Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang tentara Israel, Moche Avichzer, yang ditahan saat berlibur di Marrakesh akan diadili oleh pengadilan Maroko karena melakukan kejahatan perang di Gaza, setelah protes yang meluas dan tuntutan hukum nasional yang besar, The New Arab melaporkan pekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pengadilan Banding di Rabat setuju untuk meninjau gugatan tersebut setelah melakukan beberapa upaya, mengklasifikasikannya ke dalam kejahatan terkait terorisme,” kata pengacara Maroko Najia El-Hadjaji, salah satu dari tujuh pengacara di balik gugatan tersebut, lapor outlet tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Moche Avichzer, tentara Israel, telah berbagi postingan dari liburannya di Maroko di Instagram tak lama setelah memposting foto di tengah reruntuhan saat bertugas di Gaza, tempat dia ditempatkan selama tiga bulan, kata The New Arab.
Pada akhir Juli, ratusan orang melakukan protes menuntut agar Avichzer diadili sebagai penjahat perang, lapor outlet tersebut.
“Tindakan [nya] dianggap teroris berdasarkan hukum internasional dan Maroko,” demikian isi gugatan terhadap tentara tersebut.
Moche Avichzer dituduh terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia selama kampanye militer Israel di Gaza, di mana lebih dari 41.500 warga Palestina terbunuh dan 11.000 orang hilang.
Maroko menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020 dan persidangan tersebut dapat memperburuk hubungan, termasuk kesepakatan militer, para analis memperingatkan.
Kelompok hak asasi manusia telah lama menyerukan aktor internasional untuk meminta pertanggungjawaban personel militer Israel atas dugaan kejahatan perang, dan tindakan Maroko dapat menjadi preseden untuk tindakan hukum tersebut.
Tindakan Genosida
Gugatan tersebut berargumen bahwa keterlibatan Avichzer dalam perang Gaza termasuk tindakan genosida, pembersihan etnis, dan kejahatan perang lainnya, yang diduga ia banggakan di media sosial.
Postingan Instagram-nya awalnya menampilkan foto dirinya mengenakan perlengkapan militer di Gaza, namun kemudian dihapus karena menimbulkan kegaduhan publik.
Front Maroko Melawan Normalisasi, sebuah organisasi lokal yang menyerukan penangkapan dan persidangan atas kejahatan perang, sejak itu melakukan unjuk rasa untuk penangkapan dan persidangannya.
Demonstrasi terjadi di Marrakesh pada akhir Juli, dengan pengunjuk rasa menuntut penuntutannya dan diakhirinya perjanjian normalisasi Maroko dengan Israel, yang ditandatangani pada 2020.
Seruan untuk Akhiri Hubungan dengan Israel
Protes mingguan terus berlanjut di seluruh Maroko, dengan ribuan orang menyerukan penghentian hubungan dengan Israel. Gugatan terhadap Avichzer mengutip hukum Maroko dan internasional yang mendefinisikan tindakannya sebagai tindakan teroris.
Berdasarkan Undang-Undang Anti-Terorisme Maroko, penuntutan mengupayakan penangkapan Avichzer berdasarkan ketentuan yang memungkinkan penuntutan orang asing atas kejahatan yang dilakukan di luar negeri.
Kasus ini juga mencakup bukti dari media sosial dan laporan dari Observatorium Maroko untuk Anti-Normalisasi, yang mendokumentasikan kunjungannya dan kontroversi yang ditimbulkannya.
Pengacara yang menangani kasus ini masih belum yakin dengan hasilnya namun berkomitmen untuk mengejar keadilan, dengan menyatakan bahwa waktu akan menentukan apakah permintaan penuntutan mereka diterima.
AL JAZEERA | TRT WORLD | THE NEW ARAB