Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri baru Inggris Keir Starmer, Jumat, 5 Juli 2024, berjanji untuk menggunakan mayoritas besarnya dalam pemilu untuk membangun kembali negaranya. Ia ingin menghilangkan panasnya politik setelah bertahun-tahun penuh gejolak dan perselisihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdiri di luar kantor dan kediaman barunya di Jalan Downing Nomor 10, Starmer mengakui besarnya tantangan yang dihadapi setelah kemenangan telak partainya dalam pemilihan parlemen mengakhiri 14 tahun pemerintahan Konservatif yang penuh gejolak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memperingatkan bahwa perbaikan apa pun akan membutuhkan waktu, dan pertama-tama dia perlu membangun kembali kepercayaan terhadap politik.
“Kurangnya kepercayaan ini hanya bisa disembuhkan dengan tindakan, bukan kata-kata. Saya tahu itu,” ujarnya.
"Anda memilih Partai Buruh atau tidak, pada kenyataannya, terutama jika Anda tidak memilihnya, saya katakan secara langsung kepada Anda - Pemerintahan saya akan melayani Anda. Politik dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan. Kami akan menunjukkan hal itu."
Starmer disambut dengan sorak-sorai yang meriah dan meluangkan waktu sebelum menyampaikan pidatonya untuk berjabat tangan dan memeluk para pembantu dan simpatisan yang berjajar di Downing Street - pemandangan yang mengingatkan pada kedatangan pendahulu Partai Buruh Tony Blair di pemerintahan pada 1997.
Sambil berdiri di belakang mimbar, dia mengatakan dia memahami bahwa banyak warga Inggris yang kecewa dengan politik setelah bertahun-tahun skandal dan kekacauan di bawah Partai Konservatif, yang ditolak mentah-mentah dalam pemilu Kamis, dan menderita kekalahan bersejarah.
Starmer mengatakan penolakan tersebut menandakan bahwa Inggris siap untuk melakukan perubahan: "Karena betapa pun dahsyatnya badai dalam sejarah, salah satu kekuatan besar bangsa ini adalah kemampuan kita untuk menavigasi ke perairan yang lebih tenang."
Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah memenangkan mayoritas besar di parlemen dengan 650 kursi, yang mendorong pengunduran diri Rishi Sunak pada Jumat pagi, sebelum Starmer pergi menemui Raja Charles dan secara resmi diangkat menjadi perdana menteri.
Starmer berjanji akan berjuang setiap hari untuk membangun kembali kepercayaan. Ia mengatakan bahwa Inggris akan memiliki “pemerintahan yang tidak terbebani oleh doktrin”, menggarisbawahi sesuatu yang telah dia ulangi selama kampanye – bahwa dia akan mengutamakan negara, partai kedua.
"Untuk menentang, secara diam-diam, mereka yang telah mengabaikan negara kami. Anda telah memberi kami mandat yang jelas, dan kami akan menggunakannya untuk mewujudkan perubahan."
Mengubah Politik Inggris
Hasil pemilu telah mengubah politik Inggris. Partai Buruh memenangkan lebih dari 410 kursi, meningkat 211 kursi, sementara Partai Konservatif, partai paling sukses di dunia barat, kehilangan 250 anggota parlemen, termasuk sejumlah menteri senior dan mantan Perdana Menteri Liz Truss.
Partai Konservatif yang dipimpin Sunak mengalami kinerja terburuk dalam sejarah panjang partai tersebut karena para pemilih menghukum mereka karena krisis biaya hidup, kegagalan layanan publik, dan serangkaian skandal.
“Kepada negara saya ingin menyampaikan permintaan maaf pertama dan terutama,” kata Sunak di luar Downing Street, seraya menambahkan bahwa dia akan tetap menjadi pemimpin Konservatif sampai partai tersebut siap menunjuk penggantinya.
"Saya telah memberikan segalanya untuk pekerjaan ini, namun Anda telah mengirimkan sinyal yang jelas bahwa pemerintah Inggris harus berubah, dan penilaian Anda adalah satu-satunya penilaian yang penting. Saya telah mendengar kemarahan Anda, kekecewaan Anda dan saya bertanggung jawab atas kehilangan ini."
Meskipun Starmer meraih kemenangan meyakinkan, jajak pendapat menunjukkan hanya ada sedikit antusiasme terhadap Starmer atau partainya. Berkat keunikan sistem first-past-the-post dalam pemilu Inggris dan jumlah pemilih yang rendah, kemenangan Partai Buruh dicapai dengan jumlah suara yang lebih sedikit dibandingkan yang diperoleh pada 2017 dan 2019 – yang terakhir ini merupakan hasil terburuk dalam hal perolehan kursi selama 84 tahun.
Poundsterling, saham-saham Inggris, dan obligasi pemerintah naik tipis pada Jumat, namun Starmer berkuasa pada saat negara tersebut menghadapi serangkaian tantangan yang berat.
Beban pajak di Inggris akan mencapai titik tertinggi sejak Perang Dunia Kedua, utang bersih hampir setara dengan output ekonomi tahunan, standar hidup menurun, dan layanan publik menurun, terutama Layanan Kesehatan Nasional yang sangat disegani yang dilanda pemogokan.
Beberapa rencana Partai Buruh yang lebih ambisius, seperti janji utama belanja ramah lingkungan, telah dikurangi, sementara Starmer berjanji tidak akan menaikkan pajak bagi “pekerja”.
Ia juga berjanji untuk membatalkan kebijakan Partai Konservatif yang mengirim pencari suaka ke Rwanda. Namun mengingat migrasi merupakan isu utama pemilu, ia sendiri akan berada di bawah tekanan untuk menemukan cara menghentikan puluhan ribu orang yang datang melintasi Selat dari Prancis dengan perahu-perahu kecil.
“Saya tidak berjanji ini akan mudah,” kata Starmer sebelumnya pada rapat umum kemenangan. "Mengubah suatu negara tidak seperti menekan tombol. Ini membutuhkan kerja keras. Sabar, bertekad, bekerja, dan kita harus segera bergerak."
REUTERS
Pilihan Editor: Rishi Sunak Kalah Pemilu, Resmi Menyatakan Mundur