Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah nama pelaku pengeboman di acara Maraton Boston diumumkan, Duta Besar Republik Cek di Amerika Serikat buru-buru mengeluarkan pernyataan sedikit lucu: Republik Cek tidak sama dengan Chechnya. Klarifikasi itu sesungguhnya serius karena memang banyak penduduk Amerika tak mengenal Chechnya. Menurut sebuah survei yang dikutip di Theonion.com, sembilan dari sepuluh warga Abang Sam nyaris tak tahu-menahu soal Chechnya, termasuk fakta dasar tentang apa dan di mana Chechnya.
Kemunculan nama dua bersaudara Tsarnaev asal Chechnya, Tamerlan, 26 tahun, dan Dzhokhar, 19 tahun, sebagai tersangka membuat jarak antara Boston—mungkin keseluruhan Amerika—dan Chechnya mendadak dekat. Berbagai media massa membuat liputan tentang negeri yang warganya—etnis Chechen—dibenci pemerintahan Stalin itu. Kisah tentang sebagian besar penduduk Chechnya yang selama Perang Dunia II diusir ke Asia Tengah dari kampung halaman mereka—di antara Laut Kaspia dan Laut Hitam di selatan Rusia—dikabarkan di media Amerika. Sejarah kelam Chechnya tentang pemerintah Rusia yang dituduh melakukan pembasmian etnis terhadap Chechen selama perang pada 1990-an dan awal 2000 juga menjadi cerita yang "populer" di Amerika.
Chechnya tak banyak bergaung di Amerika sebelum bom Boston, karena tanah Abang Sam memang bukanlah destinasi favorit pelarian sekitar 350 ribu penduduk Chechnya yang terusir dari negerinya selama perang. Alasannya teknis saja: perjalanan ke Amerika dari Chechnya terlalu jauh dan mahal. Juga tidak banyak orang sekampung halaman yang tinggal di Amerika yang bisa membantu sesama Chechen untuk menetap. Mereka lebih banyak mencari suaka dan tinggal di Eropa. Menurut data 2009, diperkirakan sekitar 130 ribu orang Chechen mendapat suaka di negara-negara Eropa.
Alasan lain tentang minimnya pengungsi Chechnya di Amerika, menurut Kathleen Newland, direktur program bidang pengungsi di Institut Program Migrasi, adalah Chechnya tidak pernah menjadi perhatian utama Amerika. Setiap tahun Amerika memberi tempat tinggal bagi 50 ribu pengungsi dari berbagai negara bergolak—yang hidup penduduknya terancam. Sebagian besar jatah dialokasikan ke pelarian dari Myanmar, Bhutan, Irak, serta beberapa negara lain di Timur Tengah dan Asia Selatan. Apalagi, sejak tragedi 11 September, pengungsi yang datang dari tempat-tempat yang ditinggali kelompok Islam ekstremis, termasuk Chechnya, sangat sulit masuk ke Amerika. Maka makin kecil kemungkinan orang Chechen tinggal di Amerika.
Keluarga Tsarnaev merupakan satu dari tak banyak keluarga Chechnya di Boston. Memang tidak ada data resmi jumlah orang Chechen yang bermigrasi ke Amerika, tapi mayoritas datang antara 2000 dan 2002. Menurut Presiden Jamestown Foundation, Glen Howard, kawasan Boston menjadi tempat tinggal terbesar komunitas Chechen dibanding kota lain di Amerika.
Dari catatan lembaga swadaya masyarakat yang bermarkas di Washington yang sangat kritis terhadap kebijakan Kremlin soal Chechnya itu, sekitar 40 orang Chechen tinggal di Boston. Jumlah itu sebagian dari sekitar 200 orang Chechen yang tersebar di seluruh Amerika, termasuk di Negara Bagian Michigan, California, dan Oregon. Di New York, misalnya, seorang pengungsi dari Chechnya yang mencoba melacak saudara-saudara sekampung halamannya akhirnya hanya berhasil mengumpulkan 81 orang. "Kota lain banyak yang menolak para pencari suaka asal Kaukasus Utara, Rusia," kata Howard.
Magomed Imakaev, 27 tahun, misalnya, tinggal di pinggiran Boston bersama ibu, istri, dan empat anaknya, di sebuah rumah bertingkat dua di kompleks yang dibangun pemerintah. Ia mengenal sedikitnya enam keluarga Chechen di area Boston. "Semuanya kurang dari 50 orang," ujarnya.
Imakaev bekerja sebagai tukang batu serabutan sembari belajar mengemudi untuk memperoleh surat izin mengemudi angkutan komersial. Komunitas Chechen, kata dia, biasa berbaur dengan warga Rusia lain di Boston untuk bermain sepak bola. Dua bulan sebelumnya, Imakaev bahkan bermain bola dengan Tamerlan Tsarnaev.
Boston juga menjadi rumah bagi orang-orang Chechnya terkemuka yang mendapat suaka politik, seperti Ilyas Akhmadov, yang bertindak sebagai menteri luar negeri di pengasingan. Akhmadov mengungsi dari Chechnya pada 1999, setelah konflik kedua meletus di Chechnya, yang membuat negara itu kembali ke pelukan Rusia. Ia bersama para pemimpin pemberontak lain memproklamasikan diri sebagai pemerintah di pengasingan.
Akhmadov pergi ke Boston menyusul beberapa temannya yang tinggal di sana, termasuk ahli bedah Khassan Baiev—dokter yang merawat orang-orang terluka, baik warga Chechnya maupun tentara Rusia, selama konflik di tanah airnya. Teman Baiev, pahlawan Chechnya Samir Basayev, terbunuh pada 2006.
Awalnya, permintaan suaka politik Akhmadov diragukan para pejabat Washington, yang curiga mengenai kemungkinan hubungannya dengan jaringan teroris. Dia kemudian mendapat dukungan dari para anggota Kongres dan orang-orang terkenal, termasuk bekas Menteri Luar Negeri Amerika Madeleine Albright, hingga mendapat suaka pada 2004. Keputusan ini menuai kritik, antara lain dari Presiden Rusia kala itu, Vladimir Putin, yang menuding Amerika memberi suaka kepada perwakilan teroris.
Komunitas Chechen di Amerika kini berada di bawah lampu sorot. Ahli bedah Baiev mengatakan tindakan duet bomber BosÂton itu menjadi bayang-bayang hitam bagi Chechnya dan etnis Chechen. Sedangkan Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov menolak opini menghubungkan negaranya dengan keluarga Tsarnaev. "Mereka dibesarkan di Amerika. Pandangan dan keyakinan mereka terbentuk di sana," katanya seperti dikutip Voice of America.
Aksi nekat kakak-adik itu pun mengusik komunitas Chechen di Amerika. "Mereka menaruh rasa malu pada seluruh etnis Chechnya," ujar Ruslan Tsarni, paman kedua tersangka. "Saya menghormati negeri ini, saya mencintai negara ini," kata pengacara itu.
Toh, semua orang tidak mampu menjawab misteri tindakan Tsarnaev bersaudara. Sebab, mereka memang datang dari keluarga biasa yang sudah lebih dari satu dasawarsa tinggal di tanah Amerika. Anzor Tsarnaev, ayah Tamerlan dan Dzhokhar, terkenal sebagai montir mobil yang andal di Boston. Ia mampu menggarap transmisi mobil pada cuaca dingin bersalju.
Dari Dagestan, sebuah republik Islam tradisional yang berbatasan dengan Chechnya, kepala sekolah Temirmagomed Davudov mengatakan keluarga Tsarnaev datang ke Dagestan pada 2001 dari Republik Kirgistan di Asia Tengah. Keluarga itu meninggalkan Kaukasus pada 2002, ketika Chechnya berada di tengah perang. Mereka boyongan ke Turki, kemudian ke Amerika.
Anzor sebenarnya ingin mengajak empat anaknya pulang ke Chechnya dan tinggal di pinggiran Grozny agar bisa tumbuh dan bersekolah dengan benar, sebelum kelak kembali kuliah di Amerika. Sang ayah bertutur kepada Boston Globe, "Kalau mereka selesai sekolah, saya bisa melepaskan mereka di gurun pasir dan mereka bisa bertahan. Mereka akan mengenal diri mereka, dan bisa bekerja sepanjang hidup."
BB, Harun Mahbub (AFP, BBC, FoxNews, Foreignnews, RIA Novosti, VoA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo