Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - China mulai bergerak membalas pembatasan yang diberlakukan sejumlah negara terhadap warganya karena dikhawatirkan membawa virus corona setelah Beijing tidak memperbarui data kasus harian Covid-19 mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beijing bahkan menuding kewajiban tes Covid-19 terhadap turis China sebagai diskriminatif dan upaya bermotif politik untuk menodai "kesuksesan" mereka dalam menangani pandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
China juga mengatakan, setiap mutasi di masa depan cenderung lebih menular tetapi menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.
Persyaratan pengujian yang diperkenalkan oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Inggris, Prancis, dan lainnya sebagai tanggapan terhadap wabah Covid di China.
Pasar keuangan melihat pembatasan baru terhadaop turis China hanya sebagai ketidaknyamanan, sehingga yuan tetap berhasil mencapai level tertingginya dalam hampir lima bulan pada hari Selasa, 10 Januari 2023.
Pemilik toko Korea Selatan dan Jepang, operator bus wisata Thailand, dan grup K-pop termasuk di antara mereka yang tergius atas prospek lebih banyak turis China.
Meskipun Beijing juga menuntut hasil tes Covid negatif dari pendatang yang mendarat di China, para pejabat mengancam pembalasan terhadap negara-negara yang mewajibkan tes untuk pengunjung dari China.
Kedutaan Besar China di Korea Selatan mengatakan pada hari Selasa akan berhenti mengeluarkan visa jangka pendek untuk warga negara Korea.
Media pemerintah China juga mengecam Barat dan juga Pfizer atas harga Paxlovid untuk pengobatan Covid-nya.
"Bukan rahasia lagi bahwa pasukan modal AS telah mengumpulkan cukup banyak uang dari dunia melalui penjualan vaksin dan obat-obatan, dan pemerintah AS telah berkoordinasi selama ini," kata tabloid Global Times dalam tajuk rencana.
Chief Executive Pfizer Albert Bourla mengatakan pada hari Senin bahwa perusahaan sedang berdiskusi dengan otoritas China tentang harga untuk Paxlovid, tetapi tidak melisensikan versi generik di China.
Perubahan mendadak dalam kebijakan Covid telah membuat sistem kesehatan China tidak siap, dengan banyak rumah sakit yang tidak memiliki perlengkapan memadai untuk menangani pasien dalam kondisi kritis dan kota-kota kecil berebut untuk mendapatkan pasokan obat antidemam dasar.
Yu Weishi, ketua Youcare Pharmaceutical Group, mengatakan kepada Reuters perusahaannya meningkatkan produksi obat antidemam lima kali lipat menjadi satu juta kotak sehari dalam sebulan terakhir.
Wang Lili, manajer umum di perusahaan farmasi lain, CR Double Crane, mengatakan kepada bahwa infus adalah produk mereka yang paling laris. Perusahaan sejak 5 Januari telah menghilangkan akhir pekan untuk memenuhi permintaan. "Kami beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu," kata Wang.
REUTERS