militer setebal 48 halaman kepada Ukraina. Jerman sempat menawarkan Ukraina peralatan militer berat seperti IFV Marder, Boxer APC, tank Leopard-2 dan howitzer self-propelled (Panzerhaubitze 2000) oleh perusahaan industri pertahanan Jerman.
Namun, Jerman kemudian menganulir sejumlah peralatan militer berat dan memangkas daftar bantuan militer untuk Ukraina menjadi 24 halaman.
Keputusan ini menuai kritik dari politikus Jerman dan Ukraina. "Reputasi Jerman sedang rusak" dan "waktu yang berharga sedang hilang", kata pemimpin oposisi Friedrich Merz kepada televisi WDR.
Scholz juga menghadapi kritik dari dalam pemerintahan koalisinya sendiri, kemitraan antara Sosial Demokrat (SPD), partai Hijau dan FDP liberal.
Anton Hofreiter dari Partai Hijau menuduhnya gagal "untuk menunjukkan kepemimpinan yang cukup.” Sementara Marie-Agnes Strack-Zimmermann dari FDP memintanya untuk akhirnya "mengambil tongkat di tangannya dan mengatur ritme".
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, beberapa anggota SPD pimpinan Scholz mendapat kecaman atas hubungan dekat bersejarah partai dengan Moskow, termasuk Presiden Frank-Walter Steinmeier dan mantan kanselir Gerhard Schroeder.
SUMBER: FRANCE24