Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Dua Wajah Dzhokhar

28 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika Dzhokhar Tsarnaev benar-benar bertanggung jawab atas ledakan bom dalam Maraton Boston pada Senin dua pekan lalu, ia berhasil menampilkan dua wajah. Satu sisi sebagai remaja yang disukai koleganya, wajah yang lain menjadi penebar horor.

Menurut teman-temannya di Universitas Massachusetts di Kota Dartmouth, selama dua tahun terakhir pemuda 19 tahun itu dikenal sebagai penggemar pesta, kerap mengisap ganja, dan menyukai sepak bola. Mahasiswa jurusan teknik ini juga tak suka membahas masalah kuliah. Hanya satu tema yang sangat disukai saat berbincang dengan teman-temannya: wanita.

Di kamar asrama mahasiswa, ia memasang dua poster: Einstein dan 12 gadis berbikini. "Dia sering menilai cewek mana yang bokongnya paling seksi," kata Mary Pariseau, sahabat Dzhokhar yang tinggal satu lantai di asrama.

Lahir di Kirgistan dari keluarga etnis Chechen, Dzhokhar bersama keluarganya bermigrasi ke Amerika Serikat satu dekade lalu. Keluarganya bermukim di Cambridge, Massachusetts. Setelah menginjak remaja, pemuda ini masuk sekolah menengah atas di Rindge and Latin, salah satu sekolah favorit di kota itu. Dua alumnus sekolah tersebut yang kini kondang adalah aktor sekaligus sineas Matt Damon dan Ben Affleck.

Saat duduk di bangku sekolah menengah, Dzhokhar menekuni hobi olahraga. Pemuda yang lahir pada 22 Juli itu sempat menjadi kapten tim gulat sekolah dan berkompetisi di kelas 63 kilogram. Namun ia jarang menyinggung ihwal kampung halamannya.

Gaya santai dan humoris Dzhokhar tampak dalam cuitan di Twitter. Salah satunya mengomentari kegiatan di kampus. "Aku tak suka meja kuliah. Soalnya terlalu kecil untuk tidur," tulisnya suatu saat.

Pariseau menuding pengaruh sang kakak, Tamerlan, sebagai pemicu kelakuan keji Dzhokhar. "Dia remaja normal. Dia bukan seperti itu."

Tudingan itu diiyakan bekas ipar keduanya, Elmirza Khozhugov, 26 tahun. Bekas suami Ailina (saudara perempuan Dzhokhar dan Tamerlan) itu menegaskan bahwa Tamerlan adalah idola adik-adiknya. "Dzhokhar sangat menyayanginya. Dia akan melakukan apa pun yang diminta Tamerlan," tutur Khozhugov.

Sementara Dzhokhar dikenal ceria, Tamerlan sebaliknya. Pria 26 tahun itu dikenal agresif dan pemarah. Seperti dilansir CNN, pada 28 Juli 2009 kekasih Tamerlan menelepon 911 dan melaporkan dirinya dipukul. Dalam laporan polisi Cambridge, Angela Pereira, Tamerlan mengaku menampar kekasihnya itu.

Akibat insiden ini, Tamerlan gagal menjadi warga negara Amerika Serikat dan hanya berhak memegang kartu hijau. Adapun Dzhokhar resmi menjadi warga negara Abang Sam pada 11 September 2012.

Namun kelekatan Tamerlan pada agama baru terjadi pada 2008. Zubeidat Tsarnaeva, ibu kedua terdakwa, mengatakan kepada ABC News bahwa saat itu ia mulai khawatir terhadap kegemaran Tamerlan minum alkohol, merokok, dan main perempuan.

Ia lalu meminta putra sulungnya mulai menekuni Islam. Kunjungan rutin Tamerlan ke masjid terdekat mengantarnya berkenalan dengan Misha, mualaf asal Armenia. Pertemuan itu berhasil mengubah Tamerlan menjadi lebih puritan. "Misha sangat berarti bagi Tamerlan. Bahkan dia lebih patuh terhadap Misha dibanding ayahnya," tutur Khozhugov.

Khozhugov mengenang suatu saat Misha berkunjung ke kediaman keluarga Tsarnaev. Ia berbicara berjam-jam dengan Tamerlan di dapur. Perbincangan berlangsung hingga sang ayah, Anzor, pulang kerja. Zubeidat, ujar Khozhugov, meminta Anzor tak khawatir. "Misha mengajarkan hal baik."

Besarnya pengaruh Misha membuat Tamerlan menghentikan berbagai hal yang ia sukai, seperti tinju dan musik—dia pernah berambisi masuk tim tinju Olimpiade untuk Amerika Serikat. Tamerlan juga memutuskan menikah pada 2010 dengan Katherine Russel dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun.

Sita Planasari Aquadini (AP, Boston Herald, ABC News, CNN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus